Bangunan Komersial 15 Lantai Dibangun di Kompleks Alun-alun Magelang
Di kawasan Alun-alun Magelang akan dibangun bangunan komersial terdiri atas 15 lantai. Bangunan mal dan hotel ini dibangun dengan nilai investasi Rp 200 miliar dan diharapkan memperkuat potensi pariwisata.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·3 menit baca
MAGELANG, KOMPAS — Bangunan komersial 15 lantai akan dibangun di kawasan Alun-alun Kota Magelang, Jawa Tengah. Bangunan yang akan dimanfaatkan untuk pusat perbelanjaan dan hotel tersebut akan dilengkapi pusat kuliner sehingga diharapkan memperkuat potensi wisata lokal.
Delapan lantai bagian atas bangunan tersebut akan difungsikan sebagai hotel, sedangkan tujuh lantai di bawahnya difungsikan sebagai mal. Bangunan tersebut akan dibangun di atas tanah milik Pemerintah Kota Magelang seluas 5.000 meter persegi. Pembangunan dilakukan investor PT Grha Karya Investama dengan nilai investasi Rp 200 miliar.
Direktur Utama PT Grha Karya Investama Ivan Indrawan Chandra mengatakan, khusus menyangkut mal, pihaknya berencana membangun mal tematik dengan lebih menonjolkan potensi kuliner.
”Untuk lebih menguatkan kesan tematik tersebut, empat lantai dalam mal nantinya akan kami sediakan untuk aneka ragam kuliner,” ujar Ivan seusai penandatanganan perjanjian kerja sama pemanfaatan tanah milik Pemerintah Kota Magelang di Pendopo Pengabdian, Kota Magelang, Selasa (21/7/2020).
Konsep mal tematik ini, menurut Ivan, sengaja dipilih dengan mempertimbangkan kondisi Magelang sebagai kota kecil serta faktor lokasi karena lahan yang ditempati dinilai tidak terlalu luas. Dengan dua pertimbangan itu, mal di Kota Magelang tidak mungkin dibangun seperti di kota besar seperti Jakarta, dengan banyak gerai yang menawarkan aneka ragam produk dan layanan.
Kuliner juga dianggap sebagai tema yang cocok dipilih karena Kota Magelang adalah kota persinggahan antardaerah. Bangunan komersial ini nantinya juga akan mendukung pengembangan kawasan strategis pariwisata nasional Borobudur.
Bangunan komersial ini nantinya juga akan mendukung pengembangan kawasan strategis pariwisata nasional Borobudur.
”Setiap orang yang bepergian, berjalan-jalan, dan berwisata pasti akan mencari kuliner di kota yang dilewatinya,” ujarnya.
Saat ini, Ivan mengatakan, pihaknya baru mengurus masalah perizinan. Segera setelah itu, kegiatan fisik pembangunan akan dimulai tahun ini. Pembangunan dilaksanakan secara bertahap dan ditargetkan tahun 2022 sebagian gedung sudah selesai dibangun.
Sementara itu, Wali Kota Magelang Sigit Widyonindito meminta nantinya disediakan satu lantai khusus bagi Pemerintah Kota Magelang. ”Kami berharap di gedung tersebut nantinya ada area khusus yang bisa kami manfaatkan sebagai pusat layanan satu pintu untuk masyarakat,” ujarnya.
Sigit mengatakan, pembangunan mal dan hotel ini diharapkan dapat berdampak positif bagi kemajuan ekonomi masyarakat Kota Magelang. Dia pun berharap pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah bisa difasilitasi serta diberi kemudahan untuk mendapatkan tempat atau pameran di mal ataupun hotel.
Lahan 5.000 meter persegi ini digunakan investor dengan sistem sewa. Setelah 30 tahun, masa sewa selesai dan tanah akan dikembalikan kepada Pemerintah Kota Magelang.
Pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah diharapkan bisa difasilitasi serta diberi kemudahan untuk mendapatkan tempat atau pameran di mal ataupun hotel.
Koordinator Komunitas Kota Toea Magelang Bagus Priyana mengatakan, pembangunan gedung tersebut diharapkan tidak merusak citra kawasan Alun-alun Magelang. Pada 1813, Bupati Magelang Danukromo memilih kawasan tersebut sebagai alun-alun karena di luar Gunung Tidar, kawasan alun-alun adalah daerah yang berada di lokasi paling tinggi di wilayah Magelang.
Dengan menjadikannya sebagai alun-alun, di kawasan itulah dibangun gedung-gedung pusat pemerintahan dan tempat ibadah seperti masjid. ”Penentuan tempat paling tinggi sebagai alun-alun adalah sebagai bentuk penegasan dari Danukromo bahwa itulah kawasan yang menjadi pusat kekuasaannya,” ujarnya.
Danukromo juga merasakan betul aura kekuasaannya karena dari alun-alun tersebut, dia bisa melihat dan mengawasi empat gunung dan perbukitan sekaligus. Pemandangan indah gunung-gunung itulah yang kemudian juga dinikmati warga, masyarakat Magelang, termasuk yang melintasinya. Namun, pemandangan tersebut dimungkinkan tidak lagi bisa dinikmati jika ada gedung yang menjulang tinggi di kawasan tersebut.
Areal yang akan dipakai sebagai lokasi pembangunan mal dan hotel adalah lokasi bekas gedung bioskop Magelang Theatre, yang dibangun pada 1960-an dan terakhir beroperasi pada 2011. Sebelumnya, di area tersebut juga pernah dibangun vila, yang kemudian berubah menjadi hotel, yang dikenal Hotel Loze, milik seorang warga Belanda.