Hindari Takbir Keliling dan Pembagian Kurban Sistem Kupon
Masyarakat Sidoarjo diimbau tidak menggelar takbir keliling dan membagikan daging kurban dengan sistem kupon karena berpotensi memicu kerumunan massa yang bisa memperluas sebaran Covid-19.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·3 menit baca
SIDOARJO, KOMPAS — Masyarakat diimbau tidak menggelar takbir keliling di malam perayaan Idul Adha meski sebaran Covid-19 mulai menunjukkan kecenderungan turun selama sepekan belakangan. Pembagian daging kurban dengan sistem kupon juga sebaiknya dihindari.
Kepala Kepolisian Resor Kota Sidoarjo Komisaris Besar Sumardji mengatakan, takbir sebaiknya dilakukan di masjid, mushala, atau rumah dengan menggunakan pengeras suara. Pelaksanaan kegiatan di masjid dan mushala harus menerapkan protokol kesehatan secara ketat agar terhindar dari sebaran Covid-19.
”Untuk kegiatan takbir keliling sebaiknya dihindari karena berpotensi memicu terjadinya kerumunan massa,” ujar Sumardji, Selasa (28/7/2020).
Terkait pelaksanaan ibadah shalat Idul Adha, masyarakat diimbau menyelenggarakan di lingkungan sekitar tempat tinggal. Bisa di masjid, mushola, atau lapangan desa. Tempat shalat harus bersih dan menerapkan protokol kesehatan pencegahan Covid-19. Contohnya, jemaah tetap bermasker dan menjaga jarak fisik.
Untuk kegiatan takbir keliling sebaiknya dihindari karena berpotensi memicu terjadinya kerumunan massa.
Panitia shalat dianjurkan menyediakan fasilitas cuci tangan dengan sabun dan air mengalir, memperbanyak tempat wudhu agar tidak berdesakan, dan mengatur keluar masuk jemaah agar tidak berdesakan. Meminta jemaah membawa perlengkapan ibadah masing-masing dan meminimalkan kontak fisik dengan tidak bersalaman.
Adapun terkait dengan pemotongan hewan kurban, Sumardji meminta panitia tidak menghadirkan banyak orang dan mereka yang terlibat harus menerapkan protokol kesehatan secara ketat. Pada saat pembagian daging kurban, panitia diminta tidak menggunakan sistem kupon.
Sistem pembagian kupon kepada calon penerima tidak hanya mengundang banyak warga untuk datang. Sistem ini juga berpotensi memicu antrean panjang para penerima. Apalagi jika panitia tidak siap, antrean bisa menimbulkan keributan dan terjadinya kontak fisik karena saling berdesakan.
Bekerja ekstra
Panitia kurban dimasa pandemi Covid-19 harus bekerja ekstra dengan membagikan daging kurban langsung kepada penerimanya. Sumardji mengatakan, pihaknya telah meminta Babinsa dan Babinkamtibmas pendamping desa membantu pendistribusian daging kurban secara langsung dari pintu ke pintu.
Sementara itu, Pelaksana Bupati Sidoarjo Nur Ahmad Syaifuddin mengatakan, pihaknya menunggu hasil kajian epidemiologi dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga tentang kondisi terkini sebaran Covid-19 di wilayahnya. Hasil kajian itu menjadi dasar pengambilan kebijakan terkait pelaksanaan hari raya kurban.
Sebelumnya, dia meminta agar pemerintah desa memperbanyak tempat shalat Idul Adha supaya masyarakat tidak terkonsentrasi di beberapa lokasi saja. Cara memperbanyak tempat shalat adalah dengan mengaktifkan pengelola mushala dan pemerintah desa, tidak hanya pengelola masjid besar.
Kepala Dinkes Sidoarjo Syaf Satriawarman mengatakan, penambahan kasus positif Covid-19 di wilayah mulai turun meskipun angkanya masih tinggi. Pekan lalu, penambahan kasus baru rata-rata 40-45 kasus per hari. Namun, belakangan ini penambahan kasus baru naik di angka 50-60 kasus per hari.
”Mayoritas dari orang yang memeriksakan diri secara langsung dan hasilnya positif, bukan berasal dari pasien suspek,” kata Syaf .
Selain penambahan kasus yang mulai turun, angka kesembuhan pasien di Sidoarjo juga meningkat tajam. Sebagai gambaran, daerah ini memiliki jumlah kasus terkonfirmasi positif Covid-19 tertinggi kedua di Jatim dengan angka menembus 3.041 kasus. Sebanyak 913 orang saat ini masih dirawat di rumah sakit rujukan.
Selain itu, 1.745 orang dinyatakan sembuh atau sekitar 57 persen. Angka kesembuhan ini meningkat tajam dari dua pekan lalu yang baru di kisaran 16 persen. Peningkatan angka kesembuhan karena perawatan yang optimal dan sistem pendataan pasien sembuh yang terus diperbaiki.
Saat ini di Sidoarjo terdapat 11 rumah sakit rujukan untuk penanganan pasien dengan indikasi Covid-19. Meski penambahan kasus baru turun, pemda tetap menambah rumah sakit rujukan dari sebelumnya hanya tujuh. Penambahan itu untuk mengoptimalkan perawatan agar tingkat kesembuhannya tinggi.