Covid-19 Ancam Cabut Nyawa Kelompok Rentan, Disiplin Harga Mati
Virus korona baru penyebab penyakit Covid-19 mengancam nyawa kelompok rentan, seperti lanjut usia dan penderita penyakit berat. Di Maluku, enam pasien dengan penyakit bawaan hanya mampu bertahan kurang dari sehari.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
·3 menit baca
AMBON, KOMPAS — Sejak Covid-19 merebak di Maluku pada Maret 2020, 17 orang dinyatakan meninggal akibat terinfeksi virus tersebut. Semua korban menderita penyakit bawaan atau komorbid, seperti kanker, penyakit paru, jantung, hipertensi, gagal ginjal, dan diabetes.
Sebanyak enam pasien meninggal itu hanya bisa bertahan beberapa jam di dalam menjalani perawatan. Covid-19 mengancam nyawa bagi kelompok rentan. Disiplin menjalankan protokol kesehatan adalah harga mati.
Berdasarkan data yang dihimpun Kompas dari Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Maluku pada Senin (13/7/2020), dari 17 kasus meninggal, 14 kasus dengan lama perawatan kurang dari tujuh hari. Dari jumlah itu, 6 kasus kurang dari satu hari atau hanya beberapa jam, 6 kasus dengan lama perawatan satu hingga tiga hari, dan 2 kasus dengan lama perawatan empat hingga tujuh hari.
Hampir semua pasien meninggal di Rumah Sakit Umum Daerah dr Haulussy Ambon yang merupakan salah satu rumah sakit rujukan Covid-19 di Maluku. Kendati masih tipe B, RSUD Haulussy memiliki fasilitas cukup memadai untuk ukuran Maluku. Jika ada pasien Covid-19 dengan kondisi berat atau kritis, akan dirujuk ke sana.
Ketua Pelaksana Harian Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Provinsi Maluku Kasrul Selang mengatakan, pasien dengan penyakit penyerta sangat berisiko. Mereka akan ditangani dengan intensif, baik terhadap penyakit penyerta maupun Covid-19. Banyak dari mereka sembuh, tetapi beberapa tidak bisa tertolong lantaran penyakit penyerta terlalu berat dan diperparah lagi oleh Covid-19. ”Mereka terlambat datang ke rumah sakit,” katanya.
Ia mengimbau agar warga yang memiliki penyakit penyerta, di antaranya kanker, penyakit paru, hipertensi, dan diabetes, wajib memperhatikan sungguh protokol kesehatan agar terhindar dari paparan virus korona. Begitu pula yang orang-orang dekat dengan kelompok rentan ini pun diminta disiplin. Mereka berpotensi menjadi pembawa virus yang menularkan kepada orang dekatnya.
Covid-19 ibarat malaikat pencabut nyawa bagi kelompok rentan.
Ia menilai banyak orang mulai jenuh dengan kondisi saat ini. Mereka lalu melonggarkan protokol kesehatan, seperti tidak mengenakan masker dan tidak menjaga jarak aman. Ia mengingatkan bahwa selama belum ada obat dan vaksin Covid-19, semua orang harus waspada. ”Virus korona ini sangat berbahaya, jadi jangan main-main. Jangan anggap remeh. Terus disiplin,” ujarnya.
Kepala Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Doni Monardo dalam kunjungan ke Ambon pekan lalu mengingatkan betapa berbahayanya virus Covid-19. Lebih dari setengah juta jiwa di dunia meninggal akibat korona. ”Covid-19 ibarat malaikat pencabut nyawa bagi kelompok rentan, seperti lansia dan orang-orang yang memiliki penyakit penyerta, antara lain hipertensi, diabetes, jantung, kanker, asma, dan gagal ginjal,” kata Doni.
Sementara itu, menurut informasi yang dihimpun dari masyarakat, kelonggaran yang terjadi itu disebabkan oleh bias informasi yang menyebutkan bahwa virus korona tidak mematikan. ”Kalau baca di media sosial, ada yang bilang virus itu tidak berbahaya. Ada juga anggota Dewan yang bilang begitu. Saya merasa sehat, jadi tidak perlu takut,” kata Sainudin (54), pedagang di Pasar Mardika Ambon.
Ia menuturkan, banyak temannya yang berjualan di pasar sudah sembuh setelah terkonfirmasi positif korona dan menjalani masa karantina selama lebih dari dua minggu. Mereka semua selamat. Selama jualan sayur, ia lebih sering tidak mengenakan masker dan tidak menjaga jarak. ”Katanya mereka tidak dikasih obat. Hanya makanan dan vitamin,” ujarnya.
Hingga Senin malam, jumlah kasus Covid-19 di Maluku 900 dengan 568 orang sembuh dan 17 orang meninggal. Kasus tertinggi ada di Kota Ambon, yang kini sedang menerapkan pembatasan sosial berskala besar. Dari 11 kabupaten/kota, tinggal tiga wilayah yang masuk zona hijau, yakni Kabupaten Buru Selatan, Kepulauan Tanimbar, dan Kepulauan Aru.
Juru bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Maluku, Meikhyal Pontoh, mengatakan, penelusuran kontak akan dilakukan semakin agresif untuk memutus rantai penularan. Tes cepat akan terus diperluas. Gerakan perlawanan terhadap tes cepat yang sempat mencuat beberapa kali kini tidak terdengar lagi. Ini berarti, kesadaran masyarakat semakin tinggi.