Ponorogo Tingkatkan Pengawasan Mobilitas Warga dari Zona Merah
Masyarakat Ponorogo diminta meningkatkan pengawasan terhadap warga yang baru bepergian dari zona merah sebaran Covid-19. Hal itu karena laju peningkatan kasus konfirmasi positif meningkat lebih dari dua kali lipat.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·4 menit baca
PONOROGO, KOMPAS — Bupati Ponorogo Ipong Mushlissoni meminta masyarakatnya meningkatkan pengawasan terhadap warga yang baru bepergian dari zona merah sebaran Covid-19. Kebijakan itu diambil karena laju peningkatan kasus konfirmasi positif melesat lebih cepat dalam dua pekan belakangan.
Gugus Tugas Covid-19 Ponorogo dalam pernyataan tertulisnya, Senin (20/7/2020), mencatat jumlah kasus terkonfirmasi positif telah menembus angka 141 orang. Jumlah tersebut meningkat lebih dari dua kali lipat dibandingkan dengan dua pekan lalu, Rabu (8/7/2020), yang baru menyentuh angka 61 kasus.
Apabila didalami lagi datanya, dari total 141 kasus konfirmasi positif Covid-19, terbanyak berasal dari kelompok penularan Pesantren Gontor 2, yakni 51 kasus, disusul kemudian oleh kelompok riwayat Surabaya 23 kasus dan Pesantren Temboro Magetan 13 kasus.
Peningkatan kasus yang lebih cepat dari sebelumnya ini, apabila dicermati, sebagian besar memiliki riwayat dari zona merah. Dengan demikian, seluruh masyarakat agar meningkatkan kewaspadaan dan pengawasan terhadap kedatangan warga dari zona merah.
Selain itu, ada kelompok penularan Kelurahan Ronowijayan 13 orang, kelompok kasus Panitia Penyelenggara Ibadah Haji Sukolilo 8 orang, kelompok Desa Panjeng 4 orang, dan kelompok lain-lain 29 orang.
Dalam dua hari belakangan, misalnya, terjadi penambahan 17 kasus baru. Bagi Ponorogo, penambahan kasus tersebut sangat signifikan. Oleh karena itu, Ipong mengajak masyarakat berperan aktif dalam upaya memutus rantai penularan virus korona galur baru penyebab Covid-19.
”Peningkatan kasus yang lebih cepat dari sebelumnya ini, apabila dicermati, sebagian besar memiliki riwayat dari zona merah. Dengan demikian, seluruh masyarakat agar meningkatkan kewaspadaan dan pengawasan terhadap kedatangan warga dari zona merah,” ujar Ipong.
Riwayat perjalanan
Terkait kasus dengan riwayat perjalanan dari zona merah juga ditemukan dalam penambahan 17 kasus baru. Dari 17 kasus baru itu, 8 di antaranya merupakan santri Pesantren Modern Darussalam Gontor (PMDG). Selain itu, ada pula dua warga Desa Gondowido, Kecamatan Ngebel, yang dinyatakan positif setelah kontak erat dengan warga yang meninggal mendadak. Warga yang meninggal mendadak ini memiliki riwayat perjalanan dari Jakarta.
Menurut Ipong, warga yang meninggal mendadak itu juga menggelar acara selamatan dengan mengundang 84 warga sekitar. Menindaklanjuti kasus Ngebel, Pemkab Ponorogo melakukan isolasi wilayah dan melarang atau menghentikan sementara kegiatan yang melibatkan pengumpulan massa. Kebijakan itu diambil untuk memutus rantai penularan Covid-19.
Sementara itu, terkait dengan kasus penularan di pesantren, hingga saat ini dinamikanya masih tinggi meskipun upaya memutus rantai sebaran virus terus dilakukan. Upaya itu, misalnya, melakukan penelusuran kontak erat santri terkonfirmasi positif secara besar-besaran, pengetesan melalui uji cepat ataupun uji usap secara masif, dan perawatan maksimal terhadap santri yang terindikasi Covid-19.
Juru bicara Gugus Tugas Covid-19 PMDG Ponorogo, Adib Fuadi Nuriz, mengatakan, dalam upaya mencegah sebaran virus korona galur baru, penerapan protokol kesehatan yang ketat diterapkan di seluruh lingkungan pesantren, baik yang ada di Ponorogo maupun cabang yang ada di kota lain di seluruh Indonesia.
”Penerapan protokol kesehatan itu, antara lain, selalu menjaga kebersihan, cuci tangan dengan sabun dan air mengalir, serta memakai masker dalam semua aktivitas,” kata Adib.
Adib menambahkan, kabar gembiranya, saat ini banyak santri yang dinyatakan sembuh. Dari 51 santri dan pengasuh yang terkonfirmasi Covid-19, yang dinyatakan sembuh 34 orang. Tinggal 17 orang yang saat ini masih dirawat di rumah sakit rujukan di Surabaya dan Ngawi.
Dalam rapat koordinasi penanggulangan Covid-19 Pesantren Gontor, Sabtu (18/7/2020), Wakil Pengasuh PMDG Putri Kampus 1 Ahmad Suharto mengatakan, pihaknya akan membuat alur keluar masuk santriwati dan orang lain yang berkepentingan. Barang-barang logistik pesantren, seperti sayuran, cukup diantar sampai gerbang, tidak perlu masuk ke dalam pondok.
Dokter meninggal
Dari Sidoarjo dilaporkan, seorang dokter yang terkonfirmasi Covid-19 meninggal, Sabtu (18/7/2020), setelah menjalani perawatan selama tiga minggu di rumah sakit rujukan. Almarhum bernama Ali Arifin ini merupakan Ketua Forum Kabupaten Sehat Sidoarjo.
Meninggalnya Ali menambah panjang tenaga medis yang menjadi korban Covid-19. Berdasarkan data Kompas, total tenaga medis di Sidoarjo yang meninggal karena Covid-19 sebanyak 6 orang dengan rincian 3 dokter, 2 perawat, dan 1 bidan. Kemudian, lebih dari 300 tenaga medis di Sidoarjo yang terindikasi Covid-19 dengan beragam status sejak pandemi merebak.
Kepala Dinkes Sidoarjo Syaf Satriawarman mengatakan, saat ini masih ada 22 tenaga kesehatan yang menjalani isolasi di hotel karena terkonfirmasi positif dan tujuh tenaga kesehatan lainnya menjalani perawatan di rumah sakit. Menurut dia, upaya perlindungan maksimal telah diterapkan untuk meminimalkan penularan virus pada tenaga kesehatan.
”Alat pelindung diri sudah mencukupi kebutuhan. Untuk meningkatkan imunitas juga telah diberikan vitamin dan makanan tambahan, seperti buah-buahan, secara rutin,” ujar Syaf.
Syaf melanjutkan, para tenaga kesehatan di Sidoarjo harus bekerja keras karena jumlah pasien yang ditangani sangat tinggi. Kasus Covid-19 di Sidoarjo sampai Minggu (19/7/2020) mencapai 2.699 orang dan merupakan yang tertinggi kedua di Jatim.