Pemilik Hotel di Kota Batu Masih Percaya Diri Hadapi Covid-19
Hotel dan homestay di Kota Batu kembali menggeliat. Ada sejumlah hotel ditawarkan dijual pemiliknya tapi bukan disebabkan pandemi Covid-19.
Oleh
KOMPAS/DEFRI WERDIONO
·2 menit baca
BATU, KOMPAS-Pemilik sejumlah hotel di Kota Batu, Jawa Timur, masih percaya diri menjalankan bisnisnya di tengah pandemi Covid-19 yang belum usai ini. Tata cara protokol kesehatan ketat tetap dipatuhi untuk menjamin kenyamanan konsumen.
Wakil Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia Batu Muklas Rofik mengatakan, hotel-hotel masih bertahan dan kini justru mulai kembali menggeliat. Pekan ini, sejumlah konsumen dari beberapa di Jatim mulai berdatangan. Dia menjamin, hotel-hotel sudah mendapatkan edukasi tentang standar operasional prosedur protokol kesehatan yang benar.
“Memang ada hotel kecil yang cemas dan mengadu. Mereka mengatakan, berat (untuk memulai beroperasi kembali). Namun, itu hanya pemahamannya saja. Secara finansial, protokol kesehatan tidak terlalu mahal,” ucap Rofik.
Rofik menepis kabar ada sejumlah hotel hendak dijual akibat pandemi. Namun, ia mengakui, memang ada beberapa hotel yang ditawarkan pemiliknya. Dari penelusuran Kompas di platform jual beli daring, sejumlah hotel di Batu dan Malang ditawarkan pemiliknya. Harganya bervariasi, tergantung ukuran dan letak hotel.
Di Batu, ada dua hotel ditawarkan pemiliknya. Hotel di Jalan Brantas senilai Rp 99 miliar dan hotel di Jalan Diponegoro Rp 45 miliar. Selain itu, di Kota dan Kabupaten Malang ada hotel ditawarkan Rp 16 miliar-Rp 40,5 miliar.
“Pandemi belum signifikan membuat pemilik harus menjual hotelnya. Sejak sebelum Covid-19, memang sudah berat,” ujarnya. Menurut Rofik, hotel yang dijual biasanya bukan milik warga Batu. Pemiliknya dari luar daerah tapi pengelolaannya dilakukan warga setempat.
Pandemi belum signifikan membuat pemilik harus menjual hotelnya. Sejak sebelum Covid-19, memang sudah berat
Pemilik homestay juga masih percaya diri. Mereka mengatakan, belum terbebani saat membuka usaha di masa transisi. “Rata-rata homestay ditempati sendiri oleh pemiliknya. Beda dengan hotel, khususnya hotel nonbintang yang butuh biaya perawatan besar,” kata Maman Adi Saputra, pemilik Homestay Syariah Cempaka di Desa Oro-oro Ombo, Kecamatan Batu.
Maman mengatakan, hingga kini, tetap menerapkan protokol kesehatan. Dia menyediakan tiga tempat cuci tangan. Ada juga penyemprotan rutin disinfektan hingga menyediakan hand sanitizer dan thermogun untuk mengukur suhu tubuh.
“Kamar juga tidak langsung digunakan setelah tamu check out. Kita tunggu 10-24 jam untuk mencuci selimut, pembungkus bantal, dan sprei," katanya.