69 Warga Masih Dicari, Pembukaan Akses Jalan Krusial
Pencarian korban hilang dan pembersihan material longsoran saat ini menjadi fokus di Luwu Utara. Selain itu upaya penanganan lain, yakni membuka akses Trans-Sulawesi dan daerah terisolasi untuk distribusi logistik.
Oleh
Reny Sri Ayu
·3 menit baca
MAKASSAR, KOMPAS — Jumlah korban meninggal akibat banjir bandang di Luwu Utara, Sulawesi Selatan, hingga Kamis (16/7/2020), menjadi 24 orang. Adapun warga yang dilaporkan hilang 69 orang. Selain pencarian orang hilang, pembukaan akses jalan kini juga menjadi prioritas guna memudahkan distribusi bantuan.
Upaya pencarian dikoordinasi oleh Basarnas dengan fokus di wilayah-wilayah terdampak parah. Lokasi penyisiran di antaranya pada rumah-rumah warga yang tertimbun material. Informasi yang dihimpun, sejumlah dusun masih terisolasi. Adapun rumah-rumah warga tertimbun material lumpur dan kayu hingga lebih dari 3 meter.
Para petugas pihak Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) akan fokus pada distribusi bantuan dan mengurus pengungsi. Sementara petugas Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) akan membersihkan tumpukan material yang membuat petugas kesulitan menjangkau wilayah yang terdampak parah.
”Fokus utama pada hari ini masih pada pencarian orang hilang. Sudah ada 24 orang ditemukan tewas dan 69 orang hilang. Pencarian akan dikoordinasi di bawah kendali tim SAR,” kata Muslim Muchtar, Kalaksa BPBD Luwu Utara di Masamba, Kamis (16/7/2020).
Muslim menambahkan, selain pencarian korban, prioritas operasi penanganan bencana yakni membuka akses ke daerah-daerah terisolasi yang terdampak parah banjir bandang. Akses Trans-Sulawesi yang lumpuh juga akan dibuka.
”Pembersihan jalur Sulawesi ini untuk memudahkan akses distribusi logistik. Saat ini logistik adalah kebutuhan mendasar dan mendesak untuk masyarakat, terutama pengungsi. Ada 39 titik pengungsian dan 20 di antarnya disiapkan pemerintah. Ini semua membutuhkan makanan siap saji dan juga makanan yang bisa dikonsumsi dua-tiga hari ke depan,” kata Muslim.
Pembersihan material sisa banjir bandang membutuhkan alat berat dengan kapasitas besar.
Pembersihan material sisa banjir bandang ini, lanjut Muslim, membutuhkan alat berat dengan kapasitas besar karena ketebalan material timbunan material berkisar 1-4 meter. Menurut rencana, material yang diangkat akan dipindahkan ke sejumlah lokasi.
Bupati Luwu Utara Indah Putri Indriyani mengatakan, untuk sementara, sembari menunggu pembukaan akses, sebagian distribusi bantuan akan dilakukan menggunakan jalur alternatif dengan kendaraan roda dua.
”Sejumlah wilayah memang sulit dijangkau karena baik jembatan beton maupun jembatan gantung sudah putus. Jalan juga tertimbun material. Jadi, akan dicari jalur alternatif di pegunungan yang bisa diakses dengan kendaraan roda dua,” kata Indah.
Selain alat berat untuk membuka jalur, saat ini, sanitasi portabel juga menjadi kebutuhan mendesak. Pasalnya, sebagian besar infrastruktur rusak, termasuk sanitasi warga. Aliran listrik pun hingga saat ini belum pulih dan masih sering padam. Oleh karena itu, listrik portabel juga menjadi kebutuhan. Untuk air bersih, alat isap dibutuhkan dan juga penampungan air.
Terkait bencana yang terjadi di tengah pandemi, Indah mengakui, saat ini penerapan protokol kesehatan sulit dilakukan. Keterbatasan tempat, terutama di lokasi pengungsian, membuat protokol kesehatan, seperti menjaga jarak, sulit diterapkan.
Masker juga tak lagi dipakai sebagian besar warga karena hilang ataupun basah saat baniir. Saat ini, ada sembilan posko kesehatan yang telah didirikan di mana petugas akan melakukan pelayanan kesehatan, edukasi, dan menyalurkan masker.