Melepas Dahaga dengan Semangkuk Che Hun Tiau "Cendol Sagu" Pontianak
Terik matahari di garis khatulistiwa terkadang membuat dahaga, ditambah lagi aktivitas sehari-hari membuat penat. Menyantap semangkuk che hun tiau atau “cendol sagu” di Pontianak salah satu cara melepas dahaga.,
Oleh
EMANUEL EDI SAPUTRA
·4 menit baca
Terik matahari di garis khatulistiwa terkadang membuat dahaga, ditambah lagi aktivitas sehari-hari membuat penat. Menyantap semangkuk che hun tiau atau “cendol sagu” di Pontianak barang kali patut dicoba untuk melepas dahaga dan kepenatan.
Gerobak yang dilengkapi dengan tenda berjejer di kawasan Jalan WR Supratman, Kota Pontianak, Kalimantan Barat, Rabu (8/7/2020). Di situlah para penjual che hun tiau berjualan setiap harinya dari pagi hingga sore.
Atong (27), pemilik warung “che hun tiau Atong”, siang itu melayani konsumenya. Che hun tiau terdiri terdiri dari berbagai bahan. Ketan hitam, kacang merah dan cincau hitam dicampur menjadi satu dalam mangkuk.
Tak hanya itu, ada juga bongkok yang terbuat dari tepung beras dan sari daun pandan. Bongkok berbentuk kotak dan berwarna hijau. Tak ketinggalan pula che hun tiau, yakni cendol sagu bentuknya panjang menyerupai mi dan berwarna bening. “Che hun itu singkatnya cendol sagu,” ujar Atong.
Che hun tiau milik Atong ia beri tambahan mutiara. Ketan hitam, kacang merah, cincau, bongkok, mutiara dan che hun tiau dalam satu mangkuk disiram dengan santan kental segar dan gula merah cair. Biasanya dicampur batu es, kalaupun tanpa es tetap enak.
Semuanya tersaji dalam satu mangkuk. Sebelum dimakan, aduk hingga santan dan gula merahnya menyatu. “Santan hendaknya segar dan kental. Kemudian aroma gula merahnya hendaknya wangi dan segar, sehingga cita rasanya kuat,” ujarnya.
Tekstur cincau hitam memberikan sensi lunak dan lembut di mulut. Bongkok dari tepung beras terasa empuk bercampur cita rasa daun pandan. Kacang merahnya juga lumer di mulut. Ketan hitam dan siraman gula merah, santan dan batu es menambah kesegaran dan kenikmatan menyantapnya.
Warga Pontianak banyak yang melepas dahaga di warung-warung che hun tiau di situ, terutama pada siang hari. Wisatawan juga demikian, terutama jika hari besar misalnya saat perayaan sembayang kubur dan Cap Go Meh.
Orang-orang yang selesai berolahraga juga sering mampir ke situ. Untuk mendapatkan kesegaran semangkuk che hun tiau hanya Rp 7.000-Rp 10.000. Menu ini juga cocok menjadi santapan berbuka puasa saat bulan puasa. Namun saat jam berbuka, che hun tiau sudah keburu habis biasanya.
“Per hari normalnya laku sekitar 100-150 mangkuk yang terjual. Namun, sejak Covid-19 penjualan menurun, kurang dari 100 mangkuk per hari,” ujar Atong.
Nama warung disesuaikan dengan nama pemilik. Di situ ada juga “che hun tiau Ahui”. Ahui (40), pemilik warung che hun tiau lainnya, selain menjual che hun tiau juga menyediakan chai kue.
Chai kue bentuknya mirip kroket. Ukurannya pun lebih kecil dari kroket. Bagian luar berwarna putih campuran tepung beras dengan tepung kanji sehingga sensasinya sedikit kenyal dan licin. Isian dalamnya ada tumis rebung, kucai, keladi/talas dan juga kacang. Chai kue dimasak dengan cara dikukus.
Sembari konsumen menikmati kesegaran che hun tiau, mereka juga bisa menikmati chai kue yang dicocol dengan bumbu cabai cair. “Saya sejak 2012 berjualan di sini. Kalau sedang ramai 150 mangkuk terjual per hari. Sekarang agak sepi,” ujar Ahui.
Asti (35) warga Pontianak jadi salah satu pelanggan setianya. Ia sering ke warung Ahui saat istirahat makan siang di sela-sela kerjanya. "Che hun tiau segar dan murah meriah,” ujar Asti.
Sotong pangkong
Soal kuliner Pontianak memang tidak habis-habisnya. Ada satu lagi makanan unik. Makanan ini tidak mengenyangkan, namun cocok untuk cemilan bersantai sembari disantap dengan minuman ringan (soft drink). Kuliner itu disebut sotong pangkong.
Sotong pangkong terdiri atas dua kata: sotong merupakan ’cumi-cumi berukuran besar’ dan pangkong yang berarti ’dipukul’. Jadi, sotong pangkong berarti ’cumi-cumi yang dipukul’. Sotong tersedia dalam beragam ukuran. Sementara harga mengikuti ukurannya. Harga sotong berukuran kecil Rp 20.000 per ekor, sedangkan paling besar Rp 80.000 per ekor.
Sebelum disajikan, sotong pangkong dipanggang terlebih dahulu. Setelah keluar bau harum, barulah sotong dipukul dengan palu agar bentuknya pipih dan lebih lembut. Setelah dipipihkan, makanan siap disajikan.
Sotong pangkong disajikan bersama bumbu khas perpaduan asam jawa, gula merah, dan udang ebi. Cara memakannya, sotong pangkong disobek lalu direndam atau dicocol ke dalam mumbu, setelah itu dimakan bersama dengan bumbunya.
Pipi kadang terasa pegal saat mengunyah sotong pangkong. Meskipun pipi agak pegal, tapi mulut tak berhenti mengunyah. Sambal cocolnya menggoda. Di tempat tertentu sotong pangkong disajikan dengan timun untuk menambah sensasi segar.
Pipi kadang terasa pegal saat mengunyah sotong pangkong. Meskipun pipi agak pegal, tapi mulut tak berhenti mengunyah
Sotong pangkong banyak dijual saat Ramadhan. Di Pontianak, kawasan yang menjadi pusat penjualan sotong pangkong saat Ramadhan berada di Jalan Merdeka. Seusai masyarakat berbuka puasa dan shalat, biasanya dilanjutkan nongkrong menikmati sotong pangkong.
Pada hari biasa juga ada yang menjual sotong pangkong di beberapa lokasi. Jadi tempat nongkrong di Pontianak tidak hanya di warung kopi. Namun, di kedai-kedai sotong pangkong juga menjadi etalase nongkrong yang asik. Jika Anda ke Pontianak, silakan mencoba kuliner-kuliner tersebut.