Drainase Buruk, Banjir Menggenangi Lima Perumahan di Balikpapan
Hujan intensitas tinggi yang mengguyur Balikpapan sejak dini hari mengakibatkan lima perumahan terendam banjir, Senin (27/7/2020). Buruknya sistem drainase membuat air menggenang lebih lama di jalan dan permukiman.
Oleh
SUCIPTO
·3 menit baca
BALIKPAPAN, KOMPAS — Hujan intensitas tinggi yang mengguyur Balikpapan, Kalimantan Timur, sejak dini hari mengakibatkan lima perumahan terendam banjir, Senin (27/7/2020). Buruknya sistem drainase membuat air menggenang lebih lama di jalan dan permukiman warga.
Hujan turun di sekitar Balikpapan sejak pukul 01.00 dan benar-benar reda sekitar pukul 09.00. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Balikpapan mencatat, perumahan yang terendam banjir tersebar di Kecamatan Balikpapan Kota, Kecamatan Balikpapan Selatan, dan Kecamatan Balikpapan Utara.
Sekitar 150 keluarga terdampak banjir di Perumahan Bukit Damai Sentosa, Perumahan Tumaritis, Perumahan Sosial Sepinggan, Perumahan Sosial Batu Ampar, dan Perumahan PT HER 1. Di Jalan Beller, Kecamatan Balikpapan Selatan, rumah warga di sekitarnya terendam hingga 1 meter. Beberapa warga menyelamatkan barang-barang ke lantai dua di rumah mereka pada pagi hingga siang hari.
”Yang paling terdampak terutama di permukiman yang berada di tempat rendah. Warga yang terendam parah sudah dievakuasi ke rumah kerabat,” kata Kepala BPBD Balikpapan Suseno.
Ia mengatakan, banjir kali ini merupakan banjir terparah sejak awal tahun. Biasanya air surut dalam 2-3 jam saja. Namun, pada banjir kali ini, hingga pukul 17.00, air masih menggenang sekitar 70 sentimeter di RT 031 Kelurahan Damai, Kecamatan Balikpapan Kota.
Menurut Suseno, hal ini disebabkan intensitas hujan yang tinggi dan turun dalam jangka waktu lama dibandingkan dengan sebelumnya. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika mencatat, jumlah curah hujan di Balikpapan hari itu 114 milimeter atau masuk kategori hujan sangat lebat.
Akibat banjir ini, aliran listrik ke puluhan rumah warga di Kelurahan Damai terputus. Selain itu, warga tak bisa mengakses air bersih sebelum air benar-benar surut. Wardoyo (65), warga RT 031 Kelurahan Damai, langsung membeli bensin dan persediaan air untuk kebutuhan keluarganya.
”Kalau air, mau tidak mau harus beli untuk kebutuhan mandi dan minum. Kami tidak mengungsi. Kalau tidak hujan lagi, biasanya sekitar pukul 22.00 air sudah benar-benar surut,” katanya.
Warga yang rumahnya terendam parah mengungsi di rumah kerabat. Hal ini biasa dilakukan pada tahun-tahun sebelumnya ketika banjir lama menggenang. Rita (43), warga lain, berharap persoalan banjir ini segera diatasi. Ia khawatir banjir akan semakin parah jika tidak segera ditangani.
”Saya takut nanti semakin parah dan semakin lama air menggenang. Nanti kami bingung cari tempat tinggal,” katanya.
Suseno mengatakan, sebagian besar permukiman yang terdampak banjir terletak di sekitar Sungai Ampal yang memanjang sekitar 4,6 kilometer membelah Balikpapan. Ketika hujan deras, ratusan rumah di sekitarnya pasti terendam banjir. ”Sistem drainasenya juga buruk sehingga air tidak cepat mengalir ke sungai,” kata Suseno.
Sistem drainasenya juga buruk sehingga air tidak cepat mengalir ke sungai.
Untuk mengatasi banjir, Pemerintah Kota Balikpapan tahun ini berencana menormalisasi Sungai Ampal dan melebarkan gorong-gorong. Untuk mewujudkan itu, Pemkot Balikpapan mendapat bantuan dana dari pemerintah pusat Rp 400 miliar (Kompas, 30/1/2020).