Penularan Covid-19 di Kepulauan Kei Meluas, Zona Hijau Bukan Jaminan
Covid-19 meluas ke Kepulauan Kei, Maluku. Padahal, daerah itu sudah ”menutup pintu” bagi pelaku perjalanan sejak April lalu. Diduga, virus dibawa oleh pelaku perjalanan yang masuk ke daerah itu melalui jalur tak resmi.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
·3 menit baca
AMBON, KOMPAS — Virus korona jenis baru penyebab wabah Covid-19 terus menyebar di Kepulauan Kei, Maluku. Bila sebelumnya hanya di Kota Tual, kini meluas hingga Kabupaten Maluku Tenggara dengan peningkatan kasus signifikan.
Hingga Selasa (14/7/2020) malam, tercatat 15 kasus di Kota Tual dan 19 kasus di Maluku Tenggara. Pusat Kota Tual dan Langgur, ibu kota Maluku Tenggara, terhubung jembatan pendek yang membentang di atas selat sempit dengan lebar kurang dari 100 meter.
Penemuan kasus di Maluku Tenggara terbilang mengejutkan. Dari semula tanpa kasus, lantas tercatat 19 kasus pada pemeriksaan usap, Senin (13/7/2020). Juru bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Maluku Tenggara, Katrintje Notanubun, yang dihubungi dari Ambon, mengatakan sudah menyiapkan sejumlah langkah antisipasi.
Menurut dia, ada sebanyak 30 tempat tidur yang disiapkan di RSUD Karel Sadsuitubun Langgur. Sejauh ini, pasien terpapar Covid-19 tidak diperkenankan melakukan karantina mandiri di rumah. Tujuannya, mencegah penularan virus kepada anggota keluarga dan lingkungan sekitarnya.
”Semua pasien di sini orang tanpa gejala sehingga penangannya relatif lebih mudah. Selain itu, kami juga menyiapkan puskesmas sebagai tempat karantina jika rumah sakit tak bisa menampung pasien,” ujarnya.
Menurut Katrintje, lonjakan kasus membuat sebagian besar warga panik. Mereka mulai menjalankan protokol kesehatan. Namun, masih banyak warga yang tidak mengenakan masker. ”Banyak juga yang tidak menjaga jarak aman. Ini berpotensi menyebabkan penularan,” ujarnya.
Sementara itu, juru bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Tual, Moksen Ohoiyuf, yang dihubungi secara terpisah mengatakan, fasilitas kesehatan di RSUD Maren Kota Tual terbatas. Di sana tidak ada ventilator. Ruang isolasinya hanya bisa menampung tiga pasien. Selebihnya, pasien positif Covid-19 diisolasi di salah satu hotel melati.
Diduga virus korona jenis baru dibawa oleh pelaku perjalanan yang masuk ke daerah itu melalui jalur tidak resmi.
Menurut dia, semua pasien masuk kategori orang tanpa gejala sehingga tidak perlu dilakukan perawatan intensif. ”Pasien yang terkonfirmasi positif juga tidak memiliki riwayat penyakit bawaan yang serius. Namun, kami masih khawatir karena fasilitas di sini terbatas. Petugas medis akan kerepotan,” katanya.
Covid-19 pertama kali terungkap di Kepulauan Kei pada Juni 2020. Hasil tes cepat dua warga Kota Tual yang hendak berangkat ke Ambon menggunakan pesawat TNI AU reaktif. Dilanjutkan pemeriksaan usap, mereka dinyatakan positif Covid-19. Tim gugus tugas lalu menelusuri kontak dan tes. Hasilnya, Covid-19 sudah menyebar ke sejumlah orang.
Seperti yang diberitakan sebelumnya, temuan kasus di dua daerah itu mengagetkan banyak orang. Sejak April 2020, baik Kota Tual maupun Maluku Tenggara ”menutup pintu” bagi pelaku perjalanan. Penerbangan komersial dan kapal penumpang dilarang masuk. Diduga, virus itu dibawa masuk oleh pelaku perjalanan melalui jalur tidak resmi. Mereka menggunakan kapal ikan.
Ketua Harian Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Maluku Kasrul Selang mengimbau warga tetap mengenakan masker, menjaga jarak, dan rajin mencuci tangan. Tinggal di zona hijau dan masih menutup pintu keluar masuk kawasan bukan jaminan bebas Covid-19.
Wilayah Maluku terdiri atas pulau-pulau dengan banyak pintu masuk dari luar. Pelaku perjalanan mempunyai alternatif lain untuk masuk ke sana. Mereka bisa menggunakan kapal ikan. Hingga kini, dari 11 kota/kabupaten di Maluku, hanya tinggal Kabupaten Kepulauan Aru, Kepulauan Tanimbar, dan Buru Selatan yang berstatus zona hijau atau belum ada penemuan kasus.