Harimau yang Ditangkap di Padang Pariaman Segera Dilepasliarkan
Harimau sumatera yang ditangkap di Padang Pariaman, Sumatera Barat, disiapkan untuk segera lepas liar. Harimau itu diperkirakan bisa berburu secara mandiri.
Oleh
YOLA SASTRA
·4 menit baca
PADANG, KOMPAS — Harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) yang ditangkap di Nagari Lubuk Alung, Kecamatan Lubuk Alung, Padang Pariaman, Sumatera Barat, akhirnya direhabilitasi di Pusat Rehabilitasi Harimau Sumatera Dharmasraya. Harimau remaja yang memangsa setidaknya tujuh ternak kambing masyarakat itu disiapkan untuk segera lepas liar.
Harimau betina berusia setahun yang diberi nama Ciuniang Nurantih itu masuk perangkap di Korong Surantiah Koto Buruak, Nagari Lubuk Alung, Senin (13/7/2020) pagi. Ciuniang segera dievakuasi dan tiba di kantor Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumbar di Padang sekitar pukul 14.00. Pada pukul 21.30, Ciuniang ditranslokasi ke Pusat Rehabilitasi Harimau Sumatera Dharmasraya (PRHSD) Arsari.
”Ciuniah” dalam bahasa Minang berarti gadis. Nurantih adaptasi dadi Nur, nama yang diberikan warga setempat yang berarti cahaya dan nama Korong Surantiah tempat ia ditemukan sehingga menjadi Nurantih.
Ciuniang tiba di PRHSD Arsari, Dharmasraya, Sumbar, Selasa (14/7/2020) pukul 09.00. Serah terima dilakukan Kepala Seksi Konservasi Wilayah II BKSDA Sumbar Eka Damayanti dan Manajer Operasional PRHSD Arsari Saruedi Simamora.
”Setelah melakukan penjajakan ke beberapa pihak, termasuk kebun binatang Bukittinggi dan Sawahlunto, tidak ada tempat lagi untuk bisa dititipi satwa liar dilindungi ini. Maka kami meminta Yayasan ARSARI Djojohadikusumo agar bisa menerima Ciuniang guna direhabilitasi di PR-HSD ARSARI,” kata Kepala BKSDA Sumbar Erly Sukrismanto dalam siaran pers, Selasa (14/7/2020).
Menurut Erly, harimau remaja itu perlu segera ditangani. Ia khawatir dengan keselamatan satwa dengan tingkat stres tinggi apabila tidak segera dikeluarkan dari kandang jebak. Penanganan medis secara profesional sangat dibutuhkan.
Penanganan medis secara profesional sangat dibutuhkan.
Simamora mengatakan, kondisi fisik Ciuniang secara keseluruhan baik, hanya ada luka lecet di bagian wajah. Pria yang juga dokter hewan di PRHSD Arsari itu berharap harimau tersebut bisa segera dilepasliarkan.
”Tentu ini menjadi tantangan bagi kami untuk bisa segera merehabilitasi dan mempersiapkan Ciuniang ataupun keempat harimau sumatera lainnya di PRHSD Arsari agar segera dilepasliarkan sesuai dengan misi Yayasan Arsari,” kata Simamora.
Dihubungi terpisah, Direktur Eksekutif Yayasan Arsari Djojohadikusumo Catrini Kubontubuh mengatakan, pihaknya mengusulkan kepada Kepala BKSDA Sumbar untuk menjadwalkan rencana lepas liar bagi Ciuniang selambatnya pada akhir Juli 2020.
”Yayasan Arsari Djojohadikusumo saat ini sedang mempersiapkan pengadaan GPS collar untuk dipakai satwa ketika lepas liar sehingga pergerakannya bisa dipantau. Kami siap menunggu keputusan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk persetujuan lepas liar tersebut,” kata Catrini.
Menurut Catrini, tahun ini konflik harimau sumatera relatif sering dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Hingga saat ini, ada lima harimau sumatera yang direhabilitasi di PRHSD Arsari akibat konflik dengan manusia. Kelima harimau tersebut adalah Ria dan Corina dari Riau, Ciuniang, serta Putra dan Putri Singgulung dari Kabupaten Solok, Sumbar.
Catrini melanjutkan, Ciuniang merupakan yang paling siap lepas liar dibandingkan harimau lainnya. Dari sejarahnya memakan ternak warga, kemungkinan gigi Ciuniang sudah lengkap. Ciuniang juga tidak memperlihat tanda-tanda stres kehilangan induk dan ia muncul tanpa induk. Selain Ciuniang, harimau yang paling siap lepas liar adalah Corina. Sementara itu, tiga harimau lainnya sedang proses rehabilitasi.
Hashim Djojohadikusumo, Ketua Yayasan Arsari Djojohadikusumo, menyerukan kepada semua pihak agar berperan aktif menjaga kelestarian hutan dan tidak merusaknya demi memberikan ruang kehidupan bagi satwa liar.
”Bila harimau dan satwa liar lainnya keluar dari hutan yang kita rusak, itu bukanlah kesalahan mereka, melainkan akibat keserakahan manusia yang seharusnya bisa hidup berbagi bumi dengan semua ciptaan Tuhan,” kata Hashim.
Sementara itu, Sekretaris Nagari Lubuk Alung Landi Efendi mengatakan, perangkap harimau masih dipasang di sekitar lokasi penangkapan Ciuniang. ”Belum ditemukan jejak keberadaan induk harimau. Namun, perangkap kerangkeng masih dipasang di lokasi,” kata Landi.
Sebelumnya, harimau itu menerkam tujuh ternak kambing di kandang di hamparan tanah dekat permukiman. Lokasi itu, kata Landi, berjarak 1,5-2 kilometer dari permukiman ramai dan 5-6 kilometer dari Hutan Lindung Bukit Barisan atau Suaka Margasatwa Barisan.
Dari rekaman perangkap kamera (camera trap) yang dipasang Resor Konservasi Wilayah Padang Pariaman BKSDA Sumbar, kata Landi, si harimau terlihat melompat ke kandang kambing pada Minggu (12/7/2020) subuh. Harimau muda diyakini sedang belajar berburu.
Landi mengatakan, meskipun tidak terekam kamera, induk harimau diduga mengawasi dari kejauhan. Sebab, berdasarkan tabiatnya, harimau muda biasanya ditemani induknya ketika belajar berburu. Warga diminta semakin waspada karena ada kemungkinan induk harimau masih berada di sekitar lokasi.