25.000 Warga Terdampak Banjir di Bolmong dan Bolsel Kembali ke Rumah
Lebih dari 25.000 warga Bolaang Mongondow dan Bolaang Mongondow Selatan, Sulawesi Utara, mulai kembali ke rumah setelah banjir bandang menerjang akhir pekan lalu. Seorang kepala desa hilang terseret arus banjir.
Oleh
KRISTIAN OKA PRASETYADI
·3 menit baca
MANADO, KOMPAS — Lebih dari 25.000 warga Bolaang Mongondow dan Bolaang Mongondow Selatan, Sulawesi Utara, mulai kembali ke rumah setelah banjir bandang menerjang dua kabupaten itu akhir pekan lalu. Sekalipun banjir sudah surut, warga diminta tetap waspada akan kemungkinan hujan lebat dan banjir susulan.
Banjir bandang menerjang dua kabupaten itu setelah hujan lebat mengguyur selama Kamis-Jumat (23-24/7/2020). Banjir itu menyebabkan satu orang hilang karena terbawa arus, yaitu Rislan Ibrahim (37), Kepala Desa Bakida, Bolaang Uki, Bolaang Mongondow Selatan (Bolsel).
Dihubungi dari Manado, Selasa (28/7/2020), Koordinator Pos Kotamobagu Badan Pencarian dan Penyelamatan Nasional (Basarnas) Manado Nuriadin Gumeleng mengatakan, pencarian korban telah memasuki hari kelima dan masih berlangsung.
Kami terkendala cuaca yang berangin dan ombak tinggi. (Nuriadin Gumeleng)
Tubuh korban diperkirakan sudah berada di perairan Teluk Tomini. Sebab, korban terbawa arus dari tepi sungai di Desa Bakida yang hanya sekitar 1 mil (1,6 kilometer) dari muara. ”Kami terkendala cuaca yang berangin dan ombak tinggi,” katanya.
Berdasarkan data badan penanggulangan bencana daerah (BPBD) dua kabupaten, Selasa (28/7/2020), banjir merusak sekitar 7.200 rumah yang ditempati 24.300 warga di tujuh kecamatan di Bolsel. Di Bolaang Mongondow (Bolmong), 269 rumah yang ditempati 1.594 warga di tiga kecamatan juga tergenang sehingga rusak ringan. Banjir mencapai ketinggian 1,2 meter.
Kawasan pesisir
Kepala BPBD Bolsel Daanan Mokodompit mengatakan, banjir yang melanda 34 desa di kawasan pesisir mulai surut pada Jumat lalu. Namun, hujan yang merata di seluruh wilayah Bolsel baru benar-benar berhenti pada Senin (27/7/2020) sore.
”Warga sudah kembali ke rumah untuk bersih-bersih, tetapi harus waspada. Sekarang cuaca berangin dan mendung. Wilayah timur Bolsel masih hujan,” kata Daanan.
BPBD dan Pemerintah Kabupaten Bolsel mendirikan lebih dari 10 dapur umum di tujuh kecamatan. Namun, seiring surutnya banjir, salah satu dapur umum di Kecamatan Pinolosian ditutup. Bahan-bahan makanan seperti beras, ikan kaleng, mi instan, dan air mineral juga telah didistribusikan kepada para korban banjir.
Banjir ini juga menyebabkan jalan yang menghubungkan Bolsel dengan Gorontalo rusak. Daanan mengatakan, kendaraan roda dua bahkan harus dituntun. Jembatan di Desa Bakida yang menghubungkan Bolsel dengan Bolmong juga putus karena diterjang air.
”Saat ini pemkab sedang memperbaiki jalan yang menghubungkan Pinolosian Tengah (Bolsel) dan Lolayan (Bolmong) sebagai alternatif,” kata Daanan. Ia menambahkan, jumlah rumah rusak dan warga terdampak mungkin akan berkembang karena pendataan masih berlangsung.
Mengungsi
Di lain pihak, Kepala Bidang Penanganan Darurat BPBD Bolmong Rafik Andhika Alamri mengatakan, mayoritas dari 1.594 warga terdampak di 20 desa memilih mengungsi di rumah kerabatnya. BPBD telah menyediakan tenda pengungsian di Kecamatan Dumoga Barat, Timur, dan Utara, tetapi tidak ada warga yang menggunakannya.
”Karena itu, tenda-tenda tersebut kami pakai untuk menyiapkan bantuan bagi warga. Kami sudah sediakan sembako, termasuk beras dan mi instan, hingga kompor dan tabung gas. Selimut dan matras juga kami sediakan,” katanya.
Warga juga diminta tetap waspada. Sebab, hujan masih turun sekalipun intensitasnya tidak lebat. Sejauh ini, Dinas Pekerjaan Umum Bolmong mencatat kerugian Rp 16,9 miliar akibat kerusakan bangunan.
Menurut Rafik, banjir menyebabkan jembatan di Desa Makaruo retak. Jembatan Kosio, penghubung Kecamatan Dumoga Tengah dengan Dumoga Barat, juga putus. Oprit jembatan tersapu air sehingga terlepas dari abutment. ”Sementara kami atasi dengan membuat jembatan darurat dari konstruksi besi,” katanya.
Banjir juga menyebabkan longsor di 10 titik di perbatasan dengan Bolsel. BPBD telah membersihkan longsoran.
Dihubungi secara terpisah, Kepala Seksi Informasi dan Observasi di Stasiun Meteorologi Sam Ratulangi Manado Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Charizh Kainama mengatakan, hujan lebat di Bolsel dan Bolmong diakibatkan oleh pola hujan ekuatorial. Letak geografis dua kabupaten tersebut yang berada di dekat garis khatulistiwa menyebabkan dua puncak musim hujan.
”Jadi, ini yang menyebabkan curah hujan di Bolmong Raya lebih besar daripada di Manado dan sekitarnya yang monsoonal. Jadi, pola hujannya juga kebalikan. Di Manado sudah panas, di sana masih hujan,” ujar Charizh.