Pelacakan atas satu pasien positif Covid-19 dari Semarang membawa penemuan pada 16 kasus positif di pusat wisata batik Trusmi, Cirebon. Kunjungan keluarga pasien Covid-19 memicu penularan pada tenaga kesehatan.
Oleh
KRISTI D UTAMI/ABDULLAH FIKRI ASHRI/Machradin Wahyudi Ritonga/ZULKARNAINI
·5 menit baca
Pelacakan atas satu pasien positif Covid-19 dari Semarang membawa penemuan pada 16 kasus positif di pusat wisata batik Trusmi, Cirebon. Kunjungan keluarga pasien Covid-19 memicu penularan pada tenaga kesehatan di puskesmas.
CIREBON, KOMPAS — Kawasan wisata batik Trusmi di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, menjadi kluster baru penularan Covid-19 setelah belasan warga terkonfirmasi positif virus korona jenis baru. Pembatasan sosial berskala mikro disiapkan demi mencegah penularan.
Trusmi merupakan sentra wisata batik berjarak sekitar 5 kilometer dari pusat Kota Cirebon. Wisatawan Nusantara dan mancanegara kerap berkunjung ke daerah itu. Kehidupan sebagian besar warga bergantung pada kegiatan industri batik.
Kluster ini berawal dari laki-laki 36 tahun yang datang dari Semarang, Jawa Tengah, Selasa (14/7/2020). Dijemput keluarga, pekerja swasta tersebut pulang ke Desa Trusmi Kulon, Kecamatan Plered, Cirebon, karena sakit. Saat dirawat di rumah sakit di Cirebon, tes uji cepat berbasis antigen menunjukkan hasil nonreaktif.
Lima hari di rumah sakit, pasien pulang. ”Namun, dua hari kemudian, kesadaran yang bersangkutan menurun dan masuk rumah sakit. Hasil tes swab (usap tenggorokan) menunjukkan positif Covid-19,” ujar Kepala Dinas Kesehatan Eni Suhaeni kepada media di Cirebon, Minggu (26/7/2020).
Pihaknya pun menelusuri riwayat kontak erat pasien untuk tes usap. Dari 22 orang yang diidentifikasi kontak dengan pasien, 16 positif Covid-19. Mereka adalah sembilan keluarga pasien, asisten rumah tangga, dan penarik becak. Lima orang lainnya aparat Desa Trusmi Kulon, termasuk kepala desa.
Untuk sementara, balai desa setempat ditutup tiga hari. Pelayanan kependudukan, menurut rencana, dipindah ke tempat lain. Meski demikian, aktivitas warga, Minggu sore, berjalan seperti biasa. Toko batik tetap beroperasi. Bahkan, sejumlah warga berlalu lalang tanpa masker.
Enam belas warga itu kini diisolasi di sejumlah rumah sakit. Meskipun tanpa gejala, mereka perlu menjalani isolasi karena permukiman di sana padat dan rentan memicu penularan. Pada saat yang sama, 130 orang yang kontak erat dengan kasus positif juga menjalani tes usap.
”Kami sudah mengajukan VTM (viral transport medium), reagen, dan ekstraksi ke Labkesda (Laboratorium Kesehatan Daerah) Jabar untuk tes swab massal 500-1.000 orang di Plered,” ujar Eni. Menurut rencana, besok (Senin), pihaknya mengambil 1.000 VTM di Labkesda Jabar. Kebutuhan VTM mencapai sekitar 17.000 kit.
Pihaknya juga berkoordinasi dengan dinas perdagangan dan pariwisata serta pemerintah setempat untuk pembatasan sosial berskala mikro (PSBM) di kawasan wisata batik Trusmi. PSBM bakal membatasi pergerakan orang, pemeriksaan kesehatan, hingga pemberian bahan pokok bagi warga.
Camat Plered Hardomo mengatakan, kasus kluster Trusmi tersebar di sembilan rumah yang hampir semuanya di Desa Trusmi Kulon. Kasus lain di Desa Trusmi Wetan dan Desa Wotgali. Pihaknya tengah berkoordinasi dengan kepala desa setempat untuk membahas detail PSBM.
Berkaca dari kluster Trusmi, Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kabupaten Cirebon Ahmad Fariz mendorong rumah sakit dan pemda langsung melakukan tes usap terhadap pelaku perjalanan, terutama dari zona merah penyebaran Covid-19. ”Rapid test tidak tepat lagi,” katanya.
Kasus tenaga kesehatan terpapar Covid-19 di Cirebon berulang, Minggu (26/7/2020). Dua perawat di Puskesmas Losari terkonfirmasi positif. Layanan puskesmas ditutup tiga hari. Juru bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kabupaten Cirebon, Sartono, mengatakan, kasus bermula saat seorang pasien dirawat di Puskesmas Losari dengan gejala Covid-19.
Sejumlah keluarga dari Madura, Jawa Timur, menengok pasien. ”Yang bersangkutan meninggal sebelum tes swab (usap tenggorokan). Pasien dimakamkan dengan protokol Covid-19,” katanya. Sesuai dengan prosedur, pihaknya melakukan tes usap terhadap 13 orang yang sempat kontak erat dengan pasien. Dua tenaga kesehatan dan seorang keluarga pasien ditemukan positif Covid-19. Salah seorang perawat warga Brebes, Jawa Tengah.
Kluster Pemalang
Di Pemalang, Jateng, kluster pejabat meluas. Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kabupaten Pemalang kembali mengumumkan empat kasus positif terbaru, Sabtu (25/7/2020) malam. Sebelumnya, tiga pejabat teras, termasuk Bupati Pemalang, diumumkan positif korona, Selasa pekan lalu.
Empat temuan baru diumumkan pada Sabtu, yakni N (29), M (54), AS (27), dan MWA (14). Dua dari empat kasus positif itu hasil pelacakan kontak erat kluster pejabat. ”Tim gugus tugas masih terus melakukan pelacakan dan pemeriksaan usap kepada kontak erat pejabat yang kemarin positif Covid-19. Hari ini, misalnya, tes usap dilakukan terhadap 58 orang,” kata juru bicara Percepatan Penanganan Covid-19 Kabupaten Pemalang, Tutuko Raharjo, di Pemalang.
Kendati jumlah kasus positif terus bertambah, kedisiplinan masyarakat menerapkan protokol kesehatan masih rendah. Di sejumlah pasar, supermarket, dan alun-alun masih ada warga tanpa masker. Di Kota Bandung, penerapan adaptasi kebiasaan baru kalangan milenial belum diikuti penerapan protokol kesehatan. Sikap abai ini berisiko.
Pengabaian terhadap protokol kesehatan ini terlihat jelas di beberapa pusat keramaian, Minggu (26/7/2020), seperti Jalan Asia Afrika dan Jalan Braga. Tidak semua warga menjaga jarak satu sama lain. Bahkan, di sejumlah titik di Jalan Braga, beberapa pejalan kaki bersinggungan bahu karena sebagian warga berfoto di trotoar.
Sepanjang Braga ada lebih dari 10 titik serupa dipenuhi kaum muda yang bercengkerama atau foto bersama. Rina (24), warga Kopo, Kota Bandung, menuturkan, ia bersama empat teman mengunjungi kafe menikmati akhir pekan. Ramainya Jalan Braga tak mengkhawatirkannya. Saat ditemui, Rina tanpa masker. ”Tadi sewaktu makan maskernya dilepas. Kalau dipasang lagi ribet. Makanya saya simpan. Kalau hand sanitizer selalu bawa di dalam tas,” ujarnya.
Ketua IDI Jawa Barat Eka Mulyana menuturkan, kegiatan di luar ruangan tanpa penerapan protokol kesehatan maksimal berpotensi tinggi penyebaran Covid-19. Meski kalangan milenial berada dalam rentang umur produktif dengan kekebalan tubuh kuat, mereka berpotensi membawa virus.
Di Aceh, 58 warga dan tenaga kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah Muyang Kute, Kabupaten Bener Meriah, menjalani tes swab. Pemeriksaan dilakukan setelah muncul dua kasus Covid-19 di kabupaten itu. Juru bicara Penanganan Covid-19 Bener Meriah, Riswandika, menuturkan, dari 58 orang diperiksa, 42 orang di antaranya tenaga kesehatan di RS. Mereka kontak dengan dua pasien, BS (24) dan Y (55), yang diketahui positif Covid-19, Sabtu.