Bilik Usap untuk Pengambilan Spesimen Virus Korona
Sejumlah dosen Universitas Gadjah Mada membuat bilik untuk mempermudah pengambilan sampel pemeriksaan Covid-19. Dengan bilik itu, petugas tak perlu memakai alat pelindung diri lengkap saat mengambil sampel.
Sejumlah dosen Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, membuat bilik usap atau swab hidung dan tenggorokan yang bisa mempermudah pengambilan sampel untuk pemeriksaan Covid-19. Dengan bilik tersebut, petugas bisa mengambil sampel secara lebih cepat dan nyaman tanpa harus mengorbankan keamanan dan keselamatan.
Bilik swab buatan beberapa dosen UGM itu diberi nama Gama Swab Sampling Chamber. Kata ”Gama” dalam nama itu merupakan singkatan dari Gadjah Mada. ”Bilik swab ini merupakan bentuk kontribusi UGM terhadap bangsa dan negara dalam menghadapi pandemi Covid-19,” kata Koordinator Tim Peneliti Gama Swab Sampling Chamber, Sumiharto, Kamis (23/7/2020), di Yogyakarta.
Gama Swab Sampling Chamber dibuat oleh tim peneliti beranggotakan dosen dari beberapa fakultas di UGM. Selain Sumiharto yang berasal dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) UGM, ada juga Hera Nirwati dan Dwi Aris Agung Nugrahaningsih dari Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FKKMK) UGM, serta Setyawan Bekti Wibowo dari Sekolah Vokasi UGM.
Dalam proses pembuatan bilik swab itu, para dosen tersebut juga dibantu oleh tim dokter Rumah Sakit Akademik (RSA) UGM. Masukan dari para dokter itu amat penting karena mereka yang akan menggunakan bilik swab tersebut. ”Proses pembuatan bilik swab ini dimulai awal April 2020 dan membutuhkan waktu sekitar tiga pekan,” ujar Sumiharto.
Baca juga: RSA UGM Gunakan Bilik Khusus untuk Ambil Sampel Usap Tenggorok
Menurut Sumiharto, Gama Swab Sampling Chamber dibuat untuk memudahkan pengambilan sampel pasien terduga Covid-19 dengan metode swab atau usap hidung dan tenggorokan. Selama ini, petugas yang mengambil sampel itu harus memakai alat pelindung diri (APD) lengkap, termasuk baju hazmat, untuk mencegah kemungkinan penularan virus korona jenis baru (SARS-CoV-2) yang menyebabkan penyakit Covid-19.
Namun, harga APD lengkap yang harus dipakai para petugas tersebut tak murah. Apalagi, APD untuk tenaga kesehatan itu hanya bisa digunakan satu kali. Selain itu, pada masa awal pandemi Covid-19, stok APD untuk tenaga kesehatan belum memadai.
”Untuk mendapatkan APD dulu susah karena stoknya terbatas. Maka, saya dan teman-teman ingin membuat mekanisme pengambilan sampel yang tetap aman dan nyaman serta hemat APD,” tutur Sumiharto yang merupakan dosen Departemen Ilmu Komputer dan Elektronika FMIPA UGM.
Bermula dari ide itu, Sumiharto dan teman-temannya lalu merancang bilik yang bisa mempermudah pengambilan sampel untuk pemeriksaan Covid-19. Pembuatan bilik itu melalui beberapa tahapan. Awalnya, tim peneliti ingin membuat bilik untuk pasien yang diambil swab, sedangkan petugas yang mengambil swab berada di luar bilik.
Baca juga: Riset dan Inovasi UGM Dukung Penanganan Covid-19
Namun, ide pembuatan bilik dengan posisi pasien di dalam itu memiliki keterbatasan. Salah satunya harus ada jeda waktu untuk melakukan sterilisasi bilik dengan disinfektan apabila ada pergantian pasien yang diambil swab. Itu membuat proses pengambilan sampel jadi lebih lama sehingga jumlah pasien yang menjalani swab dalam satu waktu jadi terbatas.
Untuk mendapatkan alat pelindung diri dulu susah karena stoknya terbatas. Maka, kami ingin membuat mekanisme pengambilan sampel yang tetap aman dan nyaman serta hemat APD.
”Dulu awalnya kami ingin pasiennya ada di dalam bilik, sedangkan petugasnya di luar bilik. Namun, kalau seperti itu, jumlah pasien yang bisa ditangani terbatas karena harus ada jeda waktu untuk membersihkan ruangan,” kata Sumiharto.
Berdasarkan pertimbangan itu, Sumiharto dan tim membuat bilik swab yang menempatkan pasien di luar, sedangkan petugas yang mengambil sampel berada di dalam bilik. Dengan posisi itu, tak perlu ada sterilisasi bilik setiap ada pergantian pasien. Mekanisme itu kini digunakan dalam proses pengambilan sampel melalui Gama Swab Sampling Chamber.
