Gubernur Sulut Janji Tingkatkan Kapasitas Tes PCR Lima Kali Lipat dalam Dua Minggu
Gubernur Sulawesi Utara Olly Dondokambey menjanjikan peningkatan kapasitas laboratorium untuk pemeriksaan sampel usap Covid-19 dari 450 menjadi 2.000 sampel sehari. Tanpa itu, antrean pemeriksaan masih rentan terjadi.
Oleh
KRISTIAN OKA PRASETYADI
·4 menit baca
MANADO, KOMPAS — Gubernur Sulawesi Utara Olly Dondokambey menjanjikan peningkatan kapasitas laboratorium untuk pemeriksaan sampel usap Covid-19 dari 450 menjadi 2.000 sampel sehari. Rencana ini akan direalisasikan dua pekan lagi dengan pembangunan laboratorium baru serta bantuan mobil tes reaksi rantai polimerase atau PCR.
Hingga Jumat (24/7/2020) siang, Sulawesi Utara mencatat 2.118 kasus positif Covid-19 setelah bertambah 44 kasus sejak sehari sebelumnya. Sebanyak 1.022 kasus masih aktif, 977 orang sudah sembuh, dan 119 kasus berujung pada kematian.
Selama 16 hari terakhir terdapat 821 kasus positif baru Covid-19 di Sulut. Kendati begitu, Olly mengatakan, lonjakan kasus ini tidak menggambarkan kondisi epidemiologis Sulut saat ini, tetapi dua-tiga pekan sebelumnya. Keterbatasan kapasitas laboratorium di Sulut menyebabkan ribuan sampel harus dikirim ke laboratorium di luar daerah. Butuh hampir dua pekan sampai hasil tes sampel usap tersebut terbit.
Kapasitas tiga laboratorium di Sulut yang terbatas, hanya 400-450 sampel per hari, juga turut memperlambat deteksi Covid-19. ”Bisa tertunda 10-11 hari di laboratorium sehingga jumlah kasus di Sulut kerap naik drastis. Sampai Senin (20/7/2020) ada 2.117 sampel yang belum keluar dari laboratorium di Sulut ataupun di luar daerah,” kata Olly.
Karena itu, Olly menyatakan akan meningkatkan kapasitas pemeriksaan laboratorium di Sulut dalam dua pekan ke depan menjadi 2.000 sampel per hari. Sebuah laboratorium PCR sedang disiapkan di Universitas Sam Ratulangi (Unsrat). Laboratorium itu diproyeksikan bisa menguji 1.000-1.500 spesimen per hari.
Pemeriksaan sampel bisa tertunda 10-11 hari di laboratorium sehingga jumlah kasus di Sulut kerap naik drastis.
Selain itu, dua pekan lagi, Gugus Tugas Covid-19 Sulut juga akan dikirimi bantuan sebuah mobil tes PCR dari pemerintah pusat. Kapasitas laboratorium berjalan itu mencapai 120 spesimen per hari. Waktu tes pun disebut hanya sekitar delapan jam.
”Dua minggu lagi, Sulut boleh periksa 2.000 sampel dalam sehari. Kalau kapasitas sudah ditingkatkan sampai segitu banyak, jelas tidak akan ada pemeriksaan yang tertunda,” kata Olly.
Mobil PCR itu, lanjutnya akan digunakan secara khusus untuk melaksanakan pemeriksaan massal. ”Warga yang menelepon untuk minta tes akan kami layani. Pemprov akan datang,” ujarnya.
Data Kementerian Kesehatan hingga Senin (20/7/2020), sebanyak 18.969 sampel dari Sulut telah diperiksa. Sebagian besar diperiksa di tiga laboratorium di Sulut, yaitu Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Manado, Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Manado, dan RSUP Kandou. Tingkat pengujian Sulut sudah mencapai 7.501 sampel per 1 juta penduduk.
Terkait rencana ini, juru bicara Gugus Tugas Covid-19 Sulut, Steaven Dandel, mengatakan, lebih dari 21.000 sampel telah diambil hingga Selasa (21/7/2020) dan terus bertambah menjadi 1.249 hingga Kamis (23/7/2020). Sebanyak 4.079 sampel diperiksa di laboratorium di Makassar dan Jakarta, dengan 600 sampel di antaranya masih mengantre.
Menurut Steaven, peningkatan kapasitas pemeriksaan menjadi 2.000 sampel per hari tidak mudah. Ia menyatakan, Gugus Tugas Covid-19 Sulut memperkirakan, peningkatan kapasitas hanya mungkin mencapai 1.000-1.500 spesimen sehari. Itu pun sudah dapat mencegah antrean spesimen (backlog).
”Tidak mudah karena laboratorium yang di Unsrat itu masih harus dibangun, bangun gedung baru dengan standar biosafety level-2. Perlu diingat juga, biayanya tidak murah,” kata Steaven.
Biaya uji PCR untuk sampel usap juga tidak murah, mencapai Rp 1 juta per sampel. Biaya itu hanya mencakup reagen primer dan peralatan terkait lain, tetapi belum memperhitungkan biaya investasi alat dan tenaga laboratorium. ”Kalau sudah periksa 19.000 sampel, sudah ada Rp 19 miliar yang digelontorkan Pemprov untuk reagen saja,” ujarnya.
Akan tetapi, peningkatan kapasitas laboratorium tetap harus direalisasikan. Jika hasil uji PCR lebih cepat keluar, rumah sakit dapat lebih cepat memulangkan pasien yang sembuh dan menerima pasien bergejala yang butuh perawatan.
Sejak awal pekan, rasio sampel positif (positivity rate) Sulut meningkat dari 15,1 persen pada Juni lalu menjadi sekitar 18 persen. Artinya, dari 100 sampel yang diperiksa, sebanyak 18 sampel terdeteksi positif Covid-19.
Steaven memperkirakan, jumlah ini akan terus meningkat menjadi 30 persen. Sebab, cakupan pemeriksaan akan diperluas secara massal di pusat-pusat keramaian, seperti pasar tradisional dan terminal.
Sementara itu, Staf Khusus Menteri Kesehatan Bidang Peningkatan Sumber Daya Manusia Kesehatan Masyarakat Mariya Mubarika mengapresiasi tingkat pengujian sampel di Sulut. Sebab, kemampuan tes sudah sedikit lebih besar dari standar Organisasi Kesehatan Dunia, 1 per 1.000 setiap pekan.
Akan tetapi, ancaman Covid-19 masih sangat nyata. Pasalnya, angka kematian masih mencapai 5,6 persen, lebih tinggi dari Jakarta yang sebesar 4,5 persen. Angka kesembuhan pun cenderung rendah (32,31 persen) dibandingkan daerah lain, seperti Kalimantan Barat (97,77 persen) dan Sulawesi Tengah (88,89 persen).
”Kalau kasus terus meningkat, bisa saja aktivitas masyarakat, termasuk ekonomi, akan kembali terhambat. Edukasi kepada masyarakat sangat penting agar pencegahan penularan dan penyembuhan lebih maksimal,” katanya.