Gunung Raung di Jawa Timur kini berstatus Waspada. Radius 2 kilometer dikosongkan. Kawasan permukiman di sekitarnya masih dalam radius aman.
Oleh
ANGGER PUTRANTO
·3 menit baca
Kompas
Letusan Gunung Raung yang mengeluarkan abu dan meterial vulkanik membubung dari puncak terlihat di Desa Sumber Arum, Kecamatan Songgon, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, Minggu (12/7/2015).
BANYUWANGI, KOMPAS — Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi menaikan status Gunung Raung dari Level 1 (Normal) menjadi Level II (Waspada). Kenaikan status ini seiring dengan peningkatan aktivitas vulkanik di Gunung Raung.
Gunung Raung terletak di perbatasan Kabupaten Banyuwangi, Bondowoso, dan Situbondo di Jawa Timur. Gunung setinggi 3.332 meter tersebut terakhir erupsi pada pertengahan 2015.
Peningkatan status Gunung Raung menjadi Level II (Waspada) disampaikan Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Kasbani ketika dihubungi dari Banyuwangi, Jumat (17/7/2020). ”Aktivitas dan ancaman bencana menjadi dasar peningatan status Gunung Raung. Sejak empat hari terakhir memang ada peningkatan aktivitas di sana,” ujar Kasbani.
Kompas/ Angger Putranto
Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Kasbani (kiri) menjawab pertanyaan sejumlah warga yang mendatangi pos pemantauan Gunung Agung di Kecamatan Rendang, Sabtu (23/9/2017).
Peningkatan aktivitas vulkanik tersebut tampak dari bertambahnya jumlah gempa embusan. Bahkan pada Kamis (16/6/2020), Pos Pengamatan Gunung Api Raung menangkap adanya erupsi berskala kecil di Gunung Raung.
Kasbani mengatakan, dengan peningkatan status ini daerah di radius 2 kilometer dari kawah masuk dalam kawasan rawan bencana. PVMBG merekomendasikan tidak ada aktivitas warga di kawasan tersebut.
Ditanya terkait potensi bencana, Kasbani mengatakan, hingga saat ini ancaman yang paling nyata ialah hujan abu di sekitar radius 2 kilometer tersebut.
”Kami tidak bisa memprediksi apakah akan terjadi erupsi sebesar seperti tahun 2015. Kami masih terus melakukan pemantauan secara intensif,” tutur Kasbani.
Buruh tebu beristirahat dengan latar belakang Gunung Raung di Desa Sumber Arum, Songgon, Banyuwangi, Jawa Timur, Sabtu (25/7/2015).
Namun menurut Kasbani, kemungkinan terjadinya guguran lava pijar dari puncak Gunung Raung sangat kecil. Hal tersebut dikarenakan kondisi kaldera Gunung Raung yang sangat luas. Kaldera Gunung Raung memiliki diameter lebih dari 2 kilometer dengan kedalaman 500 meter.
Lelehan lava pijar, lanjut Kasbani, baru terjadi apabila kaldera terisi penuh dengan lava. Kasbani yakin, dibutuhkan waktu yang sangat lama hingga akhirnya kaldera tersebut penuh.
Kasbani menambahkan, karakteristik Gunung Raung memiliki saluran vulkanik yang lebih terbuka. Hal ini berbeda dengan Gunung Agung, di Karangasem Bali yang lebih tertutup dan tidak pernah meletus dalam 50 tahun.
Lava pijar dari letusan Gunung Raung terlihat dari Pos Pantau Gunung Raung di Kecamatan Senggon, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, Sabtu (11/7/2015).
”Gunung Raung terakhir meletus 2015. Saluran vulkaniknya juga cenderung lebih terbuka. Sehingga saat ada aktivitas vulkanik, akan tampak embusan-embusan. Berbeda dengan Gunung Agung yang sudah 50 tahun ’tertidur’ dan tiba-tiba menunjukkan aktivitas. Karena saluran vulkaniknya tertutup, saat ada pendobrakan dari dapur magma, gempa-gempa besar dirasakan di Gunung Agung,” tutur Kasbani.
Gunung Raung terakhir meletus 2015. Saluran vulkaniknya juga cenderung lebih terbuka. Sehingga saat ada aktivitas vulkanik, akan tampak embusan-embusan
Kepala Pos Pemantauan Gunung Api Raung PVMBG Mukijo mengakui, ada aktivitas vulaknik yang sangat signifikan. Sejak Senin (13/7/2020) hingga Rabu (15/7/2020) tercatat gempa embusan setiap 2 jam sekali, tetapi pada Kamis (16/7/2020), gempa embusan semakin intensif hingga 30 menit sekali.
Mukijo mengatakan, erupsi skala kecil pertama terjadi Kamis (16/7/2020) pukul 13.56 WIB. Saat itu teramati perubahan warna kolom embusan menjadi warna putih kelabu, dengan ketinggian 100 meter dari atas puncak. Hingga pukul 24.00, teramati 60 kali embusan/erupsi sejak pukul 10.52, berupa kolom abu berwarna kelabu dan kemerahan, dengan ketinggian 50 meter hingga 200 meter.
GOOGLE EARTH/KOMPAS/ANGGER PUTRANTO
Citra satelit Gunung Raung dan Gunung Pendil setelah longsoran yang menyebabkan banjir bandang di Banyuwangi.
”Jumat (17/7/2020) pada periode pukul 00.00-06.00 WIB, erupsi masih terjadi sebanyak 26 kali, menghasilkan kolom abu berwarna coklat dengan intensitas tipis hingga sedang dan tinggi 50-200 meter di atas puncak/kawah,” ungkapnya.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Banyuwangi Eka Muharram mengatakan, pihaknya juga sudah mendapat peringatan dini dari PVMBG. Menanggapi hal itu BPBD Banyuwangi langsung bersiap siaga menghadapi kemungkinan terburuk.
”Ancaman saat ini 2 kilometer dari puncak kawah. Di Wilayah Banyuwangi, terdapat empat kecamatan yang berlokasi paling dekat dengan Gunung Raung, yaitu kecamatan Songgon, Sempu, Glenmore, dan Kalibaru. Sejauh ini, wilayah tersebut masih aman karena di luar radius bahaya,” ungkapnya.
Namun, sebagai langkah antisipasi, BPBD Banyuwangi sudah merekomendasikan untuk menutup jalur pendakian ke Gunung Raung. Di wilayah Banyuwangi, jalur pendakian ke Gunung Raung biasa melewati pos pendakian Kalibaru Wetan. Pos tersebut sudah ditutup sejak Kamis malam.