Cegah aerosol
Gama Swab Sampling Chamber berbentuk kotak ukuran 1,2 meter x 1,2 meter x 2,4 meter. Rangka bilik itu terbuat dari bahan aluminium composite, sedangkan dindingnya yang transparan memakai akrilik dengan ketebalan 5 milimeter.
Sumiharto menyebut, aluminium composite dipilih sebagai bahan rangka karena ringan, kuat, dan tahan terhadap cuaca. Faktor tahan cuaca ini penting karena Gama Swab Sampling Chamber banyak digunakan di luar ruangan. ”Akrilik itu kami pilih karena ringan dan tembus pandang. Dulu sempat berpikir akan memilih kaca tetapi mudah pecah,” ujarnya.
Di bilik tersebut juga terdapat dua lubang yang tersambung dengan sarung tangan di luar bilik. Untuk melakukan swab, petugas yang ada di dalam bilik tinggal memasukkan tangannya ke sarung tangan berukuran panjang itu.
Untuk mengatur aliran udara di dalam bilik, Gama Swab Sampling Chamber dilengkapi dua lubang, yakni satu di bagian atas dan satu di bagian bawah. Lubang di bagian atas menjadi jalan masuk aliran udara dari luar, sementara lubang di bagian bawah berfungsi sebagai jalan keluar udara dari dalam bilik.
Lubang di bagian atas itu dilengkapi dengan filter high efficiency particulate air (HEPA) H14. Filter HEPA H14 ini bisa mencegah masuknya partikel berukuran amat kecil, yakni 0,3 mikron, dengan efisiensi 99,999 persen. Dengan kondisi itu, filter HEPA H14 bisa mencegah kemungkinan masuknya aerosol ke dalam bilik.
Aerosol merupakan partikel halus zat padat atau cair yang ada di dalam gas atau udara. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menyatakan Covid-19 berpotensi menular lewat udara, yakni melalui aerosol yang melayang di udara.
Sumiharto menambahkan, Gama Swab Sampling Chamber juga memiliki tekanan udara positif. Artinya, tekanan udara di dalam bilik lebih tinggi dibandingkan tekanan udara di luar bilik. Dengan tekanan positif itu, saat udara dari dalam bilik keluar melalui lubang bagian bawah, udara dari luar tidak bisa masuk ke dalam bilik.
”Dengan adanya tekanan positif itu, udara dari dalam tertekan keluar. Jadi, kalau ada aerosol di udara di luar bilik, dia tidak bisa masuk karena ada tekanan ke luar,” ungkap Sumiharto.
Gama Swab Sampling Chamber juga dilengkapi dengan lampu yang bisa mengeluarkan sinar ultraviolet untuk melakukan sterilisasi di dalam bilik. Sterilisasi itu diatur secara otomatis setelah petugas keluar dari dalam bilik dan pintu bilik tertutup rapat karena sinar ultraviolet berbahaya bagi manusia.
Sementara itu, proses sterilisasi di luar bilik dilakukan dengan disinfektan berbentuk dry mist (asap kering). Selain itu, Gama Swab Sampling Chamber juga memiliki air cooler atau pendingin udara agar udara di dalam bilik tetap sejuk sehingga petugas bisa melakukan swab dengan nyaman.
Penggunaan
Dengan berbagai perlengkapan itu, Sumiharto menuturkan, petugas yang mengambil spesimen di dalam Gama Swab Sampling Chamber tak perlu memakai APD lengkap. Petugas di dalam bilik hanya perlu menggunakan masker bedah dan sarung tangan saat melakukan swab.
Sumiharto menambahkan, Gama Swab Sampling Chamber awalnya didesain untuk digunakan di luar ruangan. Meski begitu, bilik tersebut juga bisa dipakai di dalam ruangan tertutup asalkan ruangan itu memiliki tekanan udara negatif untuk mencegah penularan di dalam ruangan tersebut.
Saat ini Gama Swab Sampling Chamber sudah dipakai di beberapa rumah sakit di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), misalnya RSA UGM di Kabupaten Sleman, Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Panembahan Senopati di Kabupaten Bantul, serta RSUD Kota Yogyakarta. Adapun harga jual bilik itu sekitar Rp 20 juta untuk paket lengkap dan Rp 16 juta untuk bilik yang tak dilengkapi air cooler dan disinfektan dry mist.
Direktur Utama RSA UGM Arief Budiyanto menyambut baik adanya Gama Swab Sampling Chamber. Penggunaan bilik swab tersebut diharapkan bisa mempermudah dan mempersingkat proses pengambilan spesimen. Dengan begitu, jumlah orang yang menjalani swab dalam satu waktu lebih banyak.
”Kami berterima kasih kepada FMIPA, Sekolah Vokasi, dan FKKMK UGM yang telah bekerja sama mengembangkan alat yang inovatif ini. Alat ini memberikan kenyamanan dan keamanan tanpa mengurangi keselamatan petugas dan pasien yang di-swab,” tutur Arief saat peluncuran Gama Swab Sampling Chamber, Senin (27/4/2020), di RSA UGM.