Banjir dan Longsor Landa Tiga Kabupaten di Papua, Empat Warga Tewas
Curah hujan yang tinggi menyebabkan bencana banjir dan longsor di tiga kabupaten di Papua bagian tengah. Empat warga meninggal dalam bencana ini.
Oleh
FABIO MARIA LOPES COSTA
·3 menit baca
PUSDALOP PENANGGULANGAN BENCANA PROVINSI PAPUA.
Jalan Trans-Papua di Mudetadi, Kabupaten Deiyai, Papua, terputus akibat diterjang banjir pada Minggu (25/7/2020).
JAYAPURA, KOMPAS — Bencana banjir dan longsor melanda tiga kabupaten di daerah Pegunungan Tengah Papua, yakni Mimika, Deiyai, dan Paniai. Akibat peristiwa ini, empat warga meninggal dan ratusan rumah rusak.
Kepala Bidang Humas Polda Papua Komisaris Besar Ahmad Mustofa Kamal saat ditemui di Jayapura, Selasa (28/7/2020), mengatakan, longsor terjadi di Distrik Paniai Timur, Kabupaten Paniai. Material longsor menghantam tiga rumah warga pada pukul dua dini hari.
Dalam peristiwa itu, empat warga meninggal dan seorang warga mengalami luka-luka. ”Tim SAR gabungan bersama Polri dan TNI telah mengevakuasi semua korban sekitar pukul 08.00. Penyebab longsor akibat hujan selama berjam-jam di Paniai Timur pada Senin kemarin,” papar Ahmad.
BIDANG HUMAS POLDA PAPUA.
Jenazah empat korban longsor di Distrik Paniai Timur, Kabupaten Paniai, Papua, Selasa (28/7/2020).
Ia pun mengimbau warga yang bermukim di daerah perbukitan di Paniai agar meningkatkan kewaspadaan. Hal ini mengingat curah hujan tinggi dalam beberapa hari terakhir sehingga meningkatkan risiko longsor di kawasan perbukitan.
Sementara itu, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Deiyai Melianus Pakage mengatakan, banjir terjadi di Kampung Mudetadi dan Kampung Yewadide di Distrik Bouwobado selama sepekan terakhir. Banjir dipicu meluapnya air dari tiga kali karena tingginya curah hujan sejak awal bulan ini.
Dampak banjir di Mudetadi dan Yewadide menyebabkan 289 keluarga mengungsi, 4 rumah hilang diterjang banjir, serta 31 rumah masih tergenang air. Selain itu, terdapat pula 19,5 hektar perkebunan warga yang tergenang air dan putusnya jalan Trans-Papua yang menghubungkan Nabire ke Deiyai hingga Mimika.
”Banjir parah mulai menggenangi perkampungan Mudetadi dan Yewadide sejak 21 Juli 2020. Saat ini, ratusan keluarga terpaksa mengungsi ke kampung lain dan mendirikan tenda di lokasi yang tidak terdampak banjir,” ungkap Melianus.
Ia menuturkan, BPBD Deiyai akan berupaya menjangkau daerah yang terdampak banjir dengan menggunakan pesawat karena akses jalan darat terputus. ”Kami juga memohon bantuan dari BPBD Provinsi Papua untuk menyiapkan makanan, selimut, dan obat-obatan bagi warga yang menjadi korban banjir,” ucap Melianus.
Secara terpisah, Kepala BPBD Mimika Yosias Lossu mengatakan, banjir melanda satu kampung di Distrik Iwaka sejak Minggu (25/7/2020). Sekitar 300 keluarga terdampak bencana itu.
Kami bersama Wakil Bupati Mimika John Rettob akan meninjau lokasi banjir pada Rabu (29/7/2020) ini dengan helikopter.
Iwaka berjarak sekitar 60 kilometer dari Timika, ibu kota Kabupaten Mimika. Iwaka juga berbatasan langsung dengan Mudetadi di Deiyai. Kedua daerah ini berada di sekitar areal perkebunan sawit milik PT Pusaka Agro Lestari (PAL).
”Berdasarkan informasi terakhir, warga masih mengungsi ke lokasi yang tidak terdampak banjir. Rencananya, kami bersama Wakil Bupati Mimika John Rettob akan meninjau lokasi banjir pada Rabu (29/7/2020) ini dengan helikopter sebab dua titik jalan Trans-Papua ke Iwaka terputus,” kata Yosias.
KOMPAS/FABIO COSTA
Kepala Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Wilayah V Jayapura Petrus Demon Sili (kiri) menunjukkan grafik curah hujan di Papua pada Senin (4/11/2019).
Kepala Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BBMKG) Wilayah V Jayapura Petrus Demon Sili memaparkan, dari pantauan satelit, terjadi hujan yang rutin sejak 5 Juli di kawasan Papua bagian tengah.
”Curah hujan tertinggi terjadi pada Minggu (25/7/2020) dengan intensitas sangat lebat, yakni 131,9 milimeter. Warga yang berada di kawasan Papua tengah harus mewaspadai banjir dan longsor akibat tingginya curah hujan,” tutur Petrus.