Paus Biru yang Mati di Kupang Ditarik ke Pulau Semau untuk Dikuburkan
Paus biru yang ditemukan mati di Pantai Nunhila, Kota Kupang, ditarik Polairud Polda Nusa Tenggara Timur untuk dikuburkan di Pantai Pulau Semau, 45 mil dari Kota Kupang.
Oleh
Kornelis Kewa Ama
·3 menit baca
KUPANG, KOMPAS — Paus biru yang ditemukan mati di Pantai Nunhila, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur, ditarik Polairud Polda NTT untuk dikuburkan di Pantai Pulau Semau, 45 mil dari Kota Kupang. Selama 8 jam berada di Kupang, paus ini menjadi tontonan ratusan warga Kupang secara bergantian. Paus ini diduga mati beberapa hari sebelumnya.
Ketua RT 002 Kelurahan Nunhila, Kecamatan Alak, Kota Kupang, Adiyanto Asa di Kupang, Rabu (22/7/2020), mengatakan, paus itu terdampar di Pantai Nunhila, Selasa (21/7/2020) pukul 16.50 Wita. Paus diduga mati di tengah laut Sawu, kemudian terseret arus laut sampai ke Pantai Nunhila.
”Laut Sawu merupakan jalur paus bermigrasi mencari makanan setiap tahun. Kemungkinan paus ini berjalan dalam rombongan, tetapi ia tersesat akhirnya mati. Paus ini memiliki panjang sekitar 18 meter dan lebar 10 meter. Kondisi paus sudah menggelembung bagian perut, nyaris meledak,” ujar Adiyanto.
Ia mengatakan, saat terdampar di Pantai Nunhila, paus mengeluarkan bau tak sedap. Namun, ratusan warga begitu gembira mendekati bangkai paus, bahkan ada warga sampai naik dan duduk di atas tubuh paus yang sudah mulai membusuk, dengan antusias. Diduga, paus sudah mati 2-3 hari sebelumnya. Pada beberapa bagian tubuh paus terlihat luka dan kulit luar paus mulai terkelupas.
Ratusan warga berdatangan secara bergantian, sekadar melihat paus dari dekat, kemudian mengambil gambar. Bahkan, warga dari Tarus dan Oesao, 45 km dari Pantai Nunhila pun datang ke lokasi itu sekadar melihat paus dari dekat.
Setelah 8 jam tergeletak di Pantai Nunhila, pada pukul 24.00 Wita, paus ditarik dengan KN Antaredja ke Pulau Semau sekitar 45 mil dari Kota Kupang untuk dikuburkan di sana. Penarikan bangkai paus ini juga untuk menghindari kerumunan warga yang menyebabkan kemacetan di jalur utama, antara Kota Kupang dan Pelabuhan Tenau, Kupang.
Laut Sawu merupakan jalur paus bermigrasi mencari makanan setiap tahun. Kemungkinan paus ini berjalan dalam rombongan, tetapi ia tersesat akhirnya mati.
Staf Dinas Kelautan dan Perikanan NTT Isak Angwarmase mengatakan, paus itu diperkirakan berusia 70 tahun. Usia paus biasanya bisa lebih dari 100 tahun. Kematian paus diduga karena masalah lain, seperti salah makan, terkena jaring nelayan, atau sakit.
Ia mengatakan, pada 27 Januari 2020 seekor paus sperma mati di Pulau Rote. Bangkai paus dimakamkan di pantai Nemberala oleh Polres Rote Ndao dan warga setempat. Sebelumnya, 9 November 2019, 17 paus pilot terdampar di Pulau Sabu, tujuh di antaranya mati, dan 10 lain didorong kembali ke laut oleh warga.
Menurut Isak, setiap bangkai paus harus disingkirkan dari permukiman warga karena mengandung banyak bakteri. Proses pemakaman atau pengangkatan bangkai paus pun harus menggunakan alat pelindung diri secara baik sehingga tidak menimbulkan masalah kesehatan bagi orang yang mengangkat atau warga sekitar.
Sebagai provinsi kepulauan, NTT memiliki berbagai jenis biota laut, dari jenis paling kecil sampai jenis raksasa, seperti paus, hiu, dan ikan pari. Tiga jenis biota ini sering diburu masyarakat Lamalera, Lembata, untuk dimanfaatkan sebagai makanan atau dijual.
”Dulu ada wacana untuk menjadikan laut sawu sebagai salah satu destinasi wisata dengan menghadirkan jalur paus di laut itu. Wisatawan boleh datang ke Laut Sawu memantau proses migrasi paus di laut tersebut. Tetapi, wacana ini rupanya sulit direalisasikan karena Laut Sawu sudah menjadi Taman Nasional Laut Sawu,” katanya.