10 Korban Tewas Ditemukan, Puluhan Korban Lainnya Hilang
Setidaknya 10 korban tewas ditemukan dan puluhan lainnya masih dicari akibat banjir bandang yang menerjang Masamba dan wilayah sekitarnya di Luwu Utara, Sulawesi Selatan.
Oleh
RENY SRI AYU
·3 menit baca
MAKASSAR, KOMPAS — Hingga Selasa (14/7/2020) sore, tim SAR, Badan Penanggulangan Bencana Daerah, aparat kepolisian, dan TNI masih terus mencari korban hilang dan korban meninggal akibat banjir bandang di Masamba, Luwu Utara, Sulawesi Selatan (450 kilometer arah Utara Makassar). Sebanyak 10 korban tewas ditemukan, dan pencarian korban lainnya masih terus dilakukan. Ribuan warga dievakuasi ke tempat aman akibat rumah mereka tersapu banjir dan sebagian tertimbun material banjir bandang.
Informasi yang diperoleh dari Masamba, dua sungai meluap, yaitu Sungai Radda dan Sungai Masamba. Kedua sungai ini bermuara di Teluk Bone dan melintasi permukiman serta mengapit Masamba, ibu kota Lutra. Wilyah parah yang terdampak banjir, di antaranya, Masamba, Baebunta, dan beberapa wilayah sekitarnya.
Air mulai meluap sekitar pukul 19.30 wita, Senin (13/7/2010). Sempat surut, air kemudian naik lagi pada pukul 21.00 wita dengan membawa material berupa tanah, pasir, kayu gelondongan, dan sampah.
Tim menemukan sepuluh korban tewas dan lima di antaranya belum teridentifikasi. Ada 10 korban yang ditemukan selamat dan saat ini sebanyak 46 korban lainnya dalam pencarian. Jumlah warga dalam pencarian ini berdasarkan laporan warga ke posko.
Setelah luapan pertama dan saat air surut, banyak warga yang berusaha meninggalkan rumah untuk mengungsi ke tempat aman. Saat itulah sungai kembali meluap dan diduga menghanyutkan sejumlah warga.
”Tim menemukan sepuluh korban tewas dan lima di antaranya belum teridentifikasi. Ada 10 korban yang ditemukan selamat dan saat ini sebanyak 46 korban lainnya dalam pencarian. Jumlah warga dalam pencarian ini berdasarkan laporan warga ke posko,” Kata Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) Makassar, Mustari, Selasa (14/7/2020).
Tawakkal Basri (45), warga Makassar, mengatakan, adik dan dua ponakannya serta seorang keluarga lain yang tinggal di Desa Radda hingga kini masih hilang.
”Adik kandung saya hingga kini masih dicari. Saat air sempat surut, mereka meninggalkan rumah dan berniat mengungsi ke tempat aman. Namun, saat itu air kembali meluap. Diduga mereka terjebak. Hingga sore ini, saya belum terhubung,” tuturnya.
Putus total
Banjir juga menyebabkan komunikasi untuk sejumlah operator seluler putus total. Ini cukup menyulitkan komunikasi dan koordinasi di antara instansi terkait di provinsi dan Lutra. Selain itu menyulitkan warga dari luar yang ingin mengetahui keadaan kerabat dan keluarga mereka.
Endro Yudo Warsono, Kepala Bidang Pencegagan dan Kesiapsiagaan, mengatakan, BPBD Sulsel mengonfirmasi banjir bandang ini sebagai luapan Sungai Masamba dan Sungai Radda.
”Sungai Radda meluap membawa air bercampur lumpur dan pasir. Luapannya merendam rumah warga dan berbagai fasilitas dan tempat umum, termasuk rumah ibadah, dengan ketinggian hingga 2 meter. Hampir bersamaan, Sungai Masamba juga meluap. Banyak rumah yang tersapu banjir,” tutur Endro, Selasa (14/7/2020).
Lokasi Desa Radda di Kecamatan Baebunta hanya sekitar 2 kilometer dari pusat Kota Masamba, yang juga terlebih dahulu terendam. Luapan Sungai Masamba bahkan merendam Bandara Andi Djemnma.
”Jalan Trans-Sulawesi Lumpuh total. Sebenarnya alat berat sempat dikerahkan untuk melakukan pengerukan pasir bercampur lumpur yang menutup Jalan dan perumahan warga. Namun, alat berat akhirnya mundur di tengah jalan akibat lumpur bercampur pasir sangat tebal,” tutur Endro.
”Korban jiwa di Baebunta belum bisa kami konfirmasi. Berbeda di Kecamatan Masamba, beberapa korban jiwa sudah ditemukan,” katanya.
Saat ini tim dari BPBD provinsi sedang dalam perjalanan menuju Masamba dengan membawa sejumlah kebutuhan, di antranya air bersih, makanan siap saji, pakaian, selimut, dan obat-obatan.