Korban Meninggal akibat Banjir di Sorong Bertambah
Korban akibat banjir yang melanda Kota Sorong, Papua Barat, bertambah menjadi lima orang. BPBD setempat masih berupaya mendata warga yang terdampak banjir dan longsor.
Oleh
FABIO COSTA
·3 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS — Tim SAR gabungan kembali menemukan tambahan satu warga yang meninggal akibat banjir yang melanda Kota Sorong, Papua Barat, Sabtu (18/7/2020). Total lima warga yang meninggal dan empat orang mengalami luka akibat bencana ini.
Hal ini disampaikan Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Sorong Herlin Sasabone saat dihubungi dari Jayapura, Papua, Sabtu sore.
Herlin mengatakan, jenazah korban ditemukan di pantai kawasan Tempat Pelelangan Ikan Jembatan Puri, Distrik Sorong Manoi.
Tim SAR mendapatkan laporan dari pihak keluarga bahwa salah satu anggota keluarganya hilang pasca-kejadian banjir. Akhirnya, berdasarkan proses pencarian yang tak henti, jenazah korban ditemukan di pantai.
Diketahui korban berada di daerah yang dekat daerah aliran Sungai Remu. Korban terseret banjir pada Kamis (16/7/2020) malam hingga pantai di kawasan Jembatan Puri.
”Tim SAR mendapatkan laporan dari pihak keluarga bahwa salah satu anggota keluarganya hilang pasca-kejadian banjir. Akhirnya, berdasarkan proses pencarian yang tak henti, jenazah korban ditemukan di pantai. Korban telah dikuburkan pihak keluarganya pada Sabtu ini,” kata Herlin.
Ia menuturkan, BPBD Kota Sorong baru mendapatkan laporan dampak banjir dari tiga kelurahan. Sementara di Kota Sorong terdapat 41 kelurahan.
”Dari tiga kelurahan ini dilaporkan 10 rumah warga rusak berat. Kami masih mendata dampak banjir dan longsor di puluhan kelurahan lainnya,” tutur Herlin.
Membersihkan rumah
Ia menambahkan, tak ada lagi warga yang mengungsi ke rumah kerabatnya. Warga telah kembali untuk membersihkan rumahnya masing-masing yang terkena lumpur.
”Kondisi cuaca di Kota Sorong kembali cerah pada Sabtu ini. Namun, kami mengimbau warga tetap waspada karena prediksi BMKG masih terjadi hujan hingga akhir bulan ini,” tambahnya.
Berdasarkan data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Sorong dan Provinsi Papua Barat, hujan deras disertai petir terjadi sejak pukul 17.00 hingga pukul 21.000 WIT. Akibatnya, air meluap dari Kali Remu dan saluran drainase di Kota Sorong.
Banjir melanda lima dari sepuluh distrik atau kecamatan di Kota Sorong. Distrik yang terkena dampak banjir terparah di Sorong Timur dan Sorong Utara. Ketinggian air mencapai 120 sentimeter.
Dari data sementara, banjir menggenangi 11 ruas jalan, tiga titik permukiman warga, satu tempat ibadah, satu rumah sakit, dan dua kantor.
Adapun titik longsor yakni permukiman warga di daerah Klademak, Jalan Danau Yenmur di Kelurahan Rufei, area dekat Markas Polres Sorong Kota dan taman SMP YPK Syaloom.
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Provinsi Papua Barat Charlie Heatubun mengatakan, penyebab banjir bukanlah faktor fenomena cuaca ekstrem yang melanda Kota Sorong semata.
Ia menilai, hal ini adanya keterkaitan dengan fenomena pembukaan area hutan lindung di Kota Sorong untuk aktivitas pembangunan dan infrastruktur perumahan. Selain, jalur daerah aliran sungai yang sebelumnya luas terus menyempit.
”Kami akan menyusun kebijakan untuk menyiapkan anggaran bagi kabupaten dan kota yang melaksanakan pembangunan dengan tetap menjaga lingkungan, misalnya tidak menambah mengurangi luas tutupan lahan hutan di daerah tersebut,” tuturnya.
Hasil studi Greenomics Indonesia mengungkapkan bahwa pelepasan kawasan hutan untuk perkebunan sawit di Provinsi Papua dan Papua Barat selama 20 tahun terakhir (2000-2019) mencapai 1,2 juta hektar atau setara 18 kali lipat luas Provinsi DKI Jakarta.