Delapan Warga Jadi Korban Banjir dan Longsor di Sorong
Banjir dan longsor akibat cuaca ekstrem melanda lima distrik atau kecamatan di Kota Sorong, Papua Barat. Empat warga meninggal, sementara empat orang lainnya terluka akibat bencana ini.
Oleh
FABIO MARIA LOPES COSTA
·3 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS — Sebanyak empat warga meninggal dan empat orang lainnya luka-luka akibat bencana banjir dan longsor di Kota Sorong, Papua Barat, Kamis (16/7/2020) malam. Air yang menggenangi lima distrik atau kecamatan telah surut pada Jumat (17/7/2020).
Hujan deras disertai petir terjadi sejak pukul 17.00 WIT hingga pukul 21.000. Akibatnya, air meluap dari Kali Remu dan saluran drainase di Kota Sorong.
Pendataan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Sorong dan Provinsi Papua Barat, banjir melanda lima dari 10 distrik atau kecamatan di Kota Sorong. Distrik yang terkena dampak banjir terparah di Sorong Timur dan Sorong Utara. Ketinggian air mencapai 120 sentimeter.
Banjir juga menggenangi 11 ruas jalan, tiga lokasi permukiman warga, satu tempat ibadah, satu rumah sakit, dan dua kantor. Adapun longsor terjadi di permukiman warga di daerah Klademak, Jalan Danau Yenmur di Kelurahan Rufei, area dekat Markas Polres Sorong Kota, dan taman SMP YPK Syaloom.
”Diperkirakan 1.000 rumah warga yang terdampak banjir dan longsor. Banyak rumah yang rusak berat akibat bencana ini,” kata Kepala BPBD Kota Sorong Herlin Sasabone saat dihubungi dari Jayapura pada Jumat sore.
BPBD Sorong baru mendapatkan data 105 keluarga yang terdampak banjir dan longsor pada Kamis kemarin. Masih banyak lurah yang belum melaporkan kondisi wilayahnya.
Diperkirakan 1.000 rumah warga yang terdampak banjir dan longsor. Banyak rumah yang mengalami rusak berat akibat bencana ini.
”Banyak warga yang masih fokus untuk membersihkan rumahnya dari lumpur akibat terjangan banjir. Kami masih berupaya menghimpun data dari setiap kelurahan hingga kini,” tuturnya.
BPBD Sorong membuka posko bencana agar warga bisa melaporkan bantuan yang dibutuhkan dan keluarga yang belum ditemukan akibat banjir serta longsor. ”Saat ini warga lebih memilih untuk mengungsi ke rumah kerabatnya. Namun, kami telah menyiapkan tempat evakuasi berupa sebuah ruang aula di kantor Wali Kota Sorong,” tambahnya.
Ia pun mengimbau agar warga tetap waspada dengan bencana susulan. Sebab, dari data BMKG, diperkirakan hujan deras masih terjadi di Kota Sorong hingga Sabtu (18/7/2020).
Kepala BPBD Papua Barat Derek Amphnir mengatakan, pihaknya akan berkoordinasi dengan BPBD Kota Sorong untuk menyalurkan bantuan bagi korban banjir dan longsor. ”Saya selaku Ketua Harian Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Papua Barat meminta agar pemberian bantuan bagi para korban banjir dan longsor harus tetap dalam protokol kesehatan yang ketat,” tegas Derek.
Faktor cuaca ekstrem
Kepala Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Wilayah V Jayapura Petrus Demon Sili memaparkan, citra satelit menunjukkan terbentuknya awan konvektif yang cukup besar di wilayah bencana. Suhu muka laut yang hangat mendukung pertumbuhan awan konvektif di daerah tersebut sehingga menyebabkan terjadinya hujan. Curah hujan saat itu tercatat 136.8 milimeter atau dalam kategori hujan ekstrem.
”Fenomena cuaca berupa hujan dengan intensitas sedang hingga lebat diperkirakan akan terjadi hingga tiga hari ke depan di wilayah Sorong dan sekitarnya. Masyarakat diimbau waspada terhadap cuaca hujan sedang hingga lebat karena berpotensi mengakibatkan banjirdan tanah longsor,” papar Petrus.
Ketua RT 003 RW 002 Kelurahan Wasabi, Distrik Manoi, Nus Sani mengatakan, saluran drainase di kompleksnya tidak menampung debit air yang tinggi karena hujan deras selama berjam-jam.
”Buruknya saluran drainase sehingga menyebabkan daerah kami rawan banjir saat terjadi hujan deras selama berjam-jam. Mudah-mudahan ada solusi dari pemda setempat untuk mengatasi masalah ini,” tuturnya.