Nelayan di pesisir Lampung mulai menikmati kenaikan harga ikan. Pulihnya aktivitas masyarakat pada masa tatanan normal baru turut meningkatkan permintaan berbagai jenis ikan.
Oleh
VINA OKTAVIA
·3 menit baca
BANDAR LAMPUNG, KOMPAS — Nelayan di pesisir Lampung mulai menikmati kenaikan harga ikan. Pulihnya aktivitas masyarakat pada masa tatanan normal baru turut meningkatkan permintaan berbagai jenis ikan.
Sejumlah nelayan di tempat pendaratan ikan Gudang Lelang, Kota Bandar Lampung, Senin (20/7/2020) mengatakan, pembelian ikan mulai meningkat sejak sebulan terakhir.
Wakil Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kota Bandar Lampung Masirin menyebutkan, saat ini harga jual ikan mulai naik. Seluruh hasil tangkapan nelayan juga sudah terserap pasar. ”Sekarang pasar ikan ramai kembali dan penjualan ikan lancar. Harga juga sudah mulai naik,” kata Masirin.
Menurut dia, kondisi itu memberi angin segar bagi nelayan untuk kembali bekerja. Pasalnya, pada awal pandemi Covid-19, harga jual ikan sempat turun hingga 40 persen.
Saat itu, ikan tongkol dan kembung dijual kurang dari Rp 15.000 per kilogram. Harga jual yang rendah membuat nelayan tidak mendapat penghasilan yang cukup. ”Kami tidak balik modal, hanya lelah melaut berhari-hari. Ikan juga susah laku,” kata Usman (49), salah seorang nelayan.
Saat ini, harga ikan tongkol sudah naik dari Rp 15.000 menjadi Rp 20.000 per kg. Adapun harga ikan kembung naik dari Rp 20.000 menjadi Rp 25.000 per kg. Sementara harga ikan tuna naik dari Rp 25.000 menjadi Rp 30.000 per kg.
Yanti (35), salah seorang pedagang ikan di Pasar Ikan Gudang Lelang, mengatakan, sekarang setiap hari dia bisa menjual 20-30 kg ikan segar. Pelanggannya yang sebagian besar pemilik warung makan sudah kembali berbelanja.
Pelanggannya yang sebagian besar pemilik warung makan sudah kembali berbelanja.
Saat awal pandemi Covid-19, penjualan ikan lesu. Hal itu karena sebagian pelanggan Yanti menutup sementara tempat usahanya. Pembelian dari para pelanggan pun berkurang. Kunjungan masyarakat ke pasar ikan itu juga menurun.
Cuaca buruk
Masirin menuturkan, cuaca yang tak menentu masih menjadi kendala utama bagi nelayan di pesisir Teluk Lampung untuk melaut. Apalagi, menjelang akhir Juli 2020, hujan deras masih kerap mengguyur wilayah perairan Lampung. Angin kencang dan gelombang tinggi juga bisa datang secara tiba-tiba.
”Semestinya saat ini nelayan mulai panen ikan tongkol. Tetapi, cuaca sering tidak bersahabat,” kata Masirin.
Berdasarkan data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Maritim Lampung, gelombang tinggi berpotensi terjadi di Selat Sunda bagian selatan, perairan barat Lampung, Teluk Lampung bagian selatan, dan Samudra Hindia barat Lampung.
Gelombang paling tinggi terpantau di perairan barat Lampung dan Samudra Hindia barat Lampung. Di kawasan itu, gelombang laut dapat setinggi 4-6 meter dengan kecepatan angin mencapai berkisar 18-25 knot.
Selain terkendala cuaca, nelayan setempat juga kerap terkendala minimnya stok es batu dari pabrik. Jika stok es kosong, nelayan terpaksa libur melaut selama beberapa hari.