Banjir di Lamandau Mulai Surut, Tujuh Kecamatan Masih Terendam
Banjir di Kabupaten Lamandau, Kalimantan Tengah, mulai surut. Ketinggian muka air dari 3 meter sampai 4 meter saat ini menjadi 60 sentimeter. Namun, banjir masih merendam tujuh kecamatan.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·3 menit baca
PALANGKARAYA, KOMPAS — Banjir di Kabupaten Lamandau, Kalimantan Tengah, mulai surut. Ketinggian muka air dari 3 meter sampai 4 meter saat ini menjadi 60 sentimeter. Meskipun demikian, tujuh kecamatan masih terendam banjir. Sebanyak 5.926 orang terdampak, tetapi hanya 2.553 orang yang mengungsi di posko darurat.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lamandau Edison Dewel menjelaskan, banjir di wilayahnya sudah mulai surut karena intensitas hujan yang mulai berkurang. Meskipun demikian, air masih merendam 55 desa di tujuh kecamatan.
Posko disiapkan di tiap kecamatan lengkap dengan fasilitasnya. Ada juga dapur umum yang disiapkan. Sebagian besar masyarakat sudah memenuhi posko darurat yang kami siapkan.
”Banjir masih ada tetapi perlahan surut karena intensitas hujan juga turun. Kalau seminggu lalu, hujan memang tidak berhenti,” kata Edison saat dihubungi dari Palangkaraya, Sabtu (18/7/2020).
Meskipun intensitas turun banjir masih merendam dengan ketinggian 60 sentimeter, Edison khawatir jika hujan datang dengan intensitas tinggi sehingga muka air kembali naik.
Bencana banjir merendam hingga ke wilayah Nanga Bulik, ibu kota Lamandau. Wilayah itu, menurut dia, belum pernah diterjang banjir tahun-tahun sebelumnya. Kini banjir masuk hingga ke dapur-dapur rumah warga.
”Posko disiapkan di tiap kecamatan lengkap dengan fasilitasnya. Ada juga dapur umum yang disiapkan. Sebagian besar masyarakat sudah memenuhi posko darurat yang kami siapkan,” ujarnya.
Menurut Edison, masih ada 3.373 warga terdampak yang belum mau mengungsi dengan berbagai alasan. Sebagian besasr mereka memilih tetap tinggal di rumahnya meski direndam banjir unutk menjaga harta benda juga ternak.
”Sebagian yang tidak mau mengungsi itu memang tidak terlalu parah banjirnya. Namun, kami terus memantau dan memberikan bantuan ke mereka yang terdampak,” katanya.
Di Kabupaten Kotawaringin Barat, banjir masih bertahan. Tidak bertambah naik tetapi tidak juga surut signifikan.
Intensitas meningkat
Kepala Bidang Pencegahan dan Kedaruratan BPBD Kotawaringin Barat Reneli mengungkapkan, curah hujan memang cenderung turun dibandingkan dua hari belakangan tetapi ia memprediksi intensitas hujan masih akan bertambah. Pihaknya sudah mengeluarkan status siaga darurat banjir karena tiga kecamatan masih terendam.
”Banjir kali ini berlangsung lama dan bertahan, tanpa ada tanda-tanda surut. Kondisi ini kami berharap hujan tidak lagi turun deras sehingga sungai tidak meluap,” kata Reneli.
Data BPBD Kotawaringin Barat, setidaknya terdapat 1.564 keluarga terdampak banjir dan 1.523 rumah terendam air. Pihaknya masih terus melakukan pendataan di pelosok yang akses masuknya tertutup lantaran banjir.
Reneli menjelaskan, banjir tersebut terjadi akibat luapan Sungai Arut. Curah hujan yang tinggi menyebabkan sungai meluap hingga merendam permukiman warga.
”Ini banjir tahunan, tetapi tahun ini yang paling parah dari tahun-tahun sebelumnya. Bukan hanya karena tinggi muka air, melainkan durasi banjirnya jauh lebih lama dibandingkan tahun-tahun sebelumnya,” kata Reneli.
Curah hujan yang tinggi menyebabkan sungai meluap hingga merendam permukiman warga..
Prakirawan cuaca dari Stasiun Meteorologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Kota Palangkaraya, Alfandi, menjelaskan, saat ini di Kalimantan Tengah sedang dilanda peralihan ke musim kemarau. Hal itu terjadi sejak minggu pertama di bulan Juli sampai akhir Juli.
”Di beberapa wilayah sudah memasuki musim kemarau. Tetapi hujan lebat di beberapa daerah terjadi karena tidak stabilnya keadaan udara atau atmosfer di daerah tersebut,” kata Alfandi.
Alfandi menjelaskan, ketidakstabilan itu secara tidak langsung memengaruhi keadaan cuaca. Hal itu juga memengaruhi intensitas hujan.
Alfandi menambahkan, pada masa peralihan musim kemarau saat ini, pihaknya memberikan peringatan juga himbauan kepada pemerintah ataupun masyarakat agar waspada perubahan cuaca yang terjadi tiba-tiba, seperti intensitas hujan disertai petir atau kilat juga angina kencang.
”Tetap mengantisipasi potensi terjadinya banjir dan tanah longsor,” ujar Alfandi.