Di tengah kepungan banjir dan ancaman virus korona baru, para petugas pilkada serentak berjuang. Mira Kurniyati (37), misalnya, menerjang banjir setinggi 1 meter demi mencocokkan data pemilih.
Oleh
EMANUEL EDI SAPUTRA
·3 menit baca
Di tengah kepungan banjir dan ancaman virus korona baru, para petugas pilkada serentak berjuang. Mira Kurniyati (37), misalnya, menerjang banjir setinggi 1 meter demi mencocokkan data pemilih di TPS 03 Kelurahan Kapuas Kiri Hilir, Kecamatan Sintang, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat, Sabtu (18/7/2020). Ia memakai pelindung wajah, tangan kiri mengangkat tas berisi berkas-berkas.
Ia sempat terperosok ke lubang hingga tubuhnya basah. Tas berkas pun hanyut, tetapi ia selamatkan. ”Saya sempat panik, khawatir berkas-berkas basah. Untunglah tidak,” ujar Mira, Selasa (21/7/2020). Mira adalah salah seorang petugas pemutakhiran data pemilih (PPDP) di Kabupaten Sintang. Melakukan pencocokan dan penelitian (coklit) di tengah pandemi Covid-19 sekaligus banjir itu pengalaman pertamanya. Di TPS 03, dari 200 keluarga yang harus dilakukan coklit, beberapa rumah terendam banjir.
Bertugas di tengah Covid-19 juga mengkhawatirkannya. Namun, kelengkapan protokol kesehatan selalu ia bawa. Tantangan sama dihadapi Hersi Destari (37), PPDP TPS 02 Kecamatan Tempunak, Sintang. Ia harus mencocokkan data 77 keluarga, 50 di antaranya terdampak banjir. Saat dihubungi, Selasa (21/7/2020), Hersi berada di tengah banjir seusai coklit. Delapan rumah penduduk ada di dekat rumahnya, sisanya jauh. Jarak dari rumahnya ke rumah penduduk ada yang lebih dari 5 kilometer.
Saat berangkat ke lokasi coklit, ia menumpang perahu cepat dengan biaya Rp 10.000 agar pakaian kering saat bertemu warga. Saat pulang, ia menerjang banjir sekitar 1 meter untuk menghemat ongkos. Ia harus memberanikan diri. Terlintas di benak ada ular di antara air, tetapi ia fokus pada lubang-lubang di tengah banjir.
Di titik tertentu, arus banjir cukup deras. Dengan mengenakan pelindung wajah dan tangan memegang tas yang disunggi, ia perlahan menerobos banjir. ”Saya kerja membantu di lapangan,” ujarnya. Jumat (24/7/2020), Hersi harus membawa anaknya, Khanza (11 bulan), saat coklit. Tangan kanan memegang tas berkas, tangan kirinya memeluk Khanza yang sedang tidur. ”Penuh perjuangan dengan membawa anak. Sebab, tidak ada yang jaga,” ujarnya.
Menerjang banjir sudah dialami para PPDP sejak awal bergabung. Saat menjalani tes cepat (rapid test) Covid-19 dan bimbingan teknis, Rabu (15/7/2020), Yulius Niki Aldianto (32), PPDP TPS 01 Desa Tuguk, Kecamatan Kayan Hilir, dan beberapa rekannya juga mengarungi banjir setinggi 2-3 meter.
Akibat banjir, Yulius dan rekannya perlu waktu empat jam jalan kaki dari Desa Tuguk ke ibu kota Kecamatan Sintang. Biasanya hanya 1 jam 30 menit dengan jarak 9 kilometer. Dari 9 km jalan, enam lokasi terendam. Barang bawaan dibungkus plastik, dimasukkan tas, lalu ditaruh di baskom. ”Kami dorong di air,” katanya.
Gejolak pandemi
Tak hanya banjir, ancaman Covid-19 juga membahayakan. Mereka bertemu banyak warga. Meski di Sintang Covid-19 mereda, mereka harus waspada. Mereka dibekali masker, face shield, dan ikut tes cepat. Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Sintang, Edi Susanto, mengatakan, pandemi dan banjir jadi tantangan pilkada tahun ini. Saat tes cepat, sejumlah petugas coklit gagal datang terhalang banjir, seperti di Kecamatan Ketungau Hulu.
Ini pengorbanan penyelenggara ketika menghadapi situasi bencana yang tidak bisa diprediksi.
Di Nanga Tebidah, Kecamatan Kayan Hulu, dan Kecamatan Kayan Hilir, bimbingan teknis juga mundur akibat banjir. Tidak kurang dari 150 PPDP harus menerjang banjir di 12 kecamatan dari 14 kecamatan di Sintang. Secara umum, kendala itu teratasi. Penduduk dipastikan terdata dan hak pilih terakomodasi. Umi Rifdiyawati dari Jaringan Demokrasi Indonesia (JaDi) Kalbar mengatakan, demokrasi di Kalbar diuji pandemi dan banjir.
Ia berharap petugas tetap sehat dan mutu pemilihan terjaga. ”Ini pengorbanan penyelenggara ketika menghadapi situasi bencana yang tidak bisa diprediksi,” katanya. Kabupaten Sintang adalah salah satu dari tujuh kabupaten di Kalbar yang menggelar pilkada serentak, Desember 2020. Ada pula Kapuas Hulu, Melawi, Sekadau, Bengkayang, Sambas, dan Ketapang. Jika tahapan pilkada berjalan baik, juga karena kerja keras petugas coklit berhonor Rp 800.000 sebulan, belum pajak. Mereka bagian demokrasi dan masa depan negeri.