Cegah Samarinda Jadi Episentrum Baru Covid-19 di Kaltim
Transmisi lokal Covid-19 di tengah pelonggaran fase ketiga di Samarinda dikhawatirkan terus meluas. Evaluasi masa pelonggaran perlu dilakukan dengan melihat tren penambahan kasus.
Oleh
SUCIPTO
·3 menit baca
BALIKPAPAN, KOMPAS — Angka kasus Covid-19 dikhawatirkan terus meluas di tengah pelonggaran kegiatan fase ketiga. Pemerintah Kota Samarinda mempercepat langkah mitigasi dengan menggandeng kecamatan hingga kelurahan. Pemerintah setempat juga diminta mengevaluasi protokol kesehatan selama masa pelonggaran.
Kepala Sekretariat Gugus Tugas Kota Samarinda Sugeng Chairuddin mengatakan, Kota Samarinda belum terbebas dari Covid-19. Adanya transmisi lokal karyawan dan tenaga kesehatan di RSUD I A Moeis, Samarinda, Selasa (14/7/2020), membuktikan hal itu. Sebanyak 19 karyawan di rumah sakit itu terkonfirmasi positif. Penelusuran kontak erat para pasien masih dilakukan.
”Selama 40 hari berturut-turut, Samarinda mengalami penurunan pasien Covid-19. Namun, setelah terjadi transmisi lokal kemarin, tercatat itu merupakan kasus tertinggi di Kota Samarinda dibandingkan sebelumnya,” kata Sugeng dalam rapat koordinasi Covid-19 melalui video telekonferensi di Samarinda, Kamis (16/7/2020).
Saat ini, jumlah kasus terkonfirmasi positif di Samarinda sebanyak 133 kasus dengan rincian 63 dinyatakan sembuh dan 5 meninggal dan 65 orang menjalani perawatan mandiri dan dirawat di rumah sakit. Jika dilihat dalam seminggu terakhir, terdapat penambahan 55 kasus sejak 10 Juli 2020.
Kasus transmisi lokal itu terjadi 14 hari sejak pelonggaran kegiatan fase ketiga dijalankan di Samarinda sejak 1 Juli. Hal itu membuat Samarinda, yang sebelumnya masuk kategori zona kuning dengan risiko kenaikan kasus rendah, kini menjadi zona oranye dengan risiko kenaikan kasus sedang.
Meski demikian, Pemkot Samarinda tetap akan melaksanakan fase pelonggaran. Pelaksana Tugas Kepala Dinas Kesehatan Kota Samarinda Ismed Kosasih mengatakan, mitigasi penanganan Covid-19 akan dipercepat tanpa menunda pelonggaran kegiatan.
”Kita akan melibatkan pemerintah di tingkat kecamatan untuk mempercepat pengawasan dan penelusuran kontak erat, bekerja sama dengan puskesmas. Jika ada pasien terkonfirmasi positif, kami langsung bagikan informasinya. Target kami, Samarinda tidak menjadi episentrum baru di Kalimantan,” kata Ismet ketika dihubungi.
Melihat penambahan kasus di tengah pelonggaran itu, Ketua Ikatan Dokter Indonesia Kaltim Nataniel Tandirogang mengatakan, tes usap perlu diperluas. Jika potensi penambahan kasus terus tinggi, menurut dia, fase pelonggaran perlu dievaluasi kembali.
”Perlu dievaluasi, apa yang menyebabkan terjadinya transmisi lokal. Jika memang perlu ditunda fase pelonggaran, lakukan secepatnya agar kasus tidak meluas,” katanya.
Saat ini, jumlah tempat tidur untuk pasien Covid-19 di Kaltim berjumlah sekitar 1.000 tempat tidur. Jumlah pasien yang dirawat di rumah sakit di Kaltim saat ini 229 pasien. Meskipun jumlah tempat tidur masih banyak tersedia, tetapi lonjakan kasus perlu diantisipasi. Sebab, masih ada 844 spesimen yang masih menunggu uji laboratorium.
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Kesehatan Kalimantan Timur Andi M Ishak mengatakan, jumlah pasien yang dirawat di rumah sakit saat ini menjadi yang terbanyak sejak kasus pertama muncul pada Maret 2020. Andi mengatakan, sampai saat ini Kaltim belum memenuhi syarat untuk memasuki tahap relaksasi secara umum karena nilai tingkat reproduksi efektif (Rt) masih di atas 1. Adapun angka kasus positif Covid-19 masih di atas 5 persen.
Ia mengatakan, selain transmisi lokal, potensi penambahan kasus dari daerah luar juga perlu diantisipasi dan dievaluasi.
”Kami mengimbau kota atau kabupaten yang mengalami peningkatan kasus perlu mengevaluasi pelonggaran kegiatan dengan melihat penambahan kasus. Jika ada yang berbahaya di depan, perlu dihentikan dulu pelonggaran di beberapa tempat,” kata Andi.