Inovasi Dalam Negeri Dibutuhkan untuk Kemandirian Indonesia Hadapi Covid-19
Konsorsium Riset dan Inovasi Covid-19 diharapkan dapat merampungkan purwarupa dan proses produksi akhir tahun ini. Inovasi tersebut diharapkan bisa mewujudkan kemandirian dalam menghadapi pandemi.
Oleh
MACHRADIN WAHYUDI RITONGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Inovasi dan riset dibutuhkan guna mendukung kemandirian Indonesia dalam menangani Covid-19. Ragam purwarupa dan produksi dari Konsorsium Riset dan Inovasi Covid-19 diharapkan bisa rampung akhir tahun ini sehingga bisa digunakan menghadapi pandemi.
Dalam kunjungan di Kampus Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Bandung, Rabu (29/7/2020), Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional Bambang Brodjonegoro mengatakan, konsorsium ini ditargetkan dapat memproduksi alat dan bahan terkait penanganan Covid-19. Produksi tersebut diharapkan bisa mewujudkan kemandirian dalam menghadapi pandemi.
”Tentu, kalau bisa, sebelum akhir tahun ini sudah muncul prototipe (purwarupa) dan telah mendapatkan mitra produksi. Tidak semua bisa diproduksi cepat, terutama terkait makhluk hidup. Namun, saya lihat perkembangan yang ada, tekanan dari Covid-19 membuat semua bekerja lebih keras,” tuturnya.
Konsorsium Riset dan Inovasi Covid-19 merancang lebih kurang 59 produk yang akan digunakan dalam penanganan Covid-19. Beberapa lembaga pemerintahan, institusi riset, dan industri dilibatkan, di antaranya LIPI, PT Bio Farma, Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, serta beberapa perguruan tinggi, seperti Institut Teknologi Bandung dan Universitas Padjadjaran.
Selain menciptakan alat bantu dan bahan yang berguna dalam penanganan dan pencegahan, konsorsium ini juga membuat alat tes Covid-19 dengan tingkat akurasi tinggi menggunakan sensor Surface Plasmon Resonance (SPR). Tidak hanya diklaim akurasi lebih dari 90 persen, pemeriksaan SPR ini menggunakan bahan baku dari dalam negeri sehingga mampu mengurangi ketergantungan impor.
Karena itu, ujar Bambang, pihaknya mendorong alat tes Covid-19 ini menjadi alternatif dalam mendiagnosis penyakit Covid-19 di Indonesia. Apalagi, sebagian penduduk tersebar di daerah pedalaman sehingga memiliki kesulitan jika melakukan pemeriksaan reaksi berantai polimerase (PCR).
”Sekarang lebih jelas, arah penelitian ini diperjuangkan untuk standar pemeriksaan seperti PCR. Nantinya, alat ini akan mengurangi Indonesia dari ketergantungan impor,” tuturnya.
Dalam kunjungannya, Bambang juga memantau beberapa peralatan yang berguna dalam pencegahan Covid-19, seperti alat sterilisasi ruangan dengan menggunakan sinar ultraviolet bernama Si-SUSan (Simple Smart UVC Sanitizer). Selain itu, ada pula rancangan pembersih udara dengan menggunakan teknologi nano.
Pembersih udara yang diberi nama Airborne Terminator ini menghasilkan uap air berukuran nanometer yang mengandung zat ozone. Untuk alat Si-SUSan, sinar ultraviolet yang dihasilkan bisa diatur menggunakan ponsel pintar. Beberapa parameter dapat diatur sesuai dengan kebutuhan virus yang akan disterilkan, dari virus korona bahkan influenza.
Peralatan ini ditujukan untuk membersihkan ruangan dari potensi virus Covid-19. Kedua alat ini memiliki spesifikasi yang cukup ringkas sehingga bisa dipergunakan di berbagai ruangan, mulai dari rumah, klinik, hingga perkantoran.
Kepala LIPI Laksana Tri Handoko mengatakan, pihaknya terlibat dalam 11 kluster inovasi di konsorsium tersebut, seperti di bidang vaksin, antiviral, suplemen, dan peralatan penanganan Covid-19. Di Bandung, inovasi tersebut lebih ditekankan kepada rancangan alat penunjang.
”Kami terlibat di 11 kluster, dan terkait alat kesehatan memang banyak dirancang di Kampus LIPI Bandung. Sementara untuk bidang lain kami juga mengerahkan peneliti LIPI di Serpong, Tangerang Selatan, dan di Cibinong, Kabupaten Bogor,” tuturnya.