Kepekaan dan solidaritas masyarakat kembali menunjukkan kekuatannya. Banjir bandang yang menerjang Luwu Utara, Sulsel, mendorong masyarakat bahu-membahu membantu. Kendaraan yang bawa bantuan mengantre masuk ke Masamba.
Oleh
RENY SRI AYU
·3 menit baca
MAKASSAR, KOMPAS — Bantuan untuk korban banjir bandang di Luwu Utara, Sulawesi Selatan, terus mengalir. Tak hanya dari pemerintah, bantuan juga mengalir dari berbagai lembaga dan organisasi. Sukarelawan dari berbagai wilayah juga turun bahu-membahu membantu korban banjir. Banyaknya bantuan dan akses yang masih belum pulih membuat kendaraan bantuan mengantre untuk masuk Masamba.
Informasi yang diperoleh di Masamba, Sabtu (18/7/2020), menyebut kendaraan-kendaraan yang membawa bantuan menumpuk di jalan Trans -Sulawesi menuju Masamba. Sejak bencana banjir ini terjadi, warga dari berbagai kalangan dan daerah merespons dengan mengirim bantuan dan sukarelawan.
”Kami berangkat tadi malam dari Makassar. Kendaraan menuju Masamba sangat padat hingga terjadi antrean panjang. Banyak orang yang datang membawa bantuan. Mungkin sebagian memanfaatkan akhir pekan untuk langsung ke lokasi,” kata ketua tim sukarelawan, Zakir Sabara, yang juga Dekan Fakultas Teknik Industri Universitas Muslim Indonesia, Makassar, Sabtu.
Zakir bersama sukarelawan dari FTI UMI Makassar membawa bantuan logistik. Selain menyalurkan bantuan, sukarelawan juga terjun langsung membantu warga membersihkan lokasi bekas banjir bandang.
Sejak banjir menerjang Luwu Utara pada Senin (13/7/2020) malam lalu, penggalangan bantuan dilakukan berbagai lapisan masyarakat di sejumlah daerah, termasuk Makassar. Di Luwu Utara, sejumlah menteri juga bergantian datang dan memastikan warga korban banjir mendapatkan bantuan dan diurus dengan baik.
Saya berharap warga korban banjir tidak perlu khawatir karena negara hadir dalam bencana ini. Presiden sudah menginstruksikan agar semua diurus dengan baik.
Menteri Sosial Juliari Batubara yang tiba pada Jumat (17/7/2020) juga menyerahkan bantuan senilai Rp 2 miliar. Bantuan di antaranya berupa logistik, peralatan kebersihan, dan santunan bagi korban meninggal.
”Saya berharap warga korban banjir tidak perlu khawatir karena negara hadir dalam bencana ini. Presiden sudah menginstruksikan agar semua diurus dengan baik,” kata Juliari Batubara.
Setiap ahli waris korban meninggal akan diberikan santunan Rp 15 juta. Mensos meminta pemerintah setempat mendata dan memverifikasi korban meninggal yang identitasnya sudah diketahui. Sejauh ini baru 23 korban yang terverifikasi dari total 36 yang ditemukan meninggal hingga Sabtu.
Selain memberikan bantuan materiil, Kementerian Sosial juga menerjunkan tim Layanan Dukungan Psikososial (LDP) untuk memulihkan trauma pengungsi, terutama anak-anak. Pemulihan secara psikososial ini sudah dilakukan sejak hari pertama bencana banjir terjadi.
Bantuan psikososial
”Jadi dukungan psikososial itu adalah kontak awal. Nah, bantuan psikososial dari sejak kejadian sudah datang. Kehadiran kami sebenarnya sudah memberikan penguatan. Kami berupaya memulihkan trauma anak-anak,” jelas Juliari.
Juliari juga mengapresiasi sikap gotong royong masyarakat yang membantu korban banjir.
”Di sepanjang jalan saya saksikan banyak antrean kemdaraan yang membawa bantuan. Ini sesuatu yang bagus. Budaya masyarakat kita yang bergotong royong meringankan beban korban adalah sesuatu yang baik dan harus dipertahankan dan dikembangkan,” katanya.
Untuk memudahkan distribusi bantuan, Kepala BNPB Doni Monardo juga sudah meminjamkan satu helikopter. Selain untuk kepentingan distribusi logistik, heli juga bisa dipakai untuk mengevakuasi warga.