Depresi, Pria di Banyuasin Bunuh Istri dan Anaknya
Karena cemburu dan depresi, R tega membunuh istri dan anaknya ketiganya yang baru berumur tiga tahun. RA depresi karena kehilangan pekerjaan setahun terakhir.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·3 menit baca
PANGKALANBALAI, KOMPAS — RA (34), warga Desa Taja Mulia, Kecamatan Betung, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan, tega membunuh istri dan anaknya karena cemburu dan depresi akibat kehilangan pekerjaan. RA pun berniat untuk bunuh diri tetapi gagal. Saat ini RA masih menjalani perawatan di RSUD Banyuasin karena kondisinya kritis.
Kedua korban adalah istri RA, Yuti Kontesa (30), dan anaknya ketiganya, yakni Rajata Baikal (3). Mereka tewas di kamarnya dengan luka parah di kepala. Diduga mereka tewas karena kepalanya dipukul dengan menggunakan tabung elpiji 3 kilogram. Kasus ini terkuak setelah tetangga korban, Andra, melihat mayat kedua korban di kamar rumah RA.
Kepala Kepolisian Resor Banyuasin Ajun Komisaris Besar Danny Sianipar, Senin (27/7/2020), menuturkan, RA sempat datang ke rumah Andra dan meminta pertolongan dalam keadaan mulut terluka dan ada tali melilit di leher RA. Melihat kondisi itu, Andra segera membawa RA ke bidan terdekat untuk diobati. Namun, setelah diobati, RA memilih lari ke Sungai Lilin. Di tengah jalan ia menenggak racun dan ditolong oleh warga.
Curiga dengan perilaku RA, Andra pun memeriksa rumah RA yang saat itu tidak terkunci. Alangkah terkejutnya, ketika Andra melihat ada dua mayat tergeletak di kamar RA dengan luka parah di kepala. Kedua korban tidak lain adalah istri RA dan anak ketiganya.
Berdasarkan penyelidikan petugas di lapangan, kata Danny, pembunuhan ini diduga dilatarbelakangi cemburu pada Yuti dan meyakini anak ketiganya itu bukan darah dagingnya. Fakta lain, sejak dua tahun terakhir, RA sudah menjalani dua kali rehabilitasi di Badan Narkotika Nasional Sumsel di Palembang. ”Kami masih menyelidiki apakah saat membunuh, RA dalam pengaruh narkotika atau tidak,” kata Danny.
Selain itu, ada dugaan RA depresi karena kehilangan pekerjaan. Dia dipecat dari perusahaannya setahun lalu. Sampai saat ini, RA pun tidak bisa dimintai keterangan karena sedang menjalani perawatan di RSUD Banyuasin dan dalam kondisi kritis.
Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Banyuasin Ajun Komisaris Polisi Ginanjar menuturkan, RA mencoba bunuh diri tiga kali. Dia mencoba bunuh diri dua kali dengan menggantung diri di dapur dan di belakang rumahnya. ”Namun, tali yang digunakan putus terus,” katanya.
Gagal dengan dua kali mencoba gantung diri, RA berupaya bunuh diri dengan meminum racun saat melanjutkan perjalanan ke Sungai Lilin, Kabupaten Musi Banyuasin. ”Beruntung ada warga yang melihat dia dalam kondisi kritis sehingga langsung dibawa ke rumah sakit,” ujarnya.
Kepala Desa Taja Mulia, Kecamatan Betung, Banyuasin, Supandi mengatakan, dalam kesehariannya, RA dikenal sebagai orang yang memiliki temperamental tinggi. Bahkan, RA pernah dilaporkan oleh istrinya lantaran melakukan kekerasan dalam rumah tangga. ”RA pernah berselisih dengan orangtuanya sendiri,” ujar Supandi.
Sejak kecanduan narkoba, ujar Supandi, gelagat RA agak aneh. ”Dia sering melamun dan suka mencari masalah baik dengan istri maupun tetangga sekitar. Padahal, Yuti dikenal sangat baik dan mudah bergaul, berbeda dengan suaminya yang selalu mencari perkara. Saat ini, kedua korban sudah dimakamkan di pemakaman di dekat desa setelah sebelumnya divisum.
RA pernah berselisih dengan orangtuanya sendiri.
Di masa pandemi ini, tingkat kekerasan dalam rumah tangga meningkat dan korbannya adalah perempuan dan anak-anak. Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Sumatera Selatan Fitriana menuturkan, pada masa pandemi, kasus kekerasan pada anak menunjukkan tren tinggi.
Berdasarkan data DP3A Sumatera Selatan, angka kekerasan pada anak di sepanjang tahun 2020 sudah mencapai 127 kasus yang terdiri dari 87 kasus melibatkan anak perempuan dan 40 kasus melibatkan anak laki-laki.
Kekerasan ini sebagai besar disebabkan karena faktor ekonomi karena banyak orangtua yang harus kehilangan pekerjaan akibat terdampak Covid-19. ”Dengan kondisi seperti ini, banyak yang merasa tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan hidup,” ujarnya.