Antrean Tes Usap Menumpuk, Kalsel Kirim Spesimen ke Sumbar
Kalimantan Selatan mengirimkan sebagian spesimen usap hidung dan tenggorokan ke laboratorium Universitas Andalas, Padang, Sumatera Barat, untuk mengurangi antrean pemeriksaan spesimen yang menumpuk.
Oleh
JUMARTO YULIANUS
·3 menit baca
BANJARMASIN, KOMPAS — Antrean pemeriksaan spesimen usap hidung dan tenggorokan untuk mendiagnosis Covid-19 di Kalimantan Selatan menumpuk karena gencarnya upaya pelacakan kontak erat dan tes usap. Untuk mengurangi antrean pemeriksaan, sebagian spesimen usap dikirim ke Padang, Sumatera Barat.
Gubernur Kalimantan Selatan Sahbirin Noor, yang juga Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kalsel, mengatakan, Kalsel masih mengalami kendala dalam pemeriksaan spesimen usap karena banyaknya spesimen yang dikirim ke laboratorium pemeriksaan polymerase chain reaction (PCR).
Panjangnya antrean pemeriksaan PCR membuat pasien atau orang yang sudah menjalani tes usap harus menunggu hingga lebih dari 14 hari. Pemeriksaan PCR di Kalsel saat ini dilakukan di Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BBTKLPP) Banjarbaru, RSUD Ulin, dan RSUD Ansari Saleh (Banjarmasin).
Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kalsel juga bekerja sama dengan RS Pertamina (Tanjung, Tabalong) dan Klinik Tirta (Angsana, Tanah Bumbu) dalam melakukan pemeriksaan PCR. Meskipun sudah dilakukan di beberapa rumah sakit, antrean pemeriksaan spesimen masih menumpuk.
”Karena itu, kami juga telah mengirim 1.100 spesimen ke laboratorium Universitas Andalas, Padang. Dalam waktu dekat akan segera mengirim 1.000 spesimen lagi ke sana dengan harapan antrean panjang tes usap dapat segera terurai,” kata Sahbirin saat menyambut kunjungan kerja Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian di Banjarmasin, Sabtu (18/7/2020).
Sebelumnya, Kepala Dinas Kesehatan Kalsel Muhammad Muslim, yang juga juru bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kalsel, menyebutkan, penumpukan spesimen usap yang belum diperiksa mencapai 4.000 spesimen. Penumpukan terjadi karena setiap hari rata-rata lebih dari 500 spesimen dikirim ke laboratorium.
”Banyaknya spesimen yang dikirim membuat laboratorium pemeriksaan PCR yang beroperasi saat ini masih kalah cepat. Perlu beberapa laboratorium PCR lagi agar pemeriksaan dapat dilakukan dengan banyak dan cepat,” kata Muslim.
Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian mendorong Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kalsel menambah jumlah laboratorium pemeriksaan PCR. ”Kalau bisa, setiap kabupaten memiliki laboratorium pemeriksaan PCR. Gugus tugas bisa minta bantuan perusahaan tambang dan perkebunan yang banyak beroperasi di Kalsel untuk itu,” ujarnya.
Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian mendorong Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kalsel menambah jumlah laboratorium pemeriksaan PCR.
Masih tinggi
Sampai dengan Minggu (19/7/2020), jumlah kasus positif Covid-19 di Kalsel tercatat 4.938 kasus. Secara nasional, Kalsel menempati urutan keenam kasus tertinggi. Dari jumlah tersebut, 2.957 dalam perawatan, 1.735 sembuh, dan 246 meninggal. Tingkat kematian akibat Covid-19 di Kalsel tercatat 4,98 persen.
Menurut Sahbirin, risiko penularan Covid-19 di Kalsel saat ini masih cukup tinggi. Grafik perkembangan kasus positif masih terus naik. Tingkat kematian akibat Covid-19 juga masih cukup tinggi. ”Tujuh dari 13 kabupaten/kota di Kalsel masih zona merah atau berstatus risiko tinggi, sedangkan enam lainnya dalam zona oranye,” katanya.
Tujuh kabupaten/kota dengan zona merah atau dalam kategori risiko tinggi adalah Kota Banjarmasin, Kota Banjarbaru, Kabupaten Banjar, Tanah Laut, Tapin, Balangan, dan Tabalong. Adapun enam kabupaten dengan zona oranye atau dalam kategori risiko sedang adalah Kabupaten Barito Kuala, Hulu Sungai Selatan, Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai Utara, Tanah Bumbu, dan Kotabaru.
”Kami bersama pemangku kepentingan lainnya terus memperkuat kerja sama dan koordinasi, khususnya dalam rangka menekan angka positif dengan melacak persebaran virus, menambah sarana prasarana, hingga meningkatkan pelayanan kesehatan untuk mencegah kematian dan terus berupaya meningkatkan angka kesembuhan,” ujar Sahbirin.
Tito mengingatkan gugus tugas Kalsel mewaspadai angka kematian akibat Covid-19 yang masih cukup tinggi. ”Saya harapkan kalau bisa di Kalsel ada rumah sakit khusus untuk pasien Covid-19. Jangan disatukan dengan pasien lain karena Covid-19 sangat berbahaya bagi mereka yang memiliki penyakit bawaan, seperti hipertensi, diabetes, jantung, ginjal, dan paru-paru,” katanya.