Sultan Sepuh XIV Keraton Kasepuhan Pangeran Raja Adipati Arief Natadiningrat mangkat dalam usia 54 tahun akibat kanker usus, Rabu (22/7/2020). Masyarakat Cirebon pun kehilangan penjaga budaya dan sosok pemimpin.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·3 menit baca
CIREBON, KOMPAS — Sultan Sepuh XIV Keraton Kasepuhan Pangeran Raja Adipati Arief Natadiningrat mangkat dalam usia 54 tahun akibat kanker usus, Rabu (22/7/2020). Masyarakat Cirebon, Jawa Barat, kehilangan salah satu pemimpin sekaligus penjaga budaya Cirebon.
Sultan Sepuh mengembuskan napas terakhir di Rumah Sakit Santosa, Bandung, Jawa Barat, Rabu pukul 05.20. Sejak pekan lalu, Sultan Sepuh menjalani kemoterapi ketiga akibat penyakit kanker usus. Namun, beberapa hari terakhir, kondisinya kian anjlok hingga akhirnya tutup usia.
Setahun terakhir, Sultan Sepuh kerap keluar masuk rumah sakit di Bandung dan Cirebon. ”Sejak 2015 atau 2016, Pak Sultan sudah mulai sakit dan menjalani pemotongan usus karena kanker,” kata Ratu Raja Alexandra Wuryaningrat, adik Sultan Sepuh.
Sultan Sepuh yang sudah bertakhta selama satu dekade itu meninggalkan seorang istri, RA Isye Natadiningrat, empat anak, dan tiga cucu. Dalam surat terakhirnya yang dibacakan Putra Mahkota Keraton Kasepuhan Cirebon Pangeran Raja Adipati Luqman Zulkaedin, Sultan Sepuh meminta masyarakat dan pemerintah melestarikan budaya Cirebon.
Saat jenazah almarhum disemayamkan di bangsal Panembahan di keraton, warga hingga pejabat turut melepas Sultan Sepuh. Turut hadir, antara lain, Gubernur Jabar Ridwan Kamil, Wali Kota Cirebon Nashrudin Azis, Bupati Cirebon Imron Rosyadi.
Sultan Kanoman XII Cirebon Sultan Raja Muhammad Emirudin dan Sultan Kacirebonan IX Abdul Gani Natadiningrat juga hadir. Begitu pun dengan perwakilan Forum Silaturahmi Keraton Nusantara (FSKN) yang dipimpin oleh Sultan Sepuh.
”Jasa beliau begitu luar biasa. Dari beliau, saya belajar bagaimana memimpin dan bermanfaat untuk masyarakat. Warga Jabar merasa kehilangan,” kata Ridwan Kamil. Menurut dia, sebelum akhir hayatnya, Sultan Sepuh masih kerap mengajaknya berdiskusi terkait pelestarian keraton.
Jasa beliau begitu luar biasa. Dari beliau, saya belajar bagaimana memimpin dan bermanfaat untuk masyarakat. Warga Jabar merasa kehilangan.
Wali Kota Cirebon Nashrudin Azis menganggap, mantan anggota DPD RI 2004-2009 itu sebagai sosok pengayom seluruh masyarakat Cirebon, Indramayu, Majalengka, Kuningan. ”Beliau tidak pernah membedakan orang yang satu dengan lainnya. Masyarakat dianggap anak,” katanya.
Budayawan Tionghoa Cirebon, Indrawati, mengatakan, Sultan Sepuh selama ini turut menjaga budaya Cirebon yang toleran. ”Pak Sultan mudah ditemui. Pintu keraton selalu terbuka untuk siapa pun, termasuk kami dari Tionghoa,” ujarnya.
Dari Keraton Kasepuhan, ratusan warga mengiringi jenazah Sultan Sepuh menuju Kompleks Pemakaman Gunung Jati. Di sana, ayahnya, Sultan Sepuh XIII Pangeran Raja Adipati Maulana Pakuningrat, dimakamkan. Sebagian besar warga bahkan ikut berjalan kaki sekitar 8 kilometer.
Sebelum dinobatkan sebagai Sultan Sepuh pada 30 April 2010, Sultan Arief tumbuh di lingkungan Keraton Kasepuhan. Ia kerap berdiskusi dengan Kepala Lurah Keraton Raden Saleh dan Lurah Keraton Markhum terkait budaya. Pada 1988, Arief mendirikan Yayasan Keraton Kasepuhan Cirebon untuk melestarikan keraton serta seni budaya Cirebon.
Setahun berikutnya, Sultan Sepuh membuat Unit Pengelola Keraton Kasepuhan agar mengembangkan keraton sebagai destinasi wisata. Pada 1990, Arief turut membangun Sekolah Menengah Kesenian Indonesia (SMKI) Pakungwati untuk mengajak generasi muda melestarikan seni budaya Cirebon.
Sultan Sepuh juga aktif menyuarakan revitalisasi keraton di Tanah Air. Ia turut menyelenggarakan Festival Keraton sejak 1992. Pada 2017, Festival Keraton Nusantara XI digelar di Cirebon dan dihadiri Presiden Joko Widodo.