10 Rumah Dinas Guru di Manado Terbakar, Dua Orang Tewas
Kebakaran meruntuhkan 10 rumah dinas guru sekolah dasar di Manado, Sulawesi Utara, Senin (13/7/2020). Sepuluh keluarga guru dan pensiunan guru menjadi korban, dua orang di antaranya tewas.
Oleh
KRISTIAN OKA PRASETYADI
·5 menit baca
MANADO, KOMPAS — Kebakaran meruntuhkan 10 rumah dinas guru sekolah dasar di Kota Manado, Sulawesi Utara, Senin (13/7/2020). Sepuluh keluarga guru dan pensiunan guru menjadi korban, dua orang di antaranya tewas. Pemerintah setempat akan mencarikan rumah dinas baru untuk ditempati keluarga para guru yang masih aktif.
Kebakaran terjadi di Lingkungan 2 Kelurahan Kleak, Malalayang, Senin pukul 02.00 Wita. Jajaran rumah guru itu terletak tepat di sebelah gedung SDN 36 dan SDN 70 Manado. Selain kerusakan total di rumah dinas guru, gedung SDN 36 Manado juga rusak ringan.
Korban tewas adalah Kepala SD Negeri 17 Manado Treisje Rantung (55) dan suaminya, David Toreh (61). Kedua korban diduga tewas karena tidak dapat mengeluarkan diri dari kurungan pagar besi yang terkunci dengan gembok di depan rumah mereka. Jenazah kedua korban masih disemayamkan di Pusat Pemuda Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) pada Senin malam.
Kobaran api pertama kali terlihat dari rumah almarhum Treisje dan David. Api dengan cepat menjalar ke jajaran sembilan rumah dinas guru di belakangnya yang juga berbahan kayu. Rumah-rumah dinas berukuran 3 meter x 6 meter itu saling berdempetan. Rumah satu dengan yang lain hanya dibatasi satu lapis tembok yang sama.
”Saya tidak bisa keluar untuk membantu karena kobaran api sangat besar sampai ke rumah saya. Pemadam kebakaran datang agak terlambat. Api baru padam sekitar pukul 05.15 Wita. Sesaat setelah itu jenazah korban bisa dikeluarkan,” kata Ota (24), tetangga yang tinggal tepat di depan rumah Treisje.
Ota menduga kebakaran disebabkan oleh korsleting karena David sering mengeluhkan listrik yang sering mati di rumahnya. ”Aliran listrik tidak stabil karena setiap dia menyalakan rice cooker, listrik mati,” kata Ota.
Sembilan keluarga lain yang menjadi korban terdiri dari tiga keluarga guru aktif dan enam keluarga pensiunan guru. Mereka aktif atau pernah mengajar di berbagai sekolah negeri di Manado, antara lain SDN 36, 49, 70, dan 121.
Juane Lengkong (50), guru kelas I di SDN 36 Manado yang menjadi korban, tidak berhasil membawa harta benda apa pun dari rumahnya selain baju yang sedang dipakainya. Kendati begitu, ia mengatakan, berbagai pihak telah datang untuk membantu, termasuk dari masyarakat dan dari gereja setempat.
”Sudah ada yang kasih alat mandi, baju, dan makanan. Malam ini kami mengungsi di gedung SDN 36 dan SDN 70,” kata Juane.
Novram Rompas (51), suami Juane, mengatakan masih belum tahu bagaimana nasib mereka. Sebelumnya, istrinya bekerja di Minahasa Selatan sehingga mereka tidak punya rumah sendiri di Manado. ”Saya harap pemerintah bisa segera membangun rumah dinas lagi. Berat kalau kami harus cari indekos,” kata Novram.
Rumah dinas guru itu seyogianya hanya diperuntukkan bagi guru yang aktif mengajar. Namun, beberapa pensiunan guru, seperti Lince Turang (66), masih tinggal di rumah dinas dengan suami dan anaknya karena anaknya masih berkuliah di Universitas Sam Ratulangi yang terletak hanya sekitar 200 meter dari rumah dinas mereka.
”Untungnya laptop dan printer anak saya masih bisa diselamatkan. Syukur masih bisa selamat. Saya harap pemerintah kota masih boleh membangun lagi rumah dinas ini,” kata Lince yang pensiun sebagai guru SDN 36 Manado pada 2015.
Salah satu pihak yang menyediakan bantuan adalah Dinas Sosial Sulut. Kepala Dinas Sosial Sulut Rinny Tamuntuan telah membawakan selimut, matras, peralatan mandi, alat masak, mi instan, beras, dan ikan kaleng bagi para korban. ”Kami juga akan memberikan santunan bagi korban meninggal,” kata Rinny.
Kurang memadai
Menurut keterangan para korban, sesungguhnya hanya ada sembilan rumah dinas resmi milik pemerintah. Keluarga Treisje dan David tinggal di rumah yang mereka dirikan di tanah milik SDN 36 Manado. Dulunya, Treisje menjabat kepala sekolah di SD tersebut.
Novram mengatakan, ia ragu aliran listrik yang masuk ke rumah Treisje memenuhi standar keamanan. Sebelum kejadian, David sempat memanggil seorang teman untuk memperbaiki aliran listrik ke rumahnya yang mati. ”Saya lihat, sambungan kabel ke rumah mereka hanya dicangkok di kabel besar PLN. Yang memperbaiki juga bukan orang dari PLN,” kata Novram.
Sebaliknya, para guru yang tinggal di sembilan rumah dinas yang berjejer tidak pernah mengalami masalah kelistrikan. Hanya saja, mereka mengakui rumah yang mereka tempati terlalu sempit untuk keluarga mereka yang semakin besar.
Sebelum kejadian, David sempat memanggil seorang teman untuk memperbaiki aliran listrik ke rumahnya yang mati.
Lince mengatakan, beberapa guru tinggal bersama anak, menantu, dan cucu mereka. Mereka pun membangun lantai dua di rumah mereka dengan biaya sendiri. Bahan yang digunakan pun dari kayu. Hal itu pula yang diduga membuat api cepat menyebar.
”Makin besar keluarga, ya, kami tambah bangunan sendiri. Tidak ada lagi tambahan (uang) dari pemerintah,” kata Lince.
Menurut Novram, rumah berukuran 3 meter x 6 meter itu sebenarnya tidak layak. Rumah sangat berdempetan satu sama lain, kurang aliran udara, dan tidak mendapat cahaya matahari langsung. Bangunannya sejajar dengan gedung SDN 36 Manado dengan jarak satu sama lain hanya sekitar 1 meter.
Terkait hal ini, Kepala Dinas Pendidikan Manado Daglan Walangitan mengaku belum mendapatkan informasi soal rumah Treisje yang dibangun di tanah SDN 36 Manado. Ia juga belum mendapatkan informasi soal penyebab kebakaran.
Rumah sangat berdempetan satu sama lain, kurang aliran udara, dan tidak mendapat cahaya matahari langsung.
Sebagai tindak lanjut, para guru yang masih aktif akan dicarikan rumah dinas baru. ”Ada banyak rumah dinas yang belum ditempati. Kami akan carikan yang kosong. Tidak mungkin membangun yang baru karena dana pemkot sudah dialihkan semua untuk mengatasi Covid-19,” kata Daglan.
Daglan juga meminta keluarga enam pensiunan guru untuk kembali ke rumah pribadi mereka. ”Seharusnya mereka tidak boleh di situ lagi karena sudah pensiun,” katanya.