Kompleks Flamboyan Bawah Palangkaraya Langganan Kebakaran
Api melumat sembilan rumah di kompleks Flamboyan Bawah, Kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Kejadian kebakaran di lokasi itu setiap tahun terus terjadi.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·4 menit baca
PALANGKARAYA, KOMPAS — Sembilan rumah di permukiman padat penduduk Flamboyan Bawah, Kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah, terbakar. Kejadian kebakaran di kompleks perumahan ini berulang hampir setiap tahun.
Kepala Bagian Operasional Polresta Palangkaraya Komisaris Hemat Siburian menjelaskan, awal titik api muncul dari salah satu rumah yang kemudian merembet ke delapan rumah lainnya. Rumah-rumah yang terbakar itu merupakan rumah panggung kayu yang berada di pinggiran Sungai Kahayan, Kelurahan Langkai, Kecamatan Pahandut.
”Kami masih menyelidiki penyebab utama kebakaran, sampai sekarang tim masih di lokasi untuk mencari tahu sumber api. Beruntung tak ada korban jiwa dalam peristiwa ini,” ujar Hemat di Palangkaraya, Jumat (24/7/2020).
Kebakaran itu terjadi pada Kamis (23/7/2020) malam sekitar pukul 22.30 WIB. Puluhan unit mobil pemadam kebakaran dari Badan Penangguangan Bencana Daerah (BPBD), unit pemadam kebakaran (damkar), bahkan dari kepolisian ikut memadamkan api dan mencegah kebakaran meluas karena padatnya perumahan panggung di lokasi.
Hemat menjelaskan, kerugian material diperkirakan mencapai Rp 800 juta. Para pemilik rumah hanya mampu menyelamatkan surat dan dokumen penting juga beberapa kendaraan bermotor, sisanya ludes terbakar.
Pemadaman cukup sulit dilakukan karena padatnya lokasi dan jalan-jalan masuk pemukiman yang sempit. Pihak pemadam kebakaran membutuhkan waktu 3-4 jam untuk memadamkan api, dan 2 jam lagi untuk pendinginan bara-bara api.
Hasnah (45), salah satu korban yang rumahnya terbakar, mengungkapkan, kebakaran bersumber dari rumah keponakannya. Rumah itu kosong selama dua hari karena keponakannya sekeluarga sedang menghadiri hajatan.
”Itu dari rumah nomor lima, keluarga saya juga. Memang orangnya di luar jadi mungkin listriknya masih nyala, saya juga enggak tahu. Tetapi, yang jelas api begitu cepat merambat,” kata Hasnah.
Hasnah mengungkapkan, semua harta benda miliknya habis terbakar lantaran dia beserta keluarga langsung menyelamatkan anak-anak yang masih tertidur. Ia hanya mampu menyelamatkan beberapa surat-surat berharga dan perhiasan juga baju yang melekat di badan.
”Gak keluarga kami saja, semua yang rumahnya terbakar itu cepat-cepat pergi dari rumah dan enggak sempat menyelamatkan banyak barang, segala televisi, kulkas, sofa habis semua,” ujar Hasnah.
Kepala Dinas Pemadam Kebakaran Kota Palangkaraya Gloria Aden menjelaskan, di hari yang sama pada Kamis malam, kebakaran juga melanda di Perumahan Bumi Palangka II Jalan Pinguin 12 Kelurahan Palangka, Kota Palangkaraya.
”Satu rumah hangus terbakar, tidak ada korban jiwa. Penyebab kebakaran juga masih ditelusuri petugas kepolisian,” kata Gloria.
Gloria menjelaskan, di wilayah padat penduduk itu kebakaran memang kerap terjadi. Selain karena rumah yang berbahan dasar kayu, jaringan kabel listrik juga kerap menjadi penyebab api cepat merambat.
Gak keluarga kami saja, semua yang rumahnya terbakar itu cepat-cepat pergi dari rumah enggak sempat menyelamatkan banyak barang, segala televisi, kulkas, sofa habis semua.
”Hal ini selalu jadi perhatian pemerintah dan terus kami sampaikan. Pemerintah juga sudah melakukan banyak upaya untuk mencegah dan menghindari kebakaran,” ungkapnya.
Dari catatan Kompas, kebakaran di permukiman ini terjadi hampir setiap tahun. Penyebab utama kebakara seputar korsleting listrik, kompor meledak, atau ledakan lampu minyak.
Di permukiman yang sama tahun 2015, sebanyak 20 rumah terbakar, lalu pada tahun 2017 sebanyak 12 rumah terbakar karena korsleting listrik. Berlanjut ke tahun 2018, setidaknya tejadi tiga kali kebakaran di lokasi tersebut. Tahun 2019 lebih parah lagi, sebanyak 89 rumah terbakar dan menyebabkan 302 orang mengungsi.
Pemerintah Kota Palangkaraya sudah beberapa kali berbenah di kawasan ini. Pada tahun 2018, pemerintah membuat konsep water front city dengan menjadikan kawasan pinggir sungai ini sebagai lokasi wisata. Beberapa fasilitas disiapkan, seperti membuat jalan yang awalnya hanya berupa jembatan kayu menjadi jembatan semen, lalu membuat pondok, membuat kafe apung, hingga menggelar beragam kegiatan masyarakat.
Nurbaya (52), warga sekitar lokasi kebakaran, mengungkapkan, setiap warga yang tinggal di lokasi itu sudah hampir terbiasa dengan kebakaran rumah. Ia mengaku bersama keluarganya selalu memeriksa jaringan listrik di rumahnya karena khawatir korsleting.
”Rusak sedikit kabel itu diganti yang baru, di sini memang langganan kebakaran,” ujar Nurbaya, yang sudah tinggal 25 tahun di permukiman itu.
Setelah kejadian kebakaran, lanjut Nurbaya, pemerintah akan memberikan bantuan rumah dengan ukuran dan bahan dasar kayu yang hampir persis seperti rumah yang terbakar.