Seminari di Malang dan Probolinggo memperketat kepulangan siswanya untuk mencegah penyebaran Covid-19 di lingkungan asrama. Hal itu dilakukan untuk mencegah meledaknya kasus Covid-19 di sekolah berasrama.
Oleh
ANGGER PUTRANTO
·4 menit baca
BANYUWANGI, KOMPAS — Seminari Tinggi Interdiocesan San Giovanni Malang dan Seminari Menengah Marianum, Probolinggo, Jawa Timur, memperketat kepulangan siswanya untuk mencegah penyebaran Covid-19 di lingkungan asrama. Kedua institusi pendidikan calon imam milik Keuskupan Malang tersebut juga membatasi kegiatan para siswa di luar lingkungan asrama.
Berbagai penyesuaian dilakukan termasuk salah satunya penerapan protokol kesehatan bagi para imam, frater, seminaris, dan karyawan. Pemulangan hingga penitipan siswa didik pernah dilakukan sebagai upaya pencegahan.
Wakil Rektor Seminari Tinggi Interdiocesan San Giovanni Malang Rm Aang Winarko Pr mengatakan, pihaknya sempat melarang para frater (siswa pendidikan calon imam tingkat tinggi/setara mahasiswa) untuk berlibur ke rumah masing-masing. Izin meninggalkan asrama seminari hanya diberikan kepada mereka yang baru saja menyelesaikan pendidikan strata satu karena para frater akan menjalani tugas pastoral di sejumlah gereja.
”Para frater yang berasal dari Jawa Timur juga kami izinkan pulang. Namun, para frater yang berasal dari Kalimantan, Sumatera, dan Papua tidak kami izinkan pulang ke daerahnya masing-masing. Keputusan ini juga menjadi kesepakatan seminari dan para uskup,” ujar Aang ketika dihubungi dari Banyuwangi, Jumat (24/5/2020).
Para siswa yang tinggal di Asrama Seminari Tinggi Interdiocesan San Giovanni berjumlah 120 orang. Mereka merupakan para calon imam Katolik dari Keuskupan Malang, Keuskupan Medan, Keuskupan Timika, dan seluruh keuskupan di Kalimantan.
Agar jumlah penghuni asrama seminari tidak terlalu padat, lanjut Aang, pihaknya pernah memecah komunitas dengan menitipkan para frater ke sejumlah tempat. Para frater dibagi per angkatan kuliah dan tinggal dalam komunitas yang lebih kecil di Lawang, Jedong, Claket, dan Sigura-Gura.
Para frater yang berasal dari Jawa Timur juga kami izinkan pulang. Namun, para frater yang berasal dari Kalimantan, Sumatera, dan Papua tidak kami izinkan pulang ke daerahnya masing-masing.
Kebijakan tersebut berlangsung selama satu bulan. Melihat perkembangan penyebaran kasus Covid-19 di Malang, para frater akhirnya dikembalikan lagi dalam satu komunitas. Namun, pembatasan sosial tetap dilakukan di lingkungan asrama seminari.
”Dulu kami selalu menggelar ibadat harian dan misa harian di kapel besar, kini ibadah dan misa kami adakan di empat tempat berbeda dengan peserta yang tetap tidak berganti atau bercampur. Kami juga sudah tidak makan bersama di refter (ruang makan), melainkan di masing-masing unit (rumah tinggal frater),” tutur Aang.
Saat ini, Seminari Tinggi Interdeocesan San Giovanni masih dalam suasana libur kuliah. Aktivitas perkuliahan para frater baru akan dimulai pada 17 Agustus. Aang mengatakan, ada lima frater yang berlibur di luar seminari, sedangkah 115 lainnya berlibur di dalam seminari.
Kendati berlibur di dalam lingkungan asrama seminari, para frater tidak diizinkan keluar masuk asrama. Frater-frater yang berlibur di rumahnya masing-masing diwajibkan menjalani tes cepat ketika hendak kembali ke asrama seminari.
Hal senada disampaikan Rektor Seminari Menengah Marianum Probolinggo Rm Adam Soencoko Pr. Adam bahkan sempat memulangkan para seminaris (siswa pendidikan calon imam tingkat menengah/setara SMA) sejak April dan kembali mengizinkan para seminaris masuk ke asrama seminari pada awal Juni.
”Seminaris yang masuk kembali harus membawa surat keterangan sehat dari dokter dan hasil rapid test dari rumah sakit. Saat datang ke seminari, para seminaris hanya diantar oleh orangtua dan tidak diantar rombongan,” tutur Adam.
Adam mengatakan, para seminaris juga harus diantar menggunakan kendaraan pribadi, bukan kendaraan umum. Kebijakan tersebut diterapkan untuk memastikan para seminaris tidak terpapar virus selama dalam perjalanan.
Saat masuk seminari, pengantar dan seminaris juga harus menjalani protokol kesehatan. Barang-barang yang dibawa para seminaris juga harus disemprot disinfektan sebelum dibawa masuk ke dalam kamar.
Para seminaris di Seminari Marianum biasa bersekolah di SMA Mater Dei Probolinggo yang berjarak sekitar 1 kilometer dari asrama seminari. Di masa pandemi, persekolahan tatap muka ditiadakan, sebagai gantinya para seminaris mengikuti pembelajaran dari dari asrama seminari.
Para seminaris dibagi dalam kelompok kecil empat hingga lima orang per kelompok untuk mengikuti pelajaran. Seminari yang biasa melarang siswanya membawa laptop tersebut kini justru mewajibkan membawa laptop guna mendukung pembelajaran.
”Kami juga sudah meningkatkan kapasitas internet agar para seminaris bisa mengikuti pembelajaran daring dari asrama seminari dengan baik. Tentunya penggunaanya kami awasi dan kami batasi hanya untuk sekolah saja,” tutur Adam.
Untuk mencegah tertularnya virus dari luar lingkup seminari, Adam melarang penerimaan tamu dari luar seminari. Para seminaris juga tidak diperkenankan keluar asrama. Bila membutuhkan membeli aneka kebutuhan, para seminari hanya perlu menuliskan kebutuhan untuk kemudian dibelanjakan oleh romo minister (pengasuh urusan rumah tangga).