PSBB di Kota Ambon yang telah berlangsung 24 hari berhasil menekan laju peningkatan kasus per hari hingga satu digit. Rencana transisi pada pekan depan harus disiapkan secara matang dengan pelonggaran terukur.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
·3 menit baca
AMBON, KOMPAS — Penerapan pembatasan sosial berskala besar sejak 22 Juni di Kota Ambon, Maluku, berhasil menekan laju penambahan kasus Covid-19 yang semula belasan per hari menjadi sembilan per hari. Pasien yang sembuh pun meningkat dari 27,9 persen menjadi 61,4 persen.
Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Ambon menyiapkan proses transisi setelah berakhirnya pembatasan pada Minggu (19/7/2020).
Berdasarkan data yang dihimpun dari Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Ambon, jumlah kasus sebelum pemberlakuan PSBB 422 dengan angka kesembuhan 118 dan kematian 10. Hingga Rabu (15/7/2020), atau 24 hari sejak PSBB dimulai, jumlah kasus menjadi 651 dengan kesembuhan 400 dan kematian 13.
Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Ambon Joy Adriaansz mengatakan, menurunnya laju peningkatan kasus itu berkat pembatasan yang dilakukan di hampir semua sektor. Pergerakan orang, aktivitas usaha, moda transportasi, aktivitas pendidikan, dan kegiatan keagamaan dibatasi secara maksimal. Warga yang keluar masuk Ambon, termasuk masih dalam wilayah Maluku, pun diatur secara ketat.
Setiap orang yang keluar wajib menunjukkan bukti tes cepat (rapid test) Covid-19 yang menunjukkan hasil nonreaktif. Penjagaan di pintu masuk Kota Ambon, baik melalui jalur darat, laut, maupun udara, diperketat. Pos penjagaan beroperasi 24 jam. Banyak pelaku perjalanan ditolak masuk Ambon karena tidak mengantongi hasil tes cepat Covid-19.
Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Ambon juga hanya mengizinkan toko penjual bahan pokok dan bahan bangunan yang boleh beroperasi. Tiga pusat perbelanjaan terbesar, seperti Ambon Plaza, Maluku City Mall, dan Ambon Coty Center, ditutup. Tempat itu tidak menjual bahan pangan dan bahan bangunan.
Pembatasan-pembatasan itu didukung oleh warga. Sebagian besar warga Kota Ambon taat pada PSBB.
Rumah kopi dan restoran hanya diperbolehkan untuk melayani pesanan. Khusus rumah kopi yang biasanya dikunjungi ribuan orang tiap hari, sepi. Penutupan rumah kopi dianggap efektif menekan laju penularan Covid-19. Di Kota Ambon, intensitas perjumpaan tertinggi adalah pasar tradisional, pusat perbelanjaan modern, rumah ibadah, kemudian disusul rumah kopi.
Pasar tradisional pun ditutup pada pukul 18.00 WIT. Petugas menyekat jalur menuju pasar agar angkutan kota tidak bisa masuk. Sementara minimarket dan toko sembako serta bahan bangunan dibuka hingga pukul 20.00 WIT. Angkutan kota dibatasi hingga pukul 21.00 WIT. Kapasitas penumpang yang dimuat maksimal 50 persen dari ketersediaan tempat duduk.
”Pembatasan-pembatasan itu didukung oleh warga. Sebagian besar warga Kota Ambon taat pada PSBB,” ujarnya. Menurut dia, capaian positif selama PSBB tidak hanya menjadi keberhasilan gugus tugas yang di dalamnya tergabung semua unsur, tetapi juga keberhasilan masyarakat Kota Ambon.
Menurut Joy, pada Jumat (17/7/2020), akan digelar rapat evaluasi untuk menentukan langkah yang diambil Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Ambon. Kemungkinan besar, PSBB akan diakhir dan dilanjutkan dengan proses transisi menuju normal baru.
”Selama transisi nanti, masih ada pembatasan dan juga kelonggaran yang terukur,” ujarnya.
Secara keseluruhan di Maluku, hingga Rabu malam, total kasus Covid-19 mencapai 920 kasus dengan angka kesembuhan 579 atau 62,9 persen dan kematian 17 atau 1,8 persen. Kasus tertinggi berada di Kota Ambon. Dari 11 kabupaten/kota di Maluku, zona hijau atau kawasan bebas Covid-19 saat ini adalah Kabupaten Buru Selatan, Kepulauan Tanimbar, dan Kepulauan Aru.
Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Provinsi Maluku dalam rilis tertulis menyebutkan, di Kepulauan Kei, yang terdiri dari Kota Tual dan Kabupaten Maluku Tenggara, kasus bertambah masing-masing satu. Total kasus di Tual sebanyak 16 dengan angka kesembuhan satu, sedangkan Maluku Tenggara sebanyak 20 dan belum ada yang sembuh. Sejauh ini, di dua daerah itu tidak ada kematian akibat Covid-19.
Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kabupaten Maluku Tenggara Katrintje Notanubun mengatakan, semua pasien di daerah itu tidak menunjukkan gejala sama sekali. Mereka adalah orang tanpa gejala. Pihaknya terus menggencarkan penelusuran kontak untuk memutus mata rantai penyebaran.
”Memang semakin sulit menulusuri karena para pasien sudah terhubung dengan banyak orang yang mereka sendiri sudah lupa,” katanya.