Guru Diminta Kreatif agar Siswa Betah Belajar Daring
Kemampuan guru untuk mengajar tanpa tatap muka harus terus diperbaiki. Tidak hanya mesti kreatif, guru sebaiknya menguasai keterampilan teknis menjadi moderator dalam pertemuan daring.
Oleh
MACHRADIN WAHYUDI RITONGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Kemampuan guru untuk mengajar tanpa tatap muka harus terus diperbaiki. Tidak hanya mesti kreatif, guru sebaiknya menguasai keterampilan teknis menjadi moderator dalam pertemuan daring.
Di Kota Bandung, masa pengenalan lingkungan sekolah (MPLS) tahun ajaran 2020/2021, Senin (13/7/2020) diikuti puluhan ribu siswa dari tingkat dasar hingga sekolah menengah secara daring. Hal ini dilakukan karena tatap muka masih belum bisa dilaksanakan akibat pandemi Covid-19. Namun, hal ini rentan memicu kebosanan siswa.
Rayyandra (6) yang baru saja memasuki sekolah dasar, misalnya. Siswa salah satu SD Kecamatan Bojongloa Kidul, Kota Bandung, itu tidak betah mengamati layar selama pertemuan daring dilaksanakan. Dia harus berkali-kali dikejar bibinya, Farisa (29) karena meninggalkan layar monitor dan lebih memilih berlarian di luar.
”Bosan. Tidak ada yang dikenal. Maunya main sama teman-teman baru,” kata Rayyandra.
Tidak hanya dari segi ketertarikan siswa, pemahaman guru dalam penggunaan aplikasi juga diuji. Farisa mengatakan, dalam pertemuan daring yang berlangsung lebih kurang 1 jam itu terkendala terutama kualitas suaranya. Dia menuturkan, terkadang suara yang berasal dari guru tidak terdengar karena beberapa peserta lain yang belum membisukan sumber suaranya.
”Jadi kadang suara guru tidak terdengar karena yang lain ikutan berbicara meski seringkali tidak sadar. Pokoknya heboh. Padahal guru sebagai host bisa mematikan sumber suara dari semua peserta, tetapi itu tidak dilakukan,” ujarnya.
Di samping itu, penggunaan aplikasi yang terbatas membuat kegiatan perkenalan tidak berjalan maksimal. Farisa berujar, proses konferensi daring harus tertunda beberapa saat karena akses yang diberikan terbatas dalam kurun waktu tertentu.
”Saya harap guru diberikan akses menggunakan aplikasi video tanpa batas waktu. Gak kebayang kalau setiap 40 menit konferensi berhenti karena keterbatasan. Selain itu, guru juga seharusnya memiliki pengetahuan mengoperasikan aplikasi sehingga proses belajar mengajar bisa maksimal,” ujarnya.
Saya harap guru diberikan akses menggunakan aplikasi video tanpa batas waktu. Selain itu, guru juga seharusnya memiliki pengetahuan mengoperasikan aplikasi sehingga proses belajar mengajar bisa maksimal
Sekretaris Dinas Pendidikan Kota Bandung Cucu Saputra membenarkan, kebosanan siswa menjadi salah satu tantangan dalam proses pembelajaran jarak jauh (PJJ). Dia mengatakan, siswa tidak bisa bersosialisasi lebih jauh dengan teman-temannya karena pertemuan yang dilakukan secara daring.
Untuk mengurangi kebosanan tersebut, Cucu menuturkan telah memberikan pembekalan kepada guru-guru di kota Bandung dalam menghadapi PJJ. Selain itu, dia meminta guru lebih kreatif sehingga bisa membuat para siswa betah dalam proses belajar mengajar.
Dalam panduan PJJ yang diterbitkan oleh Dinas Pendidikan Kota Bandung, salah satu bentuk pembelajaran adalah memastikan kompetensi pembelajaran yang dicapai fokus kepada pendidikan kecakapan hidup. Selain penguatan karakter dan budaya, literasi dan numerasi terkait pencegahan dan penanganan pandemi Covid-19 dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat menjadi fokus perhatian.
”Kami belajar dari pengalaman-pengalaman yang sudah ada. Jadi, dari segi konten, kami akan menekankan kepada materi esensisal yang lebih fokus dalam pendekatan siswa di lingkungannya. Fungsi guru disini sebagai fasilitator dan para siswa menjadi aktif,” ujarnya.