Siswa Masuk Sekolah di Magelang Dibatasi dari Dalam Kota
Kota Magelang, Jawa Tengah, bersiap untuk melakukan sekolah tatap muka. Kendati demikian, siswa yang pergi ke sekolah nantinya akan dibatasi yang berasal dari dalam kota saja.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·4 menit baca
MAGELANG, KOMPAS — Pada tahun ajaran baru ini, Kota Magelang, Jawa Tengah, bersiap mulai melakukan sekolah tatap muka. Namun, dengan mempertimbangkan risiko penularan, siswa yang diizinkan kembali masuk sekolah akan diseleksi ketat berdasarkan daerah asal.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Magelang Agus Sujito mengatakan, siswa yang diizinkan masuk sekolah adalah siswa yang berasal dari zona hijau. ”Demi mencegah terjadinya penularan Covid-19 di sekolah, maka siswa yang berasal dari zona merah nantinya akan tetap mengikuti pembelajaran daring,” ujarnya, Senin (13/7/2020).
Pembatasan ini diberlakukan sejak sekolah melakukan simulasi, memasuki masa transisi, hingga memulai aktivitas normal baru, yang dijadwalkan akan mulai dilaksanakan tahun ini. Hal ini, menurut Agus, sebenarnya sulit dilakukan karena jumlah siswa asal luar kota di Kota Magelang juga relatif banyak.
”Rata-rata persentase siswa asal luar kota di setiap sekolah di Kota Magelang mencapai lebih dari 10 persen. Khusus di tiga SMP negeri saja terdata persentase siswa asal luar kota bahkan mencapai lebih dari 80 persen,” ujarnya.
Tiga SMP yang dimaksud adalah SMP Negeri 11, SMP Negeri 9, dan SMP Negeri 13. Khusus di tiga sekolah ini, karena jumlah siswa asli Kota Magelang hanya sedikit, pihak sekolah akan diminta tetap menyelenggarakan aktivitas belajar daring bagi semuanya.
Keberadaan siswa luar kota tersebut merata di semua sekolah pada semua jenjang pendidikan, mulai dari SMP hingga pendidikan anak usia dini (PAUD). Adapun di Kota Magelang terdapat 25 SMP negeri dan swasta, 73 SD negeri dan swasta, 56 TK, dan 76 PAUD.
Sekolah-sekolah di Kota Magelang saat ini sudah mulai melakukan berbagai upaya persiapan untuk kembali memulai sekolah tatap muka. Persiapan sudah dimulai dengan melakukan simulasi sekolah tatap muka, mulai Senin (13/7/2020). Selama 17 hari mendatang, simulasi akan dilakukan secara bergantian oleh 1 sekolah PAUD, 3 SD, dan 13 SMP.
Selama 17 hari mendatang, simulasi akan dilakukan secara bergantian oleh 1 sekolah PAUD, 3 SD, dan 13 SMP.
Setelah simulasi, setiap sekolah akan kembali melakukan aktivitas belajar daring. Selanjutnya, pembelajaran masa transisi bagi SMP akan dilakukan mulai 13 Juli hingga 13 September, sedangkan masa transisi untuk pembelajaran siswa SD berlangsung mulai 13 September hingga 13 November. Adapun masa transisi untuk siswa PAUD akan dijadwalkan setelah November.
Setelah masa transisi selesai, Agus mengatakan, setiap sekolah akan langsung memasuki aktivitas normal baru. Namun, semua jadwal kegiatan tersebut masih bisa berubah mengikuti perkembangan situasi di Kota Magelang.
”Agenda kegiatan pembelajaran di masa mendatang tetap akan mengikuti perkembangan kondisi terkait kasus Covid-19 di Kota Magelang,” ujarnya.
Simulasi dan persiapan aktivitas normal baru, menurut Agus, dilakukan setelah melihat perkembangan kasus Covid-19 di Kota Magelang yang terbilang landai.
Nurwiyono Slamet Nugroho, Kepala SMP Negeri 1 Kota Magelang, mengatakan, pada Senin (13/7/2020), pihaknya mulai melakukan simulasi sekolah tatap muka dengan diikuti oleh sejumlah guru dan 32 siswa kelas VIII dan kelas IX.
Dalam simulasi tersebut, setiap kelas hanya dihuni oleh 16 siswa, separuh dari total jumlah murid pada kondisi normal. Setiap siswa diwajibkan datang dengan memakai pelindung wajah dan masker. Sebelum masuk kelas, setiap siswa menjalani pengecekan suhu. Adapun batasan maksimal suhu siswa yang boleh belajar di kelas ditetapkan 37,5 derajat celsius.
Total jumlah siswa di SMP Negeri 1 terdata mencapai 728 orang dan 30 persennya adalah siswa luar kota. Menyadari risiko dari sejumlah daerah yang masih berstatus daerah zona merah Covid-19, simulasi kali ini hanya melibatkan siswa asal Kota Magelang.
Bagi orangtua, membiarkan anak-anaknya pergi ke sekolah di tengah pandemi juga bukan hal yang mudah. Joshua (14), siswa asal Kecamatan Magelang Tengah, mengatakan, dirinya sempat kesulitan mendapatkan izin dari ibunya untuk berangkat dan mengikuti simulasi di sekolah.
”Sejak beberapa hari sebelumnya hingga tadi pagi, Senin (13/7/2020), ibu terus-menerus meminta saya supaya tidak pergi ke sekolah. Ibu sangat cemas kehadiran banyak orang di sekolah membahayakan kesehatan saya,” ujarnya.
Namun, setelah berkali-kali meyakinkan, dia pun akhirnya diizinkan pergi. Untuk keperluan belajar di sekolah, Joshua bahkan juga sudah membuat sendiri 5 pelindung wajah dan membeli stok 10 masker.