Pemetaan Kawasan Langganan Kebakaran di Jambi Terus Dilakukan
Wilayah yang memasuki musim kering hingga akhir tahun ini perlu memperkuat antisipasi kebakaran hutan dan lahan. Penanganan lebih optimal khususnya pada wilayah yang telah dipetakan sebagai langganan kebakaran.
Oleh
IRMA TAMBUNAN
·3 menit baca
JAMBI, KOMPAS — Kawasan yang selalu mengalami kebakaran berulang di Jambi dipetakan. Semua pihak diminta terus waspada karena kebakaran tidak semata-mata dipicu alam tapi ulah manusia.
”Kebakaran berulang itu tersebar di delapan titik (kawasan),” kata Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Basar Manullang dalam webinar bertema ”Kesiapan Jambi Menghadapi Musim Kering 2020”, Sabtu (25/7/2020).
Hampir setiap tahun kebakaran terjadi di Hutan Lindung Gambut dan Taman Nasional Berbak Sembilang di Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Taman Hutan Raya Orang Kayo Hitam (Kabupaten Muaro Jambi), serta kawasan restorasi ekosistem (Kabupaten Tebo dan Kabupaten Batanghari).
Selain itu, ada juga hutan alam, area konflik dalam hutan tanaman industri, serta hutan dengan akses terbuka yang menyebar di Kabupaten Muaro Jambi, Tebo, Batanghari, dan Kabupaten Sarolangun.
Berdasarkan laporan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jambi, kebakaran sudah terjadi di lahan seluas 174 hektar, periode Januari hingga Juli 2020. Sebagian besar berada di areal gambut.
Basar mengatakan, ke depan, pencegahan akan dioptimalkan lewat patroli terpadu di desa, pemasangan sistem pantau realtime, dan rekayasa cuaca. Hasil evaluasi pada pelaksanaan patroli terpadu menunjukkan sinergi di tingkat tapak. Perkembangan harian kini rutin dilaporkan setelah dibentuk 25 posko yang mampu menjangkau 135 desa rawan kebakaran.
Deteksi dini kebakaran juga terpantau lewat pemasangan aplikasi sistem Analisa Pengendalian Karhutla (ASAP) Digital. Saat ini, kamera pantau terpasang di Taman Hutan Raya Orang Kayo Hitam dan Hutan Lindung Gambut (HLG) Londerang di Kabupaten Tanjung Jabung Timur.
Upaya modifikasi cuaca, lanjutnya, juga telah dilakukan pada Juni lalu dan berlanjut pada awal Agustus. Sejauh ini, modifikasi cuaca memberikan hasil ideal. Rata-rata curah hujan 11,14 millimeter sehingga efektif mengurangi pertumbuhan titik panas.
Tenaga ahli di Badan Pengembangan dan Penerapan Teknologi Asep Karsidi memperkirakan, tahun ini tidak akan terjadi fenomena El Nino. Namun, Asep mengingatkan agar semua pihak tetap waspada. Sebelumnya, kebakaran bukan dipicu alam tapi ulah manusia.
Berbeda pendapat, akademisi di Institut Pertanian Bogor Lailan Syaufina memperkirakan, kekeringan terjadi secara bertahap hingga Desember mendatang. ”Kalau sekarang memang masih basah, tapi pada akhir tahun mulai terjadi terutama di Sumatera dan Kalimantan,” ujarnya.
Kepala BPBD Jambi Bachyuni Deliansyah mengatakan, enam kabupaten di Jambi menetapkan status Siaga Darurat Bencana Karhutla. Terkait itu, pihaknya mendorong tiap-tiap kepala daerah itu untuk meningkatkan anggaran penanganan kebakaran lahan. Dana karhutla yang direalokasi untuk penanganan Covid-19, diharapkan bisa dikembalikan lagi.
Kepala Dinas Kehutanan Jambi Ahmad Bestari mengatakan, pencegahan kebakaran berjalan seiring dengan pengendalian berbagai aktivitas ilegal, seperti pembalakan liar. Saat ini sudah ditempatkan satu unit helikopter untuk menyisir potensi kebakaran dan berbagai aktivitas ilegal di hutan.