Jawa Tengah Jadi Perhatian Pusat, Menkes Berkantor di Semarang
Pada akhir pekan ini, Terawan meninjau penanganan Covid-19 di sejumlah daerah di Jawa Tengah. Gubernur Jateng berharap jajarannya, termasuk di kabupaten/kota, dapat menjelaskan permasalahan-permasalahan di lapangan.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·4 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Pemerintah pusat memberi perhatian khusus pada penanganan dan pengendalian penularan Covid-19 di Jawa Tengah yang masih tinggi. Salah satu wujudnya, Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto, akhir pekan ini, berkantor di Kota Semarang serta meninjau sejumlah daerah di Jateng.
Terawan memulai agenda di Rumah Sakit Tentara (RST) Semarang, Jumat (24/7/2020), dengan memberi santunan dan penghargaan kepada tiga tenaga kesehatan asal Jateng, dari sejumlah RS, yang gugur saat bertugas pada masa pandemi Covid-19. Ia kemudian menuju ke Kantor Dinas Kesehatan Jateng, lalu ke Kabupaten Brebes dan Tegal.
Ketika ditanya berapa lama akan berkantor di Jateng, ia menuturkan akan melihat situasi. ”Saya pokoknya ada di sini. Saya terus berdiskusi dengan kepala dinas (kesehatan),” kata Terawan yang semobil dengan Kepala Dinas Kesehatan Jateng Yulianto Prabowo saat hendak menuju Brebes.
Gubernur Jateng Ganjar Pranowo membenarkan bahwa Menkes meminta izin untuk berkantor di Jateng. ”Mungkin beliau ingin membantu kami dan saya sangat senang. Kemarin kami juga berkoordinasi dengan satgas (Covid-19) pusat. Kami jelaskan kondisi yang ada,” ujarnya.
Ia pun berharap jajarannya, termasuk di kabupaten/kota di Jateng, dapat menyampaikan segala persoalan kepada Menkes Terawan. Dengan demikian, apa yang dilihat oleh pemerintah pusat atau Satgas Penanganan Covid-19 pusat tentang kondisi di Jateng dapat dijelaskan dengan baik.
Salah satunya terkait penambahan kapasitas laboratorium untuk pemeriksaan spesimen terkait Covid-19. ”Kami siapkan bantuan sumber daya manusia (untuk laboratorium). Dengan adanya Pak Menkes, kawan-kawan dari dinkes bisa minta bantuan agar tenaga laboratoriumnya ditambah,” kata Ganjar.
Sebelumnya, pemerintah pusat meminta Jateng untuk meningkatkan jumlah tes Covid-19. Guna memenuhi target pemeriksaan pada 1 orang per 1.000 penduduk per minggu, akan dilakukan tes pada 4.991 spesimen per hari. Selama ini, pemeriksaan di Jateng baru sekitar 2.700 spesimen per hari.
Adapun data Satgas Penanganan Covid-19 menunjukkan, pada pekan lalu, 13-19 Juli 2020, laju insidensi atau kecepatan penularan Covid-19 di Kota Semarang sebesar 50,4 per 100.000 penduduk atau tertinggi kedua di Indonesia. Angka itu hanya lebih rendah dari Kota Jayapura dengan 59,7 per 100.000 penduduk.
”Setelah Jayapura, penambahan kasus Kota Semarang cukup tinggi dibandingkan pekan sebelumnya. Setelah itu ada Jakarta Pusat, Bangli (Bali), dan Kota Banjarbaru (Kalimantan Selatan),” ujar Dewi Nur Aisyah dari Tim Pakar Satuan Tugas Penanganan Covid-19, Rabu lalu (Kompas.id, 22/7/2020).
Ganjar juga menyoroti, masih ada warga yang tak menerapkan protokol kesehatan, misalnya di Lapangan Simpang Lima, Kota Semarang, pada Minggu (19/7/2020) pagi. Untuk itu, ia meminta daerah-daerah, terutama di Semarang Raya, untuk memperketat pembatasan kegiatan.
Terawan berharap semua komponen bangsa bersinergi dalam menekan dan mengurangi penyebaran Covid-19.
Selain Kota Semarang, pembatasan telah dilakukan di Kendal. ”Sekarang Kendal sedang kencang. Mereka buat ketentuan-ketentuan dan itu lumayan menstimulus (masyarakat). Kami juga bisa minta tolong TNI-Polri untuk penegakan hukumnya. Mudah-mudahan semua bisa lakukan ini,” katanya.
Saat memberi sambutan di RST Semarang, Terawan berharap semua komponen bangsa bersinergi dalam menekan dan mengurangi penyebaran Covid-19. ”Ini demi anak cucu kita. Lakukan protokol kesehatan di setiap lini kehidupan secara disiplin. Tak ada jalan lain,” ujarnya.
Menurut data laman informasi Covid-19 Jateng yang dimutakhirkan pada Jumat (24/7/2020) pukul 12.00, terdapat 8.048 kasus positif kumulatif dengan rincian 3.195 orang dirawat, 4.169 orang sembuh, dan 684 orang meninggal. Ada penambahan 258 kasus positif, 229 orang sembuh, dan 33 orang meninggal dalam 24 jam terakhir.
Pekan lalu, data yang ditampilkan di laman Corona.jatengprov.go.id tak sinkron dengan laporan harian Satgas Covid-19 pusat. Perbedaan paling mencolok terlihat pada data kematian Covid-19. Pada Kamis (16/7/2020), misalnya, menurut data Jateng, sebanyak 568 orang meninggal, sedangkan pada data pusat tercatat 267 orang meninggal. Artinya, ada perbedaan 301 orang atau lebih dari dua kali lipat.
Ganjar menuturkan telah menangani masalah itu. ”Setelah dicek, ada problem data. Cut-off (time) dan input-nya berbeda. Maka, kami dari GRMS (government resource management system), Kominfo, dan (dinas) kesehatan minta setiap hari agar bisa terintegrasi dan real time,” ujarnya.
Tingginya angka kematian harian Covid-19 di Jateng, seperti yang dilaporkan Satgas Penanganan Covid-19 pusat dalam beberapa hari terakhir, disebabkan banyak data tertunda yang baru masuk.
Ganjar menekankan, tingginya angka kematian harian Covid-19 di Jateng, seperti yang dilaporkan Satgas Penanganan Covid-19 pusat dalam beberapa hari terakhir, disebabkan banyak data tertunda yang baru masuk. Pada Jumat (24/7/2020), menurut data Jateng, secara kumulatif ada 684 orang meninggal akibat Covid-19, sedangkan pada data pusat 544 orang.
Sebelumnya, Kepala Dinkes Jateng Yulianto Prabowo menuturkan, penambahan kasus positif di Jateng terjadi karena aktifnya pelacakan dan tes. ”Selain itu juga karena ada sejumlah kluster baru yang turut menyumbang (penambahan kasus), seperti di Boyolali, Sukoharjo, dan Wonogiri,” katanya.