Terpuruk sejak Pandemi, Ekspor Karet Sumut Mulai Membaik
Ekspor karet remah dari Sumatera Utara mulai membaik setelah terpuruk selama pandemi Covid-19. Volume ekspor pada Juni meningkat menjadi 28.012 ton setelah sempat terpuruk hingga 14.975 ton pada Mei.
Oleh
NIKSON SINAGA
·3 menit baca
MEDAN, KOMPAS — Ekspor karet remah dari Sumatera Utara mulai membaik setelah terpuruk sejak awal pandemi Covid-19. Volume ekspor pada Juni meningkat signifikan menjadi 28.012 ton setelah sempat terpuruk hingga 14.975 ton pada Mei. Peningkatan volume ekspor didorong membaiknya permintaan karet dari China.
”Kami perkirakan volume ekspor pada Juli masih akan meningkat kembali seiring dengan membaiknya permintaan dari sejumlah negara tujuan ekspor utama,” kata Sekretaris Eksekutif Gabungan Perusahaan Karet Indonesia Sumut Edy Irwansyah, Senin (13/7/2020).
Edy menjelaskan, volume ekspor pada Juni membaik mendekati volume ekspor sebelum pandemi yang biasanya mencapai 34.000 ton. Sejak Maret, volume ekspor karet dari Sumut terus merosot hingga mencapai titik paling rendah pada Mei. Penurunan volume ekspor karena karantina wilayah dan berhentinya aktivitas industri di negara tujuan utama.
Edy mengatakan, Sumut kini melakukan ekspor ke 32 negara tujuan. Enam negara tujuan ekspor utama pada Juni ini secara berturut-turut adalah China, Amerika Serikat, Jepang, India, Brasil, dan Korea Selatan. Keenam negara itu mencakup 71,6 persen dari total ekspor karet Sumut.
”Negara tujuan ekspor dengan volume paling besar adalah China mencapai 5.715 ton atau 20,4 persen dari total ekspor. Pada April, China sempat merosot hingga urutan ketujuh lalu naik menjadi urutan kedua Mei,” kata Edy.
Pada April, China sempat merosot hingga urutan ketujuh lalu naik menjadi urutan kedua Mei.
Secara tahunan, volume ekspor karet Sumut pada semester I-2020 ini pun mencapai 170.425 ton atau menurun 16,2 persen dibanding semester pertama 2019 yang mencapai 203.395 ton. Pandemi Covid-19 pun diperkirakan akan memengaruhi industri karet tahun ini.
Seiring dengan membaiknya volume ekspor, kata Edy, produksi karet Sumut diperkirakan kembali naik. Produksi karet Sumut pada Juni pun telah mencapai 30.192 ton. Sebanyak tujuh persen di antaranya merupakan konsumsi lokal.
Meskipun ekspor meningkat, kondisi itu belum berdampak pada kenaikan harga karet. Edy mengatakan, harga karet dunia di bursa Singapura pada Juli ini sebesar 116,54 sen dollar AS per kilogram atau hanya meningkat 2,42 sen dibanding bulan sebelumnya. “Kondisi ini memperlihatkan harga masih bertahan rendah dan berimbas pada harga lokal di Sumut yang masih rendah,” kata Edy.
Petani Karet di Desa Bah Damar, Kecamatan Dolok Merawan, Kabupaten Serdang Bedagai, Mislan Purba, mengatakan, harga karet di tingkat petani kini masih bertahan rendah berkisar Rp 4.500-Rp 5.500 per kilogram. Selama pandemi ini, aktivitas di perkebunan karet masih berjalan seperti biasa.
Industri sawit
Sementara itu, Sekretaris Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia Sumut Timbas Prasad Ginting mengatakan, penurunan volume ekspor sawit tidak signifikan selama pandemi Covid-19. Pabrik dan kebun sawit di Sumut masih terus berproduksi karena permintaan CPO dari negara tujuan masih tetap baik.
Perkebunan dan pabrik pun kini menerapkan protokol kesehatan yang ketat. ”Kami sangat berhati-hati karena jika ada penularan di perkebunan atau pabrik bisa menghentikan operasional,” kata Timbas.
Timbas mengatakan, di Sumut terdapat 1,8 juta hektar kebun sawit dengan 162 pabrik kelapa sawit. Hingga saat ini aktivitas di perkebunan maupun pabrik kelapa sawit berjalan baik. Petani sawit pun tetap bisa menjual tandan buah segar (TBS) sawit ke pabrik sehingga ekonomi di desa sentra sawit tetap bergerak.