Banjir besar melanda sejumlah wilayah di Sulawesi dan Kalimantan. Bencana yang dipicu kerusakan lingkungan ini mendera ribuan warga. Aktivitas di sejumlah daerah lumpuh.
Oleh
RENY SRI AYU/SAIFUL RIJAL YUNUS/Dionisius Reynaldo Triwibowo/Emanuel Edi Saputra
·3 menit baca
MAKASSAR, KOMPAS — Banjir bandang menyapu ribuan rumah di Kabupaten, Sulawesi Selatan, Senin (13/7/2020) malam. Ribuan warga dievakuasi, 10 orang tewas, dan puluhan orang lain masih tertimbun.
Sementara itu, di Sulawesi Tenggara, banjir yang melanda Kabupaten Konawe dan Konawe Utara terus meluas. Wilayah yang terdampak banjir mencapai 21 desa di 12 kecamatan. Sebanyak 1.483 keluarga terdampak dan lebih dari 500 keluarga di antaranya mengungsi.
Banjir yang terjadi di Luwu Utara dipicu oleh hujan deras yang mengakibatkan Sungai Radda dan Sungai Masamba di Luwu Utara meluap. Aliran sungai yang deras membawa material tanah, pasir, kayu gelondongan, hingga sampah menerjang sejumlah permukiman di Masamba dan Baebunta. Sejumlah warga hanyut, sebagian tertimbun tanah dan reruntuhan bangunan.
”Sepuluh korban ditemukan tewas, lima orang di antaranya belum teridentifikasi. Ada 10 warga ditemukan selamat dan saat ini 46 orang masih dalam pencarian. Jumlah warga dalam pencarian ini berdasarkan laporan warga ke posko,” kata Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan (SAR) Makassar Mustari, Selasa (14/7/2020).
Tawakkal Basri (45), warga Makassar, mengatakan, adik dan dua keponakannya serta seorang anggota keluarga lain yang tinggal di Desa Radda, Baebunta, hingga kini masih hilang. ”Saat air surut, mereka meninggalkan rumah dan berniat mengungsi ke tempat yang aman. Tetapi, saat itu air kembali meluap. Diduga, mereka terjebak,” kata Tawakkal.
Banjir juga menyebabkan jaringan sejumlah operator seluler putus total. Kondisi ini menyulitkan komunikasi serta koordinasi penanganan dan pencarian korban banjir.
Jalan Trans-Sulawesi di wilayah itu lumpuh total. Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sulsel Endro Yudo Warsono mengatakan, alat berat belum mampu menembus pasir bercampur lumpur tebal yang menutup jalanan. BPBD Sulsel menyiapkan bantuan makanan, pakaian, selimut, dan obat-obatan bagi korban banjir.
Terus bertambah
Banjir yang melanda Kabupaten Konawe dan Konawe Utara dipicu oleh luapan Sungai Konaweha dan Sungai Lahumbuti. ”Ketinggian air terus bertambah dengan paling tinggi mencapai 2 meter. Wilayah paling terdampak di Kecamatan Pondidaha, Wonggeduku, dan Lambuya,” kata Kepala Subbagian Program BPBD Konawe Alfrida Yaurika.
Hal yang kini harus diwaspadai, lanjut Alfrida, adalah banjir di wilayah hulu, yaitu di Kolaka dan Kolaka Timur. Luapan air bisa bertambah ketika hujan terus terjadi. ”Kami berharap masyarakat terus waspada,” ujarnya.
Banjir di Konawe meninggi dalam beberapa hari terakhir. Di Kecamatan Pondidaha, ketinggian air mencapai 2 meter. Adapun di Konawe Utara, banjir merendam belasan desa.
Wahyudi, anggota staf Kantor SAR Kendari, menyampaikan, tim gabungan mengevakuasi 50 warga di Desa Labungga, Andowia. Ketinggian air di wilayah ini terus bertambah karena hujan terus turun. ”Sebanyak 358 warga di Kecamatan Andowia telah melakukan evakuasi mandiri,” katanya.
Sebelumnya, Kepala Bidang Kedaruratan BPBD Konawe Utara Jasmidi menyebutkan, dari 3.741 jiwa yang terdampak, sebagian besar telah mengungsi di hunian sementara. Bantuan logistik juga telah disalurkan ke sejumlah lokasi.
Sementara akses jalan utama yang menghubungkan Konawe Utara dan Morowali, Sulawesi Tengah, masih terputus di Desa Sambandete, Oheo. Ketinggian air yang mencapai 2 meter menutupi jalan sepanjang lebih dari 1 kilometer.
Di Kalimantan Barat, banjir yang terjadi sejak akhir pekan lalu masih melanda Kabupaten Melawi dan Sintang. Banjir dengan ketinggian hingga 2 meter di Melawi merendam 14.790 rumah dan 193 fasilitas umum di 9 kecamatan.
Sementara banjir di Sintang melanda Kecamatan Kayan Hilir. Sejumlah 2.806 keluarga terdampak banjir yang dipicu luapan Sungai Kayan itu.
Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Kalbar Nikodemus Ale mengatakan, daya dukung lingkungan di Melawi dan Sintang kian tidak memadai. Kerusakan lingkungan, antara lain, dipicu ekspansi perkebunan sawit dan pertambangan ilegal.
Banjir juga terjadi di Kabupaten Lamandau dan Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah. Lebih dari 2.000 warga terdampak banjir.