Menurunnya Kepatuhan di Sumsel Picu Peningkatan Penularan
Potensi penularan Covid-19 di Sumatera Selatan masih tinggi dipicu menurunnya penerapan protokol kesehatan. Tim ahli pun dibentuk untuk membuat kajian guna menekan penularan.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·3 menit baca
PALEMBANG,KOMPAS—Potensi penularan Covid-19 di Sumatera Selatan masih tinggi dipicu oleh menurunnya kepatuhan menjalankan protokol kesehatan. Tim ahli pun dibentuk untuk memberikan rekomendasi kepada pengambil kebijakan agar kasus bisa ditekan.
Pakar Epidemiologi dari Universitas Sriwijaya, Iche Andriyani Liberty, mengatakan, tingkat reproduksi efektif (Rt) di Sumsel masih 1,07. Itu berarti potensi penularan masih ada. Angka ini didongkrak oleh dua daerah yang tingkat Rt-nya masih tinggi, yakni Palembang (1,13) dan Banyuasin (1,05). Dengan angka ini, kedua daerah tersebut masuk dalam risiko sedang.
Sementara daerah lain masih dibawah 1. Namun, Iche mengingatkan, dua kota yang sudah mendekati angka 1, yakni Lubuklinggau (0,98) dan Ogan Komering Ulu Selatan (0,99).
Iche mengatakan, masih tingginya angka Rt di Sumsel dipicu oleh berkurangnya kewaspadaan masyarakat untuk menerapkan protokol kesehatan secara ketat, baik mengenakan masker, mencuci tangan, maupun menjaga jarak. ”Kemungkinan, masyarakat sudah jenuh dengan kondisi pandemi yang sudah berlangsung sejak empat bulan lalu,” ucap Iche.
Hal ini ditandai dengan tingkat mobilitas masyarakat di Sumsel yang meningkat setelah ada kebijakan ”membuka keran” perekonomian. Saat ini, lanjut Iche, tingkat tinggal di rumah (stay at home) di wilayah Sumatera Selatan hanya tinggal 10 persen, lebih rendah daripada tingkat stay at home nasional yang mencapai 13 persen.
Padahal, untuk bisa mencapai Rt di bawah 1, salah satu upayanya adalah mengurangi interaksi dengan orang lain dan tinggal di rumah. Persentase tinggal di rumah sekitar 46 persen.
Tingkat tinggal di rumah (stay at home) di wilayah Sumatera Selatan hanya tinggal 10 persen.
Kalaupun harus keluar rumah tentu menerapkan protokol kesehatan yang sangat ketat. ”Perekonomian boleh berjalan asal harus diimbangi dengan protokol kesehatan yang ketat,” ungkapnya.
Koordinator Tim Ahli yang tergabung dalam Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Sumatera Selatan Edward Juliartha mengatakan, saat ini sejumlah tim ahli dari berbagai bidang keilmuan sedang mencari formula untuk menekan angka penularan Covid-19 di Sumsel. Kajian yang dihasilkan tim ahli akan menjadi bahan untuk mengambil kebijakan.
Mengenai masih tingginya kasus konfirmasi positif di Sumsel, Edward mengatakan, hal itu terjadi karena belum optimalnya implementasi perencanaan penanganan Covid-19 yang sudah dibuat. Walau demikian, kajian akan terus dilakukan untuk memberikan arahan kepada kabupaten kota, terkait apa saja yang harus dilakukan dalam menghadapi situasi ini. ”Tentu setiap daerah memiliki situasi penanganan yang berbeda,” ungkapnya.
Namun, ujar Edward, langkah awal yang akan dilakukan adalah melakukan sosialisasi dan edukasi berbasis komunitas, yakni dengan menanamkan kesadaran kepada masyarakat terkait pentingnya penerapan protokol kesehatan. ”Saat ini, yang menjadi perhatian utama adalah Palembang dan Banyuasin yang tingkat penularanya masih tinggi,” ucap Edward.
Kepala Seksi Surveilans dan Imunisasi Dinas Kesehatan Sumatera Selatan Yusri mengatakan, per Rabu ada 37 tambahan kasus positif di Sumsel. Dengan demikian, total kasus positif di Sumsel sudah mencapai 3.149 orang. Dari jumlah tersebut sebanyak 1.659 kasus sudah selesai dengan total pasien sembuh mencapai 1.515 orang, dan 144 orang meninggal.