Pekerja Hotel di Batam Menuntut Upah Layak Selama Pandemi
Puluhan pekerja salah satu hotel bintang empat di Batam mogok kerja menuntut pemberian upah layak. Mereka adalah potret kecil dari ribuan pekerja wisata di kota itu yang upahnya berkurang atau kehilangan pekerjaan.
Oleh
PANDU WIYOGA
·4 menit baca
BATAM, KOMPAS — Puluhan pekerja di salah satu hotel bintang empat di Batam, Kepulauan Riau, mogok kerja menuntut pemberian upah layak. Mereka adalah secuil potret muram ribuan pekerja pariwisata terdampak Covid-19 di daerah dengan kunjungan wisatawan mancanegara terbesar setelah Bali itu.
Ketua Serikat Pekerja Hotel Harmoni One Wahyu, Senin (27/7/2020), mengatakan, selama pandemi Covid-19, karyawan di sana hanya bekerja dua minggu dalam satu bulan. Hal ini berimbas pada pemberian upah. Sejak April 2020, mereka hanya menerima gaji setengah dari upah minimum kota (UMK) Batam yang besarnya Rp 4,1 juta.
”Kami ingin mendapat upah 80 persen dari UMK. Namun, kami tidak menutup dialog dengan manajemen karena karyawan memahami kondisi perusahaan yang lumpuh karena tidak ada tamu selama pandemi Covid-19,” kata Wahyu.
Wahyu dan sekitar 50 karyawan Hotel Harmoni One mogok kerja sejak 24 Juli. Mereka merupakan bagian dari 156 pekerja di hotel tersebut yang upahnya dikurangi sejak perusahaan kesulitan ekonomi karena sektor pariwisata lesu akibat pandemi Covid-19.
Ketua Dewan Pimpinan Cabang Federasi Serikat Pekerja Pariwisata Kota Batam Subri Wijonarko mengatakan, para pekerja di 17 hotel berbintang yang menjadi anggota serikat semuanya terdampak Covid-19. Ia memperkirakan, setidaknya ada sekitar 2.000 pekerja hotel yang upahnya dikurangi atau bahkan tidak diupah sejak dirumahkan pada Februari 2020.
”Yang terjadi kebanyakan masih bekerja setengah dari waktu normal dan upahnya dikurangi 50 persen. Jumlah pekerja yang terdampak akan terus bertambah karena sektor pariwisata belum menunjukkan tanda-tanda akan pulih,” ujar Subri.
Sebelumnya, Ketua Dewan Pimpinan Cabang Himpunan Pramuwisata Kota Batam Fri Surbakti mengatakan, ada 340 pemandu wisata di Batam yang kehilangan pekerjaan selama pandemi. Jika menghitung seluruh pemandu wisata di tujuh kabupaten/kota di Kepri, ia memperkirakan ada lebih dari 600 pemandu wisata yang terdampak.
Perekonomian Kepri, terutama Batam dan Bintan, sangat bergantung kepada sektor pariwisata. Pada 2019, wisatawan mancanegara yang datang ke Kepri jumlahnya mencapai 2,8 juta orang. Lebih dari 40 persen adalah wisatawan asal Singapura.
Yang terjadi kebanyakan masih bekerja setengah dari waktu normal dan upahnya dikurangi 50 persen. Jumlah pekerja yang terdampak akan terus bertambah karena sektor pariwisata belum menunjukkan tanda-tanda akan pulih.
Subri mengatakan, pembatasan mobilitas yang dilakukan Singapura dengan melarang warganya berpergian ke luar negeri membuat pariwisata Batam lumpuh total. ”Selama wisatawan asing belum mau datang kembali ke Batam, kondisi pekerja sektor pariwisata akan bertambah parah,” ucapnya.
Berdasarkan data kunjungan wisatawan mancanegara Dinas Pariwisata Kota Batam, terjadi penurunan kunjungan hingga lebih dari 99 persen, mulai April lalu, tepat setelah Singapura melakukan pembatasan mobilitas pada 18 Maret 2020. Jumlah kunjungan wisatawan asing di Batam normalnya sekitar 160.000 orang per bulan, tetapi kini turun menjadi hanya sekitar 1.000 kunjungan per bulan.
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia Batam Muhammad Mansyur mengatakan, pada pertengahan Mei lalu sebanyak 75 hotel dari total 233 hotel di kota itu berhenti operasi. Selama masa sulit ini, ia berharap pemerintah bisa menghapuskan pajak hotel, restoran, dan tempat hiburan.
”Negara tetangga belum akan mengizinkan warganya berwisata ke Batam karena kasus positif Covid-19 di Indonesia sudah hampir 100.000 pasien. Selama persoalan ini belum diselesaikan tentu kami hanya bisa berharap kepada kunjungan wisatawan domestik,” ujar Mansyur.
Kepala Dinas Pariwisata Kota Batam Ardiwinata optimistis sektor pariwisata perlahan akan bangkit pada masa normal baru ini. Sejak 15 Juni lalu, ia mencatat, aparatur sipil negara dari beberapa instansi kementerian ataupun pemerintah daerah lain mulai berkunjung lagi dan mengadakan rapat di Batam.
”Sebanyak 84 hotel juga sudah menyatakan siap melaksanakan protokol pariwisata normal baru. Kami berharap, pelan-pelan, hal ini akan membangkitkan lagi pariwisata Batam,” kata Ardi.
Baru-baru ini, pemerintah pusat juga mengucurkan tambahan dana insentif daerah sebesar Rp 14,9 miliar untuk Batam. Menurut Ardi, penggunaan dana tersebut akan diprioritaskan untuk membangkitkan sektor ekonomi yang paling terdampak selama pandemi, salah satunya adalah pariwisata.
”Dengan dana tersebut, kami akan membuat acara-acara pariwisata yang bisa menyerap pekerja usaha mikro, kecil, dan menengah. Acara-acara tersebut juga sebagai ajang promosi agar wisatawan lokal ataupun mancanegara berminat kembali datang ke Batam,” tutur Ardi.