Disiplin protokol kesehatan masih harus digencarkan di tengah masyarakat mengingat kasus Covid-19 terus meningkat. Penanaman kebiasaan cara hidup sehat sejak dini diperlukan untuk mencegah terpapar virus SAR-CoV-2.
Oleh
WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
·3 menit baca
PURWOKERTO, KOMPAS — Penerapan protokol kesehatan secara disiplin jadi modal untuk membentengi diri dan keluarga dari paparan Covid-19 mengingat angka kasus yang terus meningkat di Indonesia. Berpikir positif serta skeptis terhadap informasi yang ada juga menjadi bekal untuk menghadapi infodemi yang muncul di sekitar pandemi.
Hal itu menjadi benang merah seminar virtual bertema ”Perkembangan Terapi dan Peran Media Massa Era Pandemi Covid-19” yang digelar Keluarga Alumni Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto, Selasa (28/7/2020).
”Untuk mencegah agar tidak tertular Covid-19, prinsipnya adalah mengurangi risiko terpapar oleh Covid-19. Jadi, ketahanan pribadi diri kita adalah benteng yang pertama dan utama. Dengan ketahanan yang tangguh dan pribadi yang disiplin, menaati protokol kesehatan yang ditetapkan pemerintah, kita akan bisa membentuk ketahanan keluarga,” papar Setiawati, pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto, yang menjadi narasumber dalam seminar tersebut.
Setiawati menyebutkan, protokol kesehatan perlu dibangun dan ditanamkan sejak dini terhadap anak-anak di dalam keluarga untuk membiasakan cara hidup sehat. Rajin mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, bermasker dengan benar, serta menjaga jarak harus dilakukan secara disiplin.
”Penting dilatihkan ke anak-anak untuk melatih bersin dan batuk dengan menutupi dengan tisu atau pakai masker. Jika pakai tisu, bisa segera dibuang dan atau dibakar. Jika tidak ada, ditutupin dengan lengan bagian dalam. Kebiasaan kecil ini harus ditanamkan sejak kecil di keluarga,” tuturnya.
Protokol kesehatan perlu dibangun dan ditanamkan sejak dini terhadap anak-anak di dalam keluarga.
Kebiasaan baru lainnya yang harus diterapkan, lanjut Setiawati, adalah menghindari memencet tombol di lift atau mesin ATM dengan jari secara langsung, tetapi dilapisi dulu dengan tisu. ”Selalu biasakan bawa tisu basah dan handsanitizer. Usahakan menggunakan transaksi nontunai. Ini lebih aman daripada uang tunai karena uang adalah sumber penularan,” katanya.
Ketua Persatuan Wartawan Indonesia Kabupaten Banyumas Lilik Darmawan yang juga menjadi narasumber mengatakan, di tengah pandemi juga lahir infodemi. Istilah ini diperkenalkan oleh Profesor David Rothkopf saat merebak penyakit sindrom pernapasan akut berat (severe acute respitory syndrom/SARS) pada 2003. Infodemi berarti informasi yang begitu massif, bahkan melebihi pandemi itu sendiri.
Karakteristik infodemi, lanjut Lilik, antara lain, misinformasi dan disinformasi. Misinformasi adalah informasi yang disebarkan salah, tetapi penyebarnya merasa bahwa informasi itu benar. Adapun disinformasi adalah kabar yang sengaja dibuat salah untuk menjatuhkan pihak lawan dan membuat suasana kacau. ”Yang ketiga adalah malinformasi, yaitu informasi yang sebetulnya benar, tetapi digunakan untuk mengancam keberadaan seseorang dan sekelompok orang dengan identitas tertentu,” tuturnya.
Atas kondisi itu, kata Lilik, setiap orang harus tetap waspada dan skeptis mengecek fakta yang ada, antara lain dengan mempertimbangkan sumbernya, selalu waspada terhadap setiap temuan, dan pikirkan akibatnya sebelum membagikan sesuatu. ”Saat sekarang media arus utama juga dituntut menjadi rumah penjernih berita. Fungsi ini muncul setelah meluasnya hoaks,” katanya.
Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan Kementerian Keuangan Astera Primanto Bhakti yang menjadi pembicara kunci menyebutkan, pandemi ini semula adalah masalah kesehatan dan kemudian merembet ke masalah sosial serta ekonomi. ”Isu yang tadinya kesehatan lalu berubah ke sosial karena penyakitnya mudah menular,” kata Astera.
Oleh karena itu, menurut Astera, peran media sangat penting, baik dalam menyampaikan disiplin protokol kesehatan maupun memberikan upadate informasi terbaru mengenai perkembangan serta terapi tentang Covid-19 ini.
Di Kabupaten Banyumas, hingga saat ini terdapat 165 kasus positif. Dari jumlah itu, 135 orang sembuh, 5 orang meninggal dunia, dan 25 orang masih dirawat. Sementara itu, total pasien dalam pengawasan ada 395 orang dan orang dalam pemantauan ada 2.377 orang.