Covid-19 Memukul Realisasi Investasi Kalbar di Triwulan II
Pandemi Covid-19 yang belum berakhir berdampak pada perekonomian Kalimantan Barat. Realisasi investasi triwulan II-2020 hanya Rp 4,54 triliun, menurun 28,47 persen dibandingkan triwulan I.
Oleh
EMANUEL EDI SAPUTRA
·3 menit baca
PONTIANAK, KOMPAS — Pandemi Covid-19 yang belum berakhir berdampak pada perekonomian Kalimantan Barat. Kinerja investasi di daerah triwulan II-2020 melambat. Realisasi investasi triwulan II-2020 hanya Rp 4,54 triliun, menurun 28,47 persen dibandingkan triwulan I-2020.
Berdasarkan data Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Provinsi Kalimantan Barat, realisasi investasi tersebut menurun jika dibandingkan triwulan I-2020, yakni sebesar Rp 6,34 triliun. ”Pandemi Covid-19 berdampak masif terhadap perekonomian global, termasuk Kalbar,” ujar Kepala DPMPTSP Provinsi Kalbar Hendra, Rabu (29/7/2020).
Penanaman modal dalam negeri (PMDN) triwulan II-2020 sebesar Rp 1,68 triliun, menurun signifikan sebesar 48,79 persen dari Rp 3,28 triliun pada triwulan I-2020. Demikian juga penanaman modal asing (PMA) sebesar Rp 2,86, menurun 6,77 persen dari Rp 3,07 triliun pada triwulan I-2020.
Guru Besar Ilmu Ekonomi Universitas Tanjungpura Pontianak Eddy Suratman menilai penurunan realisasi investasi sangat dipengaruhi oleh pandemi Covid-19. Likuiditas perusahaan terganggu saat ini karena permintaan dan penawaran terganggu karena pandemi. Pemasaran produk perusahaan terganggu sehingga pendapatan perusahaan terganggu juga. Pembelian input juga terganggu.
Eddy menuturkan, dari survei Organisasi Buruh Internasional (ILO) pada 600 lebih perusahan di Indonesia, lebih dari 85 persen perusahaan mengatakan likuiditasnya terganggu. ”Kalau likuiditas terganggu, perusahaan menunda investasi dan masih melihat perkembangan Covid-19 kapan berakhir,” ujar Eddy.
Jika investasi terganggu, pertumbuhan ekonomi juga akan turut terganggu.
Kemudian, jika perusahaan ingin berinvestasi lalu meminjam uang di bank, kredit perbankan sedang menurun. Tingkat kehati-hatian bank dalam memberikan kredit menjadi lebih tinggi di tengah Covid-19 sehingga transaksi kredit investasi menurun. Akibatnya, kemampuan perusahaan berinvestasi juga menurun jika mengandalkan pinjaman bank.
Jika situasi tetap seperti sekarang ini, dampak utamanya pada pertumbuhan ekonomi. Apalagi, investasi swasta salah satu sumber pertumbuhan. Investasi di Kalbar perannya sekitar 30 persen untuk mendorong pertumbuhan. Jika investasi terganggu, pertumbuhan ekonomi juga akan turut terganggu.
”Prediksi saya, pertumbuhan triwulan II-2020 Kalbar akan terganggu. Pengangguran pun bisa meningkat. Orang miskin juga bisa bertambah,” ujarnya.
Dalam situasi sekarang ini, investasi sulit diandalkan menjadi penyumbang utama pertumbuhan. Maka, pemerintah perlu menjaga konsumsi rumah tangga. Itu sebabnya, pada era normal baru, restoran mulai dibuka untuk menjaga agar penurunan pertumbuhan tidak begitu dalam.
Selain itu, belanja pemerintah harus dipastikan terserap ke proyek-proyek padat karya. Jika penyerapan anggaran tidak baik, dikhawatirkan akan menimbulkan kontraksi yang dalam pada pertumbuhan.
Selain faktor Covid-19, ada aspek lain juga yang memengaruhi investasi dan perlu dibenahi. Gubernur Kalbar Sutarmidji menuturkan, ada hal yang perlu dibenahi, misalnya evaluasi terkait kepemilikan lahan. Sutarmidji memperkirakan lebih dari 1 juta hektar lahan dikuasi korporasi, tetapi tidak ada pemanfaatannya.
”Dengan kondisi penguasaan lahan seperti itu mengakibatkan pihak lain yang ingin berinvestasi akhirnya kesulitan mendapatkan lahan,” kata Sutarmidji. Selama ini, sektor yang menjadi andalan daerah adalah perkebunan, perikanan, dan pertambangan. Iklim kondusivitas perlu dijaga. Sektor jasa juga penting. Untuk di sektor perkebunan, ke depan perlu pengembangan di luar perkebunan sawit, misalnya untuk bahan baku bubur kertas dan tebu agar lebih beragam.
Sementara itu, setelah sebelumnya tidak ditemukan lagi Covid-19 di Kalimantan Barat, berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Kalbar pada Selasa (28/7), kasus Covid-19 kembali ditemukan, yakni 22 orang. Sebanyak 16 orang di antaranya merupakan kluster pekerja bangunan.