Pengungsi Mulai Terserang Penyakit, Pembersihan Permukiman Diprioritaskan
Lebih dari 14.000 warga korban banjir masih tersebar di tenda-tenda pengungsian. Mereka mulai terserang sejumlah penyakit. Pembersihan lokasi banjir menjadi prioritas penanganan bencana.
Oleh
Reny Sri Ayu
·2 menit baca
MAKASSAR, KOMPAS — Sedikitnya 14.000 warga korban banjir bandang Luwu Utara, Sulawesi Selatan, hingga Kamis (23/7/2020) masih bertahan di sejumlah tempat pengungsian. Di antara pengungsi terdapat lebih dari 2.000 anak balita dan 400 bayi. Para pengungsi kini mulai terjangkit sejumlah penyakit.
Berdasarkan informasi yang dihimpun Kompas, Kamis, penyakit kini kian merebak di tenda-tenda pengungsian. Tidak adanya protokol kesehatan di pengungsian menimbulkan kekhawatiran penularan Covid-19.
Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan Dinas Kesehatan Luwu Utara, saat ini 317 pengungsi menderita ISPA, 195 orang terjangkit penyakit kulit, 41 terkena diare, dan 187 lainnya hipertensi. Di antara pengungsi, terdapat 2.623 warga lanjut usia dan lebih dari 300 ibu hamil. Bahkan, selama di pengungsian, sudah terjadi beberapa kali persalinan.
”Lebih dari 14.000 pengungsi ini menyebar di banyak lokasi. Sebagian berada di lokasi yang hanya bisa dijangkau dengan kendaraan roda dua dan berjalan kaki hingga distribusi logistik terhambat. Sejauh ini, alat berat masih kurang dibandingkan dengan besarnya timbunan material sisa banjir bandang,” kata Kepala Pelaksana BPBD Luwu Utara Muslim Muchtar, Kamis (23/7/2020).
Kondisi di pengungsian kini juga mengkhawatirkan dan rentan penularan virus korona baru akibat sulitnya penerapan protokol kesehatan. Dengan tenda terbatas, nyaris tak ada pembatasan jarak orang. Keterbatasan air bersih dan buruknya sanitasi juga menjadi masalah. Kekurangan masker dan cairan pembersih tangan kini mulai terjadi.
”Kami berharap, jika ada bantuan ke Luwu Utara oleh berbagai pihak dan relawan, jangan lupakan masker dan cairan pencuci tangan. Saat ini, pengungsi juga membutuhkan masker dan pembersih tangan, di samping logistik. Kami sejauh ini memberi bantuan masker, tetapi belum mencukupi,” kata Muslim.
Diharapkan ada gerakan bersama antara warga, relawan, dan aparat untuk membersihkan sarana dan prasarana serta rumah terdampak banjir agar aktivitas bisa berangsur normal.
Terkait banjir ini, Ketua Umum Palang merah Indonesia (PMI) Jusuf Kalla meninjau tenda-tenda pengungsi, Kamis (23/7/2020). Dalam kunjungannya, Jusuf Kallla berharap pembersihan sisa material diprioritaskan. Ia meminta ada gerakan bersama antara warga, relawan, dan aparat untuk membersihkan sarana dan prasarana serta rumah terdampak banjir agar aktivitas bisa berangsur normal dan sebagian warga bisa kembali.
”Inti penanganan banjir itu adalah pembersihan agar rakyat bisa kembali. Kemudian, nanti rumah-rumah diperbaiki, serta infrastruktur lainnya, seperti listrik dan sebagainya. Nanti, kalau semua sudah normal, baru pemerintah akan fokus untuk melakukan normalisasi aliran sungai,” tuturnya.
Terkait upaya pembersihan tersebut, Jusuf Kalla menjanjikan PMI akan memberikan bantuan berupa sekop dan cangkul agar masyarakat dapat membersihkan rumah masing masing secara mandiri. Dengan ini, para relawan dan pemerintah dapat fokus melakukan pembersihan jalan serta fasilitas umum.