Kawasan Sekitar Secapa AD Terapkan Pembatasan Mikro, 600 Warga Tes Cepat
Tiga kelurahan di sekitar Secapa AD menerapkan pembatasan sosial berskala mikro sejak Selasa (14/7/2020). Pembatasan ini dilakukan pasca-penemuan kasus Covid-19 di sekolah militer tersebut.
Oleh
MACHRADIN WAHYUDI RITONGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Tiga kelurahan di Kota Bandung menerapkan pembatasan sosial skala mikro mulai Selasa (14/7/2020). Antisipasi penularan Covid-19 ini juga disertai tes cepat bagi 600 warga setempat.
Pembatasan sosial berskala mikro (PSBM) adalah salah satu program pencegahan penularan Covid-19 di Jabar. Berbeda dengan pembatasan sosial berskala besar yang cakupannya hingga kota/kabupaten, PSBM hanya dilakukan di kawasan tertentu yang lebih kecil, seperti desa atau kelurahan.
Kali ini, PSBM dilakukan di tujuh rukun warga di Kelurahan Hegarmanah, Ledeng, dan Kelurahan Ciumbeuleuit. Semuanya ada di Kecamatan Cidadap, Kota Bandung.
Hal ini dilakukan setelah 1.280 warga Sekolah Calon Perwira TNI AD terdampak Covid-19 dan disinyalir berasal dari kontak lokal. Tiga jalan di sekitarnya, yakni Hegarmanah, Cisitu, dan pintu masuk Panorama Secapa AD, akan menjadi titik pengawasan mengatur akses keluar masuk warga.
”Selain itu, 600 warga di sana akan melakukan tes cepat. Nantinya, kalau ada warga yang reaktif, akan dilaksanakan tes usap,” ujar Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandung Rita Verita di Bandung, Selasa.
Kepala Dinkes Jabar Berli Hamdani menambahkan, selain menetapkan status PSBM, Dinkes Bandung juga melakukan penyemprotan cairan disinfektan di sekitar Secapa AD. Berkaca dari peningkatan kasus positif Covid-19 dari lembaga pendidikan dengan sekolah asrama, pihaknya bekerja sama dengan lembaga terkait untuk membentuk sistem surveilans terpadu.
”Sistem ini dilaksanakan berjenjang, mulai dari tingkat pusat, termasuk pimpinan dari institusi yang bersangkutan. Seperti Secapa AD ini, Mabes TNI sebagai pimpinan institusi, gugus tugas provinsi sampai kelurahan atau desa melakukan sistem surveilans terpadu,” ujarnya.
Kekurangan alat
Meskipun Secapa AD berada di Kota Bandung, penambahan kasus penyebaran Covid-19 dari kluster ini belum ditambahkan ke dalam data kasus positif Covid-19 Kota Bandung. Hingga pukul 18.00, laman resmi Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Bandung hanya menampilkan data kasus positif di angka 59 pasien per tanggal 13 Juli 2020.
Rita menuturkan, indeks reproduksi (Rn) kasus Covid-19 di Kota Bandung masih di angka 0,53 dan bertahan sejak adaptasi kebiasaan baru di awal bulan Juli. ”Penambahan kasus ini ada keputusan dari para pimpinan. Tetapi, jika data kluster masuk ke dalam penambahan Kota Bandung, maka akan berpengaruh kepada angka reproduksi,” ujarnya.
Penambahan kasus ini ada keputusan dari para pimpinan. Tetapi, jika data kluster masuk ke dalam penambahan Kota Bandung, maka akan berpengaruh kepada angka reproduksi. (Rita Verita)
Untuk meningkatkan pelacakan kasus Covid-19, Rita menuturkan, Kota Bandung telah memiliki kemampuan pemeriksaan reaksi berantai polimerase (PCR) mencapai 196-200 kali sehari. Namun, karena keterbatasan bahan, antrean pemeriksaan di Kota Bandung mencapai lima hari.
Akan tetapi, tidak hanya Kota Bandung yang kekurangan bahan pemeriksaan PCR. Berli menuturkan, kemampuan jaringan laboratorium Jabar telah mencapai 10.000 sampel per hari. Namun, saat ini, pihaknya mengalami kekurangan bahan medis habis pakai, salah satunya alat untuk memisahkan, mengambil dan meneteskan spesimen ke mesin pemeriksa.
”Alat ini sangat spesifik. Kalau tidak ada mekanisme ini, kami tidak bisa melakukan pemeriksaan dengan tepat. Alat ini masih ke dalam pemesanan,” ujarnya.