Misa perdana di masa normal baru dilaksanakan umat Katolik di Kota Magelang, Jawa Tengah, Sabtu (18/7/2020). Sejumlah aturan diterapkan sehingga misa tetap dilaksanakan tertib sesuai protokol kesehatan
Oleh
REGINA RUKMORINI
·3 menit baca
MAGELANG, KOMPAS - Mengikuti arahan dari Keuskupan Agung Semarang (KAS), umat Katolik di Kota Magelang, Jawa Tengah, mulai melaksanakan misa perdana di masa normal baru, Sabtu (18/7/2020) petang. Dihadiri umat dalam jumlah terbatas, misa dilaksanakan dengan pengaturan dan pengawasan ketat dari para petugas di gereja.
Di Gereja Santo Ignatius, Kota Magelang, dalam empat kali misa yang diselenggarakan pada Sabtu (18/7/2020) dan Minggu (19/7/2020), umat yang hadir diatur bergantian, berdasarkan wilayah asal masing-masing. Untuk lebih meningkatan intensitas pegawasan terhadap umat, jumlah pintu masuk yang dibuka dikurangi dari sebelumnya empat pintu menjadi dua pintu saja.
Pengawasan sudah dilakukan sejak umat mulai berdatangan. Tiap orang ditanyai oleh petugas, dan dipastikan dia memang umat dari wilayah yang dijadwalkan datang sore itu. Setelah itu, sebelum masuk gereja, petugas akan memeriksa suhu dan selanjutnya mempersilahkan umat untuk mencuci tangan.
Posisi duduk umat pun diatur, sehingga masing-masing orang akan duduk berjarak dengan umat lainnya. Antara dua baris bangku terdapat satu baris bangku yang sengaja dikosongkan, sehingga umat akan tetap berjarak dengan orang lain yang berada di depan dan di belakangnya.
Dilarang bersalaman
Mengacu pada protokol kesehatan, maka umat pun dilarang untuk bersalaman. Umat juga diminta untuk tidak berlutut karena hal itu akan mempersempit jarak dengan umat yang berada di depannya.
“Mengikuti arahan dari Keuskupan Agung Semarang, berlutut tidak lagi diijinkan karena berpengaruh pada jarak. Semua harus hati-hati perihal jarak, terlebih lagi karena virus korona baru sekarang juga bisa menular lewat udara,” ujar Niko, salah seorang petugas.
Misa dijaga, diawasi oleh sedikitnya 10 petugas yang berada di dalam dan luar gereja. Para petugas tersebut termasuk yang terlibat menjalankan misa, semuanya tertib mengenakan alat pelindung diri, masker dan pelindung wajah.
Tidak hanya mengatur pada saat umat masuk, para petugas juga mengatur aliran umat yang keluar agar tidak terjadi kerumunan dan berdesakan.
Kaila (15), salah seorang umat asal Kelurahan Panjang, Kecamatan Magelang Tengah, mengatakan, mengakui, misa yang dilaksanakan dengan pengaturan ketat sesuai protokol kesehatan ini, membuat misa terasa aneh, berbeda dari biasanya.
Dia pun mengaku canggung ketika pada saat harus memberikan salam damai, dia hanya bisa tersenyum sembari menengok umat lain yang berada di sebelah kanan dan kirinya.
Kendatipun demikian, kesempatan bisa kembali ke gereja, memberikan kegembiraan yang mampu menutupi semua kecanggungan tersebut.
“Saya senang sekali karena akhirnya sekarang bisa menerima komuni lagi,” ujarnya.
Kegembiraan serupa juga diungkapkan oleh umat lainnya, Ika (43). Dia pun memaklumi semua aturan yang diterapkan karena pada kondisi saat ini, semua aktivitas memang harus dilakukan dengan mengacu pada protokol kesehatan.
“Lama kelamaan saya dan keluarga pasti terbiasa dengan aturan misa seperti saat ini,” ujarnya.
Nino (40), umat dari Kelurahan Gelangan, Kecamatan Magelang Tengah, mengaku, dirinya memyukai misa baik yang dilakukan secara daring ataupun misa langsung di gereja. Dia juga tidak khawatir akan resiko penularan Covid-19 yang mungkin terjadi di gereja.
“Selama badan sehat, imunitas tubuh bagus, dan mampu menjaga perilaku sesuai protokol kesehatan, saya pun yakin semua akan baik-baik saja,” ujarnya.
Romo Petrus Suratmin Pr yang memimpin misa, mengingatkan bahwa sekalipun sudah bisa kembali ke gereja dan melakukan beragam aktivitas di masa normal baru, umat pun diharap tetap berhati-hati dan menjaga perilaku.
“Kita harus terbiasa dengan kebiasaan-kebiasaan baru, demi menghindari resiko tertular Covid-19 dan beragam penyakit lainnya,” ujarnya.