Status Gunung Agung di Bali Turun ke Level Waspada
Aktivitas vulkanik Gunung Agung di Bali dinilai menurun meskipun masih ada pergerakan magma. Data deformasi menunjukkan pola mengempis dan cenderung stabil. Tingkat aktivitas Gunung Agung diturunkan ke level Waspada.
Oleh
COKORDA YUDISTIRA M PUTRA
·3 menit baca
DENPASAR, KOMPAS — Aktivitas vulkanik Gunung Agung di Kabupaten Karangasem, Bali, dinilai mengalami penurunan meskipun terindikasi masih ada pergerakan magma. Data deformasi Gunung Agung dalam setahun terakhir menunjukkan pola mengempis dan dalam beberapa bulan terakhir cenderung stabil.
Tekanan magma di kedalaman dalam tubuh Gunung Agung terindikasi rendah. Analisis citra thermal mengindikasikan tidak ada anomali temperatur permukaan kawah karena terjadi penurunan suplai magma ke permukaan. Berdasarkan hasil analisis data pengamatan visual dan instrumental itu, tingkat aktivitas Gunung Agung diturunkan dari level 3 Siaga menjadi level 2 Waspada mulai Kamis (16/7/2020) pukul 15.00 Wita.
Berdasarkan analisis dan pemodelan data pemantauan gunung api secara komprehensif, maka dapat disimpulkan bahwa Gunung Agung masih berpotensi mengalami erupsi meski dengan ancaman bahaya primer yang diperkirakan terlokalisasi di sekitar area puncak (Kasbani)
Perihal penurunan status aktivitas Gunung Agung itu disampaikan Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Kasbani melalui rilis PVMBG secara dalam jaringan (daring), Kamis. Rilis evaluasi tingkat aktivitas Gunung Agung secara daring itu dipandu Devy Kamil Syahbana, Kepala Subbidang Mitigasi dan Pengamatan Gunung Api Wilayah Timur.
Kasbani juga menyatakan, meskipun tingkat aktivitas Gunung Agung sudah diturunkan, dari status Siaga ke Waspada, tetap direkomendasikan agar masyarakat atau pendaki tidak masuk ke radius 2 kilometer dari puncak kawah. Masyarakat yang bermukim dan beraktivitas di daerah aliran sungai yang berhulu di Gunung Agung juga selalu mewaspadai potensi bahaya sekunder berupa aliran lahar hujan.
”Berdasarkan analisis dan pemodelan data pemantauan gunung api secara komprehensif, maka dapat disimpulkan bahwa Gunung Agung masih berpotensi mengalami erupsi meski dengan ancaman bahaya primer yang diperkirakan terlokalisasi di sekitar area puncak. Radius bahaya maksimum hingga 2 kilometer dari kawah puncak,” kata Kasbani memaparkan analisis aktivitas Gunung Agung, Kamis.
Terkait kondisi Gunung Agung terkini itu, Kasbani juga menyarankan pemerintah daerah di Bali bersama Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) tetap berkoordinasi, termasuk dengan petugas Pos Pengamatan Gunung Api Agung dan PVBMG.
Baik pemerintah maupun masyarakat dapat memantau perkembangan kondisi gunung api melalui aplikasi dalam jaringan MAGMA Indonesia dan berpartisipasi dengan melaporkan setiap kejadian menyangkut aktivitas gunung api.
Kewaspadaan
Setelah 53 tahun dalam keadaan normal, Gunung Agung menunjukkan peningkatan aktivitas sejak September 2017 sampai akhirnya mengalami erupsi pada November 2017. Dalam rentang September 2017 hingga Februari 2018, aktivitas vulkanik Gunung Agung dinamis sehingga tingkat aktivitas Gunung Agung berubah-ubah, dari Waspada ke Siaga kemudian menjadi Awas.
Setelah erupsi pada 2017, tingkat aktivitas Gunung Agung juga kembali dinamis. Sejak Februari 2018, Gunung Agung dinyatakan status level 3 Siaga. Setelah lebih dua tahun, Kamis (16/7/2020), tingkat aktivitas Gunung Agung diturunkan ke level 2 Waspada.
Terkait penurunan status dan rekomendasi PVMBG, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Bali I Made Rentin menyatakan, Pemerintah Provinsi Bali mengapresiasi dan menanggapi secara positif penjelasan PVMBG. Rentin mengatakan tetap menjalankan koordinasi dan sinergi dengan jajaran BPBD di daerah, terutama di Kabupaten Karangasem.
”Mengenai rekomendasi PVMBG, kami akan sampaikan dalam komunikasi, informasi, dan edukasi kepada masyarakat,” kata Rentin.
Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Karangasem Ida Bagus Ketut Arimbawa mengatakan, pihaknya segera menindaklanjuti rekomendasi PVMBG. Salah satu cara berkoordinasi dengan desa-desa di lingkar Gunung Agung dan berkomunikasi dengan komunitas sukarelawan Pasemetonan Jagabaya (Pasebaya) Gunung Agung Karangasem.
Pihaknya juga sedang melengkapi pemasangan rambu jalur evakuasi dan imbauan. ”Kami akan tetap berupaya meningkatkan kapasitas dan kesiapsiagaan masyarakat melalui langkah edukasi dan koordinasi,” kata Arimbawa.