Kedisiplinan pasien rawat jalan Covid-19 yang melakukan isolasi mandiri di rumah dalam menjalankan protokol kesehatan masih rendah. Akibatnya, pasien justru menularkan kepada anggota keluarganya yang lain.
Oleh
IQBAL BASYARI
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Kedisiplinan pasien rawat jalan Covid-19 yang melakukan isolasi mandiri di rumah dalam menjalankan protokol kesehatan masih rendah. Akibatnya, pasien justru menularkan ke anggota keluarganya yang lain.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini di Surabaya, Rabu (29/7/2020), mengatakan, ada beberapa pasien yang memilih tidak dirawat di rumah sakit dan menjalani isolasi mandiri di rumah. Mayoritas merupakan pasien tanpa gejala dan gejala ringan yang tinggal di perumahan mewah.
Data Dinas Kesehatan Kota Surabaya menunjukkan, pasien yang masih dirawat 2.793 orang. Adapun pasien yang dirawat di rumah sakit 1.174 orang dan di Asrama Haji Surabaya 248 orang. Sisanya, 1.371 orang, menjalani rawat jalan.
Namun, pada penambahan kasus pada beberapa hari terakhir, ditemukan pasien-pasien baru yang satu rumah dengan pasien rawat jalan tersebut. Artinya, pasien rawat jalan itu menularkan kepada anggota keluarga lain yang tinggal serumah.
Oleh karena itu, pihaknya terus mengajak pasien-pasien itu agar mau menjalani isolasi di tempat isolasi yang disediakan, seperti di Gedung Asrama Haji Embarkasi Surabaya. ”Saya terus berusaha agar pasien yang menjalani isolasi mandiri bisa tinggal di tempat terpisah dengan keluarganya,” kata Risma.
Meskipun protokol jaga jarak bisa dilakukan, ada kondisi yang kemungkinan tidak terhindarkan, seperti penggunaan alat cuci pakaian dan perabotan yang sama. Ada kemungkinan virus menempel di pakaian atau alat makan kemudian dicuci oleh anggota keluarga lain di tempat yang sama.
Saya terus berusaha agar pasien yang menjalani isolasi mandiri bisa tinggal di tempat terpisah dengan keluarganya. (Tri Rismaharini)
Risma berharap agar pasien-pasien rawat jalan disiplin menjalankan protokol kesehatan agar tidak menularkan ke anggota keluarga yang lain. Sebab, setiap orang memiliki imunitas yang berbeda dan protokol kesehatan sulit dilakukan di rumah sehingga rawan terjadi penularan.
Kesembuhan meningkat
Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya Febria Rachmanita menambahkan, tingkat kesembuhan pasien di Surabaya mencapai 57 persen. Dari total kasus 8.489, sebanyak 4.899 sudah sembuh. Adapun pasien meninggal 754 orang.
Dia meminta agar seluruh warga tetap disiplin menjalankan protokol kesehatan agar penularan bisa dicegah. ”Cuci tangan, pakai masker, dan jaga jarak tetap harus selalu dilakukan,” katanya.
Direktur Utama RSI Garam Kalianget, Sumenep, Budi Herlambang menambahkan, pasien di Sumenep juga banyak yang sudah sembuh. Dari 27 pasien yang dirawat di rumah sakit itu, 24 di antaranya sudah sembuh dan 3 pasien masih dirawat.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana dan Perlindungan Masyarakat Kota Surabaya Irvan Widyanto mengatakan, kampung tangguh terus diperkuat agar tidak terjadi penularan di rumah dan perkampungan. Pihaknya akan melakukan pendampingan kepada satgas kampung tangguh agar lebih efektif melakukan pengawasan aktivitas masyarakat yang sesuai dengan protokol kesehatan.
”Warga menjadi garda terdepan dalam mencegah penularan, terutama di rumah dan perkampungannya masing-masing,” ujar Irvan.
Menurut Irvan, di Surabaya ada 10 dari 31 kecamatan bakal menjadi role model atau contoh dalam upaya memaksimalkan fungsi dari Kampung Tangguh Wani Jogo Suroboyo.
Langkah ini salah satu bentuk kepedulian dari akademisi, pakar, serta elemen masyarakat dalam rangka mendukung Pemerintah Kota Surabaya untuk memutus mata rantai Covid-19. Sepuluh kecamatan pertama menjadi percontohan adalah Kecamatan Tambaksari, Rungkut, Gubeng, Krembangan, Bubutan, Wonokromo, Semampir, Kenjeran, Sawahan, dan Kecematan Tegalsari.
Disiapkan 10 kecamatan yang sudah zona hijau sebagai contoh berdasarkan keinginan dan inisiatif dari beberapa elemen masyarakat, akademisi, dan pakar serta diinisiasi pula oleh Polrestabes Surabaya dalam upaya memaksimalkan fungsi Kampung Tangguh. ”Dicoba dengan 10 kecamatan yang nanti akan dilakukan pendampingan sekaligus membuat konsep bagaimana cara memutus mata rantai itu berupa pencegahan dan mitigasinya,” ujarnya.