Pondok pesantren menjadi sasaran tes usap massal di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Ini merupakan bagian dari upaya pemenuhan target pengambilan sampel terhadap 5.000 orang di daerah tersebut.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
SLEMAN, KOMPAS — Pemerintah Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, memperluas jangkauan tes massal ke pondok pesantren yang terdapat di daerah tersebut. Tes massal itu berupa pengambilan sampel uji usap tenggorok. Ini merupakan upaya pemenuhan target pengambilan sampel terhadap 5.000 orang.
”Di pondok pesantren terjadi interaksi terus-menerus antara satu penghuni dan penghuni lainnya. Itu menjadi area yang sangat potensial terjadi penularan,” kata Kepala Dinas Kesehatan Sleman Joko Hastaryo di Kompleks Kantor Bupati Sleman, Kabupaten Sleman, Senin (27/7/2020).
Joko menambahkan, pelaksanaan tes tersebut juga dipicu sejumlah pondok pesantren yang mulai mengajukan surat izin untuk beroperasi kembali. Pihaknya tak ingin terbentuk kluster penularan baru dari sekolah berasrama. Untuk itu, kondisi kesehatan pengajar dan pengelola pondok pesantren perlu benar-benar dipastikan.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Sleman Novita Krisnaini menyampaikan, pengambilan sampel usap tenggorok itu akan dimulai Rabu (29/7/2020). Targetnya, sekitar 1.000 pengajar dan pengelola dari sekitar 140 pondok pesantren di Kabupaten Sleman. Metode sampling digunakan dalam tes tersebut.
”Misalnya, di Pondok Pesantren Pandanaran ada sekitar 300 ustaz. Itu diambil 100 ustaz saja. Tidak diambil semua. Khususnya bagi ustaz dari wilayah luar Kabupaten Sleman. Nanti pondok pesantren lainnya juga akan dipilih perwakilan yang bisa mewakili kondisi pesantren tersebut,” kata Novita.
Novita menambahkan, tes massal tidak akan berhenti terhadap pondok pesantren. Dinas Kesehatan Sleman juga berencana mengadakan tes massal bagi petugas di kantor-kantor layanan publik. Ini didasari tingginya tingkat interaksi yang dilakukan di kantor-kantor tersebut. Namun, jadwal pasti pelaksanaannya masih disusun.
Terkait hal itu, Joko mengungkapkan, serangkaian tes massal digelar dalam rangka mencapai target pengambilan sampel terhadap 5.000 orang di Kabupaten Sleman. Tes massal telah dilakukan sejak Juni 2020. Sasaran pertamanya adalah tenaga kesehatan. Hingga kini, sudah sekitar 2.000 tenaga kesehatan yang diambil sampel usapnya.
”Sebelumnya, kami menargetkan agar dalam satu pekan ada 1.000 sampel. Tenaga kesehatan sudah 2.000 sampel. Tinggal tersisa 3.000 sampel. Namun, laboratorium penguji sedang penuh. Jadi, waktunya akan kami perpanjang dengan pengambilan 500 sampel per minggu. Diharapkan, target sudah tercapai Agustus,” tutur Joko.
Serangkaian tes massal digelar dalam rangka mencapai target pengambilan sampel terhadap 5.000 orang di Kabupaten Sleman.
Saat ini terdapat lima laboratorium yang digunakan untuk menguji sampel usap di DIY, yakni Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Yogyakarta; Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada; Rumah Sakit Dr Sardjito; Balai Besar Veteriner Wates; dan Rumah Sakit Hardjolukito. Kapasitas pemeriksaan berbeda-beda, mulai dari 56 sampel hingga 1.000 sampel per hari.
Dihubungi secara terpisah, Juru Bicara Pemerintah DIY untuk Penanganan Covid-19 Berty Murtiningsih menyampaikan, pihaknya berencana merekrut tenaga analis dan bekerja sama dengan organisasi profesi guna membantu operasional laboratorium. Evaluasi terkait jadwal tes massal juga akan dilakukan agar tidak terjadi penumpukan sampel di laboratorium.