Kaldera Toba Menyimpan Potensi Besar Selain Pariwisata
Pembangunan Taman Bumi Kaldera Toba tidak bisa hanya pada sektor pariwisata. Diterimanya Kaldera Toba sebagai anggota UNESCO menjadi momentum pembangunan agroindustri berbasis kekayaan geologi dan keragaman hayati.
Oleh
NIKSON SINAGA
·3 menit baca
MEDAN, KOMPAS — Pembangunan kawasan Taman Bumi Kaldera Toba tidak bisa hanya pada sektor pariwisata. Apalagi, sektor pariwisata diperkirakan masih lesu selama pandemi Covid-19. Diterimanya Kaldera Toba sebagai anggota Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) diharapkan menjadi momentum pembangunan agroindustri berbasis kekayaan geologi dan keragaman hayati.
Hal itu terungkap dalam webinar bertema ”Toba Caldera UNESCO Global Geopark”, Jumat (17/7/2020). Webinar itu membahas tantangan dan harapan setelah Kaldera Toba diterima menjadi anggota Taman Bumi Global Unesco (Unesco Global Geopark/UGG), pekan lalu.
Webinar itu menghadirkan pembicara General Manager Badan Pengelola Geopark Kaldera Toba Hidayati, geolog Indyo Pratomo, geolog Gagarin Sembiring, Ketua Jendela Toba Irwansyah Harahap, Direktur Rumah Karya Indonesia Marojahan Manalu, dan Sekretaris Forum Sisingamangaraja XII John Robert Simanjuntak.
“Diterimanya Taman Bumi Kaldera Toba menjadi anggota UGG harus menjadi momentum untuk pembangunan kawasan berkelanjutan,” kata Hidayati.
Hidayati mengatakan, pembangunan sektor pariwisata hanya menjadi salah satu bagian dari Rencana Induk Pembangunan Taman Bumi Kaldera Toba sebagaimana disampaikan ke UNESCO. Pembangunan sektor lain pun telah dirancang dalam empat tahun ke depan dengan berbasis taman bumi.
Pembangunan berbasis taman bumi mencakup tiga pilar utama, yakni pemberdayaan masyarakat lokal, edukasi, dan konservasi. Pembangunannya memadukan unsur geologi, keragaman hayati, dan kebudayaan. Selain pembangunan pariwisata, Kaldera Toba juga mempunyai potensi di bidang agroindustri dan bisa dikembangkan menjadi pusat ilmu pengetahuan.
Menurut Gagarin, pandemi Covid-19 ini menjadi momentum pembangunan sektor agroindustri berbasis kekayaan geologi dan keragaman hayati di Kaldera Toba. ”Geopark Kaldera Toba tidak hanya mempunyai keindahan, tetapi juga tanahnya yang subur, bervariasi, dan sangat unik,” katanya.
Ada empat jenis tanah produk letusan gunung api di Kaldera Toba, yakni endapan dasar danau yang terangkat menjadi Pulau Samosir, endapan letusan supervulkanik 74.000 tahun lalu, endapan batuan dasar berusia 300 juta tahun yang tersingkap ke permukaan, serta endapan batuan campuran letusan supervulkanik dengan dua gunung api muda, yakni Gunung Sinabung dan Sibayak.
Jenis tanaman yang dapat dikembangkan di empat produk letusan itu pun sangat beragam, mulai dari andaliman, kopi, mangga, kemiri, jeruk, dan berbagai jenis bunga. Produk itu pun bisa dikemas dalam narasi Kaldera Toba yang mempunyai nilai yang sangat kuat.
”Selain itu, agroindustri juga melibatkan ekonomi masyarakat lokal yang merupakan napas dari pembangunan berbasis geopark,” kata Gagarin.
Keanggotaan UGG bukan merupakan hadiah, melainkan tanggung jawab untuk melaksanakan konsep pembangunan berkelanjutan. (John Robert Simanjuntak)
Indyo mengatakan, Kaldera Toba sejak dulu sudah sangat dinantikan oleh pegiat geopark dunia untuk masuk menjadi anggota UGG. ”Kaldera Toba adalah kawah gunung api terbesar di dunia dan sekaligus dihuni lebih dari 100.000 orang secara turun-temurun. Ini adalah keunggulan yang menjadi inspirasi bagi dunia,” katanya.
John mengingatkan, keanggotaan UGG bukan merupakan hadiah, melainkan tanggung jawab untuk melaksanakan konsep pembangunan berkelanjutan. ”Taman Bumi Kaldera Toba sejak awal digagas oleh berbagai kelompok masyarakat untuk diusulkan menjadi anggota UNESCO sejak tahun 2011,” katanya.
Menurut Marojahan, pembangunan kawasan Danau Toba harus tetap melibatkan masyarakat lokal, sebagaimana konsep pembangunan berbasis taman bumi. Pembangunan kawasan Danau Toba tidak bisa hanya berbasis modal